Minggu, 06 November 2016



Tugas Kuliah Filsafat Ilmu
Refleksi Kuliah ke-8
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.

“FILSAFAT AWAL DAN AKHIR ZAMAN”





Disusun oleh :
Kartika Nur Oktaviani               16709251032



PENDIDIKAN MATEMATIKA B
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Filsafat Awal dan Akhir Zaman

Filsafat itu olah pikir. Obyeknya adalah yang ada, yang ada, yang ada, yang mungkin ada. Di dalam pikiran, atau di luar pikiran. Masing-masing di dalam/di luar pikiran punya sifat. Seribu kali seribu pangkat seribu pun saya belum selesai menyebutkan sifat itu. Filsafat itu problemnya ada 2. Yang pertama, bagaimana menjelaskan apa yang ada di dalam pikiranku. Maka, sebenar-benar diri kita tidak ada yang pernah mampu menjelaskan yang ada di dalam pikiranku. Semuanya hanya berusaha. Pada level tertentu, oke. Dipersepsikan sama dengan pikiran orang lain, oke, sampai di situ, padahal itu belum selesai. Persoalan yang kedua ialah bagaimana saya mengerti obyek filsafat yang ada di luar pikiran. Sifat di dalam pikiran, bersifat ideal. Yang di luar pikiran bersifat realis. Yang di dalam pikiran bersifat tetap. Yang di luar pikiran bersifat berubah. Tetap tokohnya Parmenides, berubah tokohnya Heraclitus. Idealisme tokohnya Plato. Filsafat tergantung obyeknya di mana dan sifatnya seperti apa. Di luar realisme, tokohnya Aristoteles. Pantas Aristoteles tidak setuju dengan gurunya, karena gurunya itu ideal, Aristoteles adalah realis. Yang ada bersifat tetap di dalam pikiran terus sifat-sifat yang lain misalnya adalah kaugisatis. Kaugis menghasilkan aliran logisisme. Menggunakan rasio menghasilkan filsafat rasionalisme. Yang di luar pikiran bersifat empiris. Filsafat empiricism. Tokohnya David Hume. Rasionalisme tokohnya Rene Descartes. Jadi filsafat itu mengalir hidup. Kalau kita mau cari pohon pisang, ya, di daerah khatulistiwa atau tropis. Kalau mau cari jati Kanada, ya, di daerah kutub sana. Mau cari beruang kutub, ya, jangan di Merapi. Bersifat logis, tetap, idealis, naik sana nanti ini merupakan prinsip. Dan yang di bawah sini adalah bayangannya. Jadi semua yang saya lihat adalah bayangan dari pikiranku. Termasuk semua kataku semua pendengaran penglihatan, maka di sini dunia persepsi. Atau panca indera. Semua yang bisa dipersepsi adalah bayangan dari pikiran. Di sana lahirlah transendentalism. Prinsip berarti bersifat identitas. Yang bersifat identitas yang ada di dalam pikiran. A=A. Sedangkan dunia kenyataan atau dunia pengalaman bersifat kontradiksi. Yaitu A tidak sama dengan A. Karena pengalaman/persepsi itu ada di dalam ruang dan waktu. Naik sana jadilah bersifat absolut. Diperoleh filsafat absolutism. Naik menjadi spiritualism. Hanya satu hakekatnya. Lahirlah filsafat monoism yaitu kuasa Tuhan. Hidup setiap saat tinggal naik turun saja. Berhermeunitika, antara pikiran, hati, doa dan pengalamanku. Di sini mono, di sini plural. Maka hakekat dunia adalah hakekat yang plural. Dunia akhirat adalah dunia tunggal menyatu ke kuasa-Nya, dalam ridho-Nya. Jadi kalau di duniamu ini satu, ini kontradiksi dengan kodratnya. Karena kodrat di dunia adalah plural. Contohnya : Muhammadiyah seluruh dunia tidak bisa, pasti ada yang beda. Kalau sudah di akhirat, tidak usah NU tidak usah Muhammadiyah, diriku menyatu dengan yang kausa prima. Sebab utama dan sebab pertama. Tuhan itu sebab utama dan sebab pertama. Intensi bisa diekstensikan awal dan akhir zaman. Ini zaman Plato ada di situ. Pikiran bersifat logis, bersifat analitik. Analitik itu konsisten. Maka konsisten itu kebenarannya bersifat koheren. Kenyataan bersifat sintetik. Bersifat kontradiksi. Kebenarannya bersifat cocok dengan persepsinya atau menghasilkan filsafat korespondensi. Dan di sini bersifat pengalaman atau a posteriori. Yaitu paham setelah