TUGAS
FILSAFAT ILMU
Refleksi Kuliah Tanggal 3 Oktober
2016.
Kartika Nur Oktaviani
16709251032
Pendidikan
Matematika S2 UNY Kelas B
Tanya
jawab seputar filsafat
1)
Apa makna hipnotis jika dilihat dari
segi filsafat?
Jawaban
:
Hipnotis
itu psikologi terapan. Lalu teorinya ditinggal, menjadi terapan. Sama halnya
dengan kuda lumping. Hipnotis itu tidak perlu terlalu ribet dengan teori-teori.
Dalam bahasa jawa dia mempunyai ilmu titen. Mempunyai kumpulan berbagai macam
terapi perilaku kalau orang dibeginikan akan begini, dibegitukan akan begitu.
Sudah ada rumusnya. Semacam rumus. Rumus tidak harus dalam bentuk rumus abc,
tapi bisa dalam bentuk penjabaran atau indikator. Contohnya : dalam merumuskan
berbagai sifat orang. Kalau rambutnya begini sifatnya begini, juga terapinya
seperti ini. Dan orang yang terhipnotis tidak akan bisa menjawab hipnotis itu
mengapa dia bisa begitu. Walaupun dia mengaku bisa menjawab, tetapi juga tidak
seperti yang diharapkan. Sama saja dengan pelaku kuda lumping itu yang
kesurupan. Kesurupan itu gejala jiwa, karena dipengaruhi oleh intuisi tertentu.
Satu intuisi menutup intuisi yang lain. Dan dia juga menunjukkan gejala
tertentu.
Manusia
punya bermilyar-milyar intuisi, meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Contoh
: intuisi handphone. Saat handphone berbunyi, respon kita sangat cepat. Jadi
handphone punya intuisi. Contoh intuisi yang lain adalah : intuisi kacamata, intuisi
kertas, intuisi tulisan, juga intuisi ruang, dan waktu. Contoh intuisi dari
sesama manusia adalah intuisi istri. Misalnya : saat istri sedang berbicara apa
atau terkena apa, kok cepat sekali responnya?Ya karena dia adalah seorang
istri. Bagi seorang suami, ibaratnya, bernapasnya istrinya saja dia sudah hapal.
Apalagi suaranya. Intuisi yang lainnya lagi adalah intuisi lawan, intuisi musuh,
intuisi senjata, juga intuisi yang ada dan yang mungkin ada. Prinsipnya
hipnotis maupun kuda lumping maupun kesurupan itu, juga intuisi yang lain-lain,
dimunculkan satu, kemudian didominasikan. Sudah itu aja. Namanya dilatih. Tapi
yang bersangkutan, pelakunya dikenakan terapi itu tidak bisa menjelaskan,
mengapa dia begitu. Jadi dia hanya menjelaskan saja. Hatinya tidak sadar.
Selanjutnya, hipnotis reduksi. Pada proses ini, dunia piknik dunia hura-hura
dunia kuliah dunia belajar dunia membaca dunia berpikir, dihilangkan,
direduksi, sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan pasti ada
ikonnya, yaitu suara yang berirama, bertalu-talu, kemudian penenangan, yaitu
dengan doa. Doa-doa itu untuk menenangkan, mengkhusukkan hati, dan sebagainya.
Langkahnya adalah dengan menciptakan suasana yang bisa menarik intuisi. Ketika
zaman barat dulu ada ilmu tentang jogjakarta melihat gending jawa dulu, ya,
sudah seperti orang yang, kalau orang minum narkoba mungkin sakau. Tapi kalau
ini, bukan. Bukan karena apa-apa. Namun karena intuisi nya terbalik,
seakan-akan, dia sudah sampai surga dia.
Zaman
sekarang, ketrampilan digelar-gelarkan. Dirahasiakan kemudian dijual, kemudian
Anda daftar kursus hipnotis. Kenapa orang bisa tertipu, karena dia hidupnya
yang shodaqoh, pelesir, berpesiar dengan kedua keluarga itu, semua dikuras,
dimasukkan, dipilih, dipilih, direduksi menjadi, dunianya menjadi uang. Ikonnya
uang yang digandakan. Jadi, tentunya hidup itu permainan intuisi. Intuisinya
kita mau ke mana-mana. Anda bisa saja. Karena menggunakan handphone sudah
lengkap, canggih dan sebagainya. Anda tidak pelihara, anda hilangkan intuisi
ruang dan waktu. Sekarang aku tidak peduli utara selatan, ni aku gunakan saja
handphone. Na suatu ketika handphone nya kebalik, sholatnya juga terbalik.
Jadi
intuisi sangat penting. Intuisi adalah pengalaman, intuisi seorang kopral lain
dengan jenderal. Beda sekali. Karena ada yang intuisi bilangan, ada yang
intuisi apa. Orang mengatakan secara psikologi kalau istilah psikologi itu
indera keenam. Kalau filsafat cukup intuisi.
2)
Apakah Bapak setuju dengan metode
saintifik?
Jawaban
:
Filsafat
itu bukan masalah setuju dan tidak setuju tentang metode saintifik. Filsafat
itu seberapa jauh, engkau mampu menjelaskan metode saintifik. Maka
sebenar-benarnya filsafat adalah penjelasanmu itu. Dan kalau engkau itu
bersikukuh, itu adalah mitos. Kalau sudah jelas sekali, juga mitos. Kalau
fanatik, namanya terjebak dalam ruang dan waktu yang gelap menurut filsafat.
Mengapa? Sebab metode saintifik hanya satu dari sekian ribu metode yang ada.
Mungkin semilyar yang ada. Kenapa hanya satu yang kau pilih?Itu tandanya hidupmu
sudah terpilih menuju ke metode saintifik saja. Itulah ruginya Kurikulum 2013.
Itulah yang dia tidak sadari dosanya Pak Menteri. Mengiring seluruh indonesia
untuk metode saintifik.
Agama
metode saintifik. Bahasa metode saintifik. Menikah metode saintifik. Nanti
kalau tidak jadi dinikahi bagaimana?Dapat dikatakan bahwa kurang ajar banget
metode saintifik, dari segi-segi pernikahan. Jika matematika hanya menggunakan
metode saintifik saja tidak pakai logika, bagaimana?Matematika kalau tidak sampai
logika, bagaimana mau mengamati. Contoh : jika matematika hanya memakai metode
saintifik, tidak memakai logika, berarti siswa hanya diminta mengamati bilangan
7. Oo bilangan 7 kurus ditambah bilangan 7 gemuk, ya sama dengan 14 kurus. Seperti
itu misalnya. Susah, bukan?Matematika akan sulit jika tidak menggunakan logika
dan hanya menggunakan pengamatan. Apa yang akan diamati?
3)
Bagaimana kriteria seseorang dikatakan
berhasil dalam menuntut ilmu?
Jawaban
:
Setiap
saat orang berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak
merasa. Kalau merasa dia berhasil, dia, rugi separuh dunia, karena dia tidak
menyadari kegagalannya. Kalau dia hanya merasa selalu gagal terus, merugi
separuh dunia karena dia tidak menyadari keberhasilannya. Jadi, filsafat itu
harus selalu berusaha adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
4)
Bagaimana konsep siap menurut filsafat?
Jawaban :
Siap
menurut filsafat itu, berarti refleksi diri. Refleksi diri untukke depan.
Berarti, kita bisa mengalami persiapan itu karena mempunyai refleksi. Refleksi
diturunkan menjadi semi psikologi, itu komunikasi. Persiapan adalah komunikasi
internal di dalam diri kita. Contoh : kalau orang mau menikah. Persiapan
internalnya sudah membayangkan terlebih dahulu calon istri dan calon suami
supaya jangan terkejut. Masa melihat calon suami terkejut, atau melihat calon
istrinya terkejut. Berarti tidak ada kesiapan dalam hal ini. Selanjutnya,
komunikasi diturunkan menjadi readyness.