melihat atau dipersepsi. Tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasa-rasa, dipegang, didengar, itu semua dipersepsi. Baru paham. Dunia binatang, kucing, hewan, semua dunia a posteriori. Dia paham ada tikus setelah tikus lewat, baru ekornya bergerak-gerak. Kalau manusia tidak begitu. Manusia ini a priori. Tidak hanya a posteriori. Paham kalau hanya melalui logika. Ke planet Mars. Belum pernah lihat planet Mars tapi bisa bikin pesawatnya. Itu logika. A priori. Pekerjaan ilmu murni termasuk matematika murni. Yang penting konsisten bresifat identitas awal akhir jadilah ilmu. Kontradiksi di sini adalah tidak konsisten, sedangkan kontradiksi di dunia nyata adalah aku tidak sama dengan aku. Beda. Kalau di dalam matematika, kontradiksi itu adalah tidak konsisten. Tapi kalau di filsafat/kenyataan, aku = aku. Aku pertama tidak sama dengan aku kedua. Yang menemukan prinsip ini adalah Immanuel Kant. Dunia hanya dua prinsip, yaitu identitas dan kontradiksi. Sehingga lahirlah di sini terjadi penonjolan, lahirlah yang disebut dengan rasionalisme. Tokohnya Rene Descartes. Di sana lahirlah empiricism. Tokohnya David Hume. Pertentangan berabad-abad. Merasa benar sendiri. Sampai-sampai dia mengatakan di sini, tiada ilmu jika tiada rasio. Sebaliknya David Hume. Dengan empiricism mengatakan tiada ilmu jika tiada pengalaman. Ini di dalam filsafatnya ada abad gelap, kegelapan, ada abad terang atau pencerahan. Abad gelap sampai abad ke-13. Di Eropa itu tidak boleh satu orang pun mengklaim kebenaran kecuali atas restu gereja. Barang siapa menentang dianggap melawan gereja, dan itu dihukum kalau perlu dihukum mati. Tokoh-tokoh yang menyuarakan kebenaran atas nama diri sendiri, tidak minta restu gereja, akan dikejar-kejar dan dibunuh. Apapun mulai A-Z, yang ada dan yang mungkin ada, yang dirasakan di dunia ini, yang namanya kebenaran itu adalah harus melalui gereja. Tapi dengan adanya Revolusi Copernicus, dia membuat buku yang bertentangan. Tapi bukunya setelah dia meninggal, dibaca oleh pengikut-pengikutnya seperti Gallileo Gallilei, pada akhirnya mati juga karena dibunuh dibakar. Copernicus menentang pendapat gereja. Gereja punya pendapat yang grand bahwa geosentris, alam semesta ini pusatnya adalah bumi, matahari bulan bintang mengelilingi bumi. Kalau di gereja, bumi itu seperti Bunda Maria, matahari bulan bintang itu gembala-gembala. Yang bisa lebih bisa menerangkan adalah dari gereja. Tapi bukunya Copernicus bertentangan sekali. Heliosentris. Sebenar-benar yang tejadi bukan alam semesta mengelilingi bumi, tapi bumi bulan planet mengelilingi matahari. Pusatnya matahari. Sampai sekarang, yang diakui kebenarannya masih heliosentris. NASA mau ke Mars masih menggunakan teori yang terakhir yaitu heliosentris. Muncullah abad modern. Yaitu dengan munculnya juru damai, Immanuel Kant. Immanuel bukan dari gereja. Walaupun namanya Immanuel. Ada 3 buku Immanuel yang terkenal. Yaitu : The Critique of Pure Reason, The Critique of Practical Reason, dan The Critique of Judgement. Dia mengkritik sekaligus mendamaikan, seperti ini : wahai Rene Descartes, engkau bagus tapi sombong. Kesombonganmu adalah engkau terlalu mengagung-agungkan rasio tapi mengabaikan pengalaman. Wahai David Hume, engkau bagus tapi juga ada kesombongan. Kesombonganmu adalah engkau terlalu mengagung-agungkan pengalaman tapi mengabaikan rasio. Oleh karena itu untuk mendamaikan saya berikan solusinya. Dari rationalism yang sifatnya adalah analitik a priori, kemudian dari pengalaman yang sifatnya adalah sintetik a posteriori, maka yang atas saya ambil a priorinya, yang bawah saya ambil sintetiknya. Maka, menurut Immanuel Kant, sebenar-benar ilmu adalah sintetik a priori. Yaitu pikiran yang bisa diterapkan dan pengalaman yang bisa diteorikan. Terus, ilmu itu berkembang terus, maka