Itu psikologinya sangat penting sekali. Itu kesiapan. Kesiapan kita mengandung
unsur timeline. Artinya berjalannya potensi dan impian. Jadi kesiapan itu
bagian daripada hermeunitika. Dan ternyata tiadalah kesiapan itu yang bersifat
tetap dan berhenti. Walaupun kesiapan pun dalam keadaan berjalan dan bergerak.
Kesiapan itu bergoyang-goyang. Contoh : kita sudah siap, siaga. Tapi saat
berbaris, kalau kita dipukul, ya sudah, jatuh. Jadi, kesiapan yang paling baik
ialah, itulah, bergoyang-goyang. Hermeunitika. Jadi kalau Anda ditanya, apakah
Anda sudah siap? Anda menjawab sudah. Itu mitos. Tidak ada orang yang udah siap
dalam filsafat. Yang benar bagaimana kalau ditempatkan? Ya, sedang. Sedang
bersiap-siap. Terus begitu. Dan itu tidak ada akhirnya. Karena akhir juga
mitos. Tiadalah sebenar-benar akhir, kecuali akhir absolut. Itulah dogma agama.
Kalau sudah kiamat, akhir daripada absolut. Ternyata walaupun akhir dari
absolut pun masih diteruskan. Setelah kiamat masih ada
pertimbangan-pertimbangan perbuatannya
.
5)
Bagaimana filsuf memandang surga dan
neraka jika tidak ada yang salah?
Jawaban :
Jangan salah! Jadi
filsafat itu hakikat metodologi etik dan estetika. Jadi, ada tiga aspek, yaitu benar,
baik, dan indah. Tiga itu jika dikombinasikan jadi berapa? Itu namanya dieksperimenkan.
Kombinasinya bisa bermacam-macam. Benar, baik, dan indah. Benar, baik, tidak
indah. Benar, tidak baik, indah. Benar, tidak baik, tidak indah. Demikian
seterusnya. Dieksperimenkan. Berfilsafat, seperti apa sih contohnya. Itu etik
dan estetika. Etik itu baik buruk. Estetika itu keindahan. Epistemologi itu
benar salah. Ontologi itu hakikatnya. Ya sudah, ketemu. Tidak ada yang benar, tidak ada yang
salah. Anda itu terjebak di ruang yang gelap. Tapi untung kau bukan jendela dan
pintu. Kamu itu sintesis. Mampu bertanya sehingga itulah pikiran. Benar dan
salah di dalam pikiran. Misalnya : kenapa 2 + 2 = 4? Benar apa salah? Ya kalau
modulonya bilangan berbasis 3, apa ada bilangan 4? Tidak ada. Jadi benar
salahnya tergantung ruang dan waktu. Ini pikiran. Belum sampai ke surga dan
neraka. Benar dan salah itu domain pikiran, sedangkan surga dan neraka itu
domain hati.
6)
Bagaimana pengaruh filsafat terhadap
perkembangan teknologi?
Jawaban :
Hubungan
filsafat dan perkembangan teknologi adalah cerita Resi Gotama. Konon dulu kala
ada seorang resi bernama Gotama. Resi artinya adalah yang maha sakti. Sakti itu
artinya kata-kata bisa menjadi kenyataan. Sakti. Pak rektor itu sakti.
Kata-kata bisa menjadi kenyataan. Contoh : jika pak rektor berkata, “Besuk saya
angkat jadi pegawai, ya.” Besoknya kamu betul-betul diangkat menjadi pegawai. Gubernur
itu sakti. Ya. Presiden juga sakti. Antara omongan dan jadi kenyataan kalau
zaman dahulu namanya resi. Orang sakti itu seperti itu. Yang bisa menyatukan
langit dan buminya. Diberi kemaslahatan yang dalam. Maka seorang pemimpin itu
hebat. Apapun yang terjadi, seorang pemimpin itu pasti hebat.
Resi
Gotama mempunyai istri yang sangat cantik, bernama Dewi Indradi. Saking
cantiknya istrinya resi itu, para dewa pun kepincut. Naksir. Padahal para dewa
tahu kalau Dewi Indradi sudah bersuami. Kemudian, ada seorang dewa yang hebat
juga, bernama Batara Surya. Batara itu mempunyai sebuah pusaka yang bernama
Cupu Manik Astagina (jika zaman millenium sekarang ini namanya adalah
handphone). Dewi Indradi sangat tertarik dengan pusaka itu. Akhirnya dewa itu
memberikan kepada Dewi Indradi . Dewi Indradi hanya tertarik saja namun belum
tahu kegunaan dari pusaka itu. Tapi pusaka itu memberikan keindahan dan
kebahagiaan meskipun sebenarnya hanya semu. Tidak henti-henti dipandangi dan
dimainkannya pusaka itu. Sampai-sampai saat diajak bercengkerama suaminya, dia
tidak menjawab. Tidak diindahkan. Dia juga sampai lupa anak lupa mandi, lupa
makan, lupa ibadah, bahkan lupa tidur. Akhirnya suaminya yang bertanggung
jawab, bertanya. Wahai istriku, Kamu itu sedang bermain2 apa sebenarnya? Dewi
Indradi diam saja. Ditanya berkali-kali, tetap diam saja. Lama kelamaan, Resi
Gotama merasa tidak tahan dan murka. Akhirnya, keluarlah kata-kata kutukan
untuk istrinya. Katanya,“Kalau begitu, kukutuk jadi patung”. Jadi patunglah
istrinya. Seorang resi, kata-katanya dapat menjadi kenyataan.
Itu
antara kata dan kenyataan. Orang sakti itu begitu. Kata jadi kenyataan. Begitu
juga orang tua. Jangan bikin orang tua marah. Orang tua marah, kamu jadi batu. Malin
kundang itu. Jangan sampai.
Setelah
istrinya benar-benar menjadi batu, diambillah pusaka Cupu Manik Astagina itu oleh
Resi Gotama dan dilempar jauh, jatuh ke bengawan. Bengawan berarti sungai besar
atau danau atau kubang. Anak-anak Dewi Indradi yang berjumlah 3 orang (dua
laki-laki, satu perempuan, sama-sama rupawan seperti ibunya), berlarian,
mengejar pusaka yang sudah dilempar oleh bapaknya itu. Begitu mencebur ke air,
langsung, ketiganya berubah wujud, dua orang anak laki-laki, satriya Guwarsa
dan Guwarsi langsung berubah jadi kera bernama Sugriwa dan Subali. Yang putri
tadi, bernama Anjani, jugaberubah menjadi kera.
Apa
pelajaran yang dapat disimpulkan dari cerita di atas? Pelajarannya persis
seperti ketika kita punya handphone, senang sekali mempunyai hanphone baru, langsung
dimainkan terus, digunakan terus, juga download berbagai aplikasi. Sampai-sampai
sholat Luhur terlewat, ashar terlewat, maghrib pun terlewat, isak terlewat,
subuh terlewat, luhur lagipun lewat. Keluarga diacuhkan, ada kejadian apa di
lingkungan juga diacuhkan.Ya suaminya lewat nggak ngerti, anaknya lewat nggak
ngerti. Saking asyiknya. Siapa itu? Saya, Anda, tidak peduli laki-laki atau perempuan,
kyai, tokoh agama juga. Ibarat, kalau perlu, pesan hanphone besarnya satu meja
agar lebih jelas melihat gambarnya. Pada masa kini, teknologi memang seperti
itu. Semakin jelas, semakin detail. Ternyata sudah tercapai cita-citanya
kehidupan kontemporer untuk membuat patungisasi masyarakat dan memasyarakatkan
patung. Kita semua telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer. Hal
itu terjadi seandainya kita mempunyai akan tetapi kita tidak mampu menggunakan
secara bijaksana. Seperti itulah kejadiannya.
Apa
hikmah yang terpetik dari berubah wujudnya Guwarsa, Guwarsi, dan Anjani
itu?Dalam kehidupan nyata, sering terjadi seperti ini. Habis shubuh, hati
bersih pikiran lurus. Namun, setelah itu kita malah membuka situs-situs web dan
mengaksesnya, hingga jam 8 pagi. Hal ini menyebabkan pikiran kita bengkok hati
kotor. Sekali sentuh langsung menuju neraka. Ya itulah, kita telah berubah
wujud menjadi monyet. Dan hal tersebut tak terasa seperti berubahnya Guwarsa
menjadi Sugriwa, dan Guwarsi menjadi Subali. Saat saling pandang, mereka saling
mencemooh satu dengan yang lain, eh kamu, eh kamu juga. Selanjutnya, mereka
berkaca. Nah, baru tahu bahwa keduanya sama-sama berubah menjadi kera. Kita
juga begitu. Setelah datang ke kuliah filsafatnya pak marsigit, baru tau bahwa
kita telah berubah bentuk menjadi monyet jika kita tidak bisa menggunakan
teknologi dengan baik. Baru sadar
rupanya.
Itu jawaban dari pertanyaan hubungan antara
filsafat dan teknologi. Luar biasa. Luar biasa itu batas. Itu maksudnya
berfilsafat itu seperti. Filsafat itu struktur. Setiap berbicara itu menuju
struktur. Jadi tidak ada sifat filsafat itu kok singkat-singkat. Jika jawaban
hanya singkat, itu icon saja. Berbahaya. Ikon itu berbahaya. Nilai nol adalah
agar kita bisa bercermin seperti Guwarsa dan Guwarsi. Kalau masih ditutup
dengan kesombongan, saat bercermin tidak akan kelihatan keburukannya.
7)
Bagaimana filsafat memandang perkawinan
sejenis?
Jawaban :
Pertanyaan
yang satu ini tidak usah dijawab ya. Ngeri-ngeri tidak sedap. Dari pada
berpikir ke situ lebih baik tidak memikirkannya. Ada hal-hal yang seperti itu. Ya. Membaca saja
mau muntah, apalagi memikirkan dan mendiskusikan. Lama-,a a jadi pengikutnya.
Terpaksa harus berbicara. Ditutup-tutupi juga tidak bisa. Sudahlah, lupakan
saja tidak usah dipikir terlalu panjang lebar. Karena memang seperti itu cara
mereka itu masuk, awalnya, dipaksa. Berikutnya dia tidak menyadarinya. Berikutnya,
diberi toleransi dalam pikiran untuk mendiskusikannya dan seterusnya dan
seterusnya. Kalau sudah menyangkut karakter, kita sudah tidak bisa lari lagi.
Sebab, nantinya akan menunjukkan karakter kita apapun filsafatnya. Tahu kalau
itu dosa. Ngeri. Membanyangkan kalau laki-laki dikejar-kejar laki-laki kan bagaimana.
Waduh kacau balau kan. Membayangkannya saja sudah ngeri, tega-teganya kita akan
diskusi. Berfilsafat ada batasnya. Itulah maksudnya batasnya. Jangan sembarang
semua bisa ditanyakan. Contoh : Anak tanya sama bapaknya, bapak sama ibuk
semalam berkelahi ya gedebak gedebuknya. Lalu bapaknya menjawab, bapak itu
menjawab, bapak tadi memperbaiki atap. Atap kita kan mau jebol. Nah, sang anak
tidak percaya. Bapaknya bertanya, lo kenapa kok begitu? Metode saintifik pak.
Kata anaknya. Kan kacau nanti.
Bagaimana kalau pikiran tidak dibatasi agama
atau sopan santun? Tentu akan tidak tentu arah. Itulah maksudnya, mengambil
contoh tidak usah jauh-jauh. Contoh lain kegunaan dari batasan dan logika
pikiran adalah sebagai berikut. Ada cewek setengah baya nemui kita. Cewek itu
SPG. Dia tanya, kakak/om dari Jogja ya?Boleh minta waktunya untuk memberi
informasi sebentara Dan kita mempunyai insting yang kuat. Nah, pertanyaannya
itu udah aneh. Aneh itu tidak sehat. Jadi intuisi kita sudah harus menolak.
Jadi
saat seseorang bertemu seseorang, ada yang namanya sifat ketemu sifat. Sifat
penipu ketemu sama sifat yang memang bisa ditipu. Bahkan kita supaya tidak
ditipu, kita supaya jangan melakukan kesalahan dosa pun, berdoa. Berdoa itu cegah,
tangkal dini. Tuhan menjamin kalau engkau itu berdoa dan dikabulkan sama tuhan,
dimasukkan dalam kapsulnya Tuhan. Kalau udah dimasukkan dalam kapsulnya tuhan,
keselamatan dunia dan akhirat dijamin. Jadi berdoanya adalah supaya aku
selamat.
Tapi
begini, satu lagi yang sedikit ingin saya sampaikan tentang yang tadi. Mengenai
transgender saya harus terangkan. Itulah yang namanya the power of mind. The
power of mind itu, kamu siang malam membayangkan sebagai laki-laki bisa. Siang
dan malem. Sejak kecil sampai dewasa, coba bayangkan, itulah the power of mind.
Ada cerita, seorang artis di Amerika itu dia punya anak perempuan padahal dia
artisnya artis gulat, tinju. Dia tidak mau menerima kalau jenis kelamin anaknya
perempuan. Pokoknya anaknya harus mempunyai jiwa laki-laki. Sejak kecil,
anaknya dikasih celana dan selalu terapi olahraga body building. Akhirnya jiwa, pikiran, dan hati anak tersebut
semuanya laki-laki. Kecuali satu, fisiknya perempuan. Ketika umur 35, dia diundang
di televisi dan diwawancarai. Dia di persimpangan jalan. Karena ternyata dia
ditaksir juga oleh orang laki-laki. Padahal jiwanya laki-laki. Maka dia ingin
menunjukkan diri supaya dia betul-betul tampak seperti laki-laki. Maka dia
melakukan tahap-tahap operasi. Operasi pertama, operasi pengangkatan payudara.
Kemudian, suntik hormon dulu untuk mengubah suara, dari suara perempuan berubah
menjadi suara laki-laki. Demikian seterusnya. Akhirnya, jadilah dia laki-laki tulen
dengan berbagai macam operasi dan suntik tadi. Kalau berjalan dia juga tomboy.
Tidak ada yang menyangka kalau dia dulunya wanita. Akhirnya dia punya pacar
perempuan.
Itu
bahayanya the power of mind yang tidak dibatasi oleh agama. Maka sebelum engkau
mengembarakan pikiranmu, kendalikan melalui agama. Berdoalah supaya engkau tahu mana yang baik
mana yang buruk. Kalau yang sudah terlanjur seperti kasus tadi ya sudah.
Perbaiki sebagai wacana karena filsafat itu sebagai wacana. Ya sebatas itu.
Kita toh sudah dipagari dan kita tahu. Gitu ya. Jadi kuncinya adalah pada
agama.
Baiklah
saudara, demikianlah apa yang bisa kita kerjakan bersama2 sebagai bekal.
Gunakan teknologi secara bijaksana agar kita tidak menjadi patung. Belajar itu
seperti berdoa terus-menerus tiada kenal ruang dan waktu. Filsafat batas
penyembuhan menyentuh hati dan spiritual kita masing2. Perasaan senang duka biasa yang penting tetap
selalu berdoa.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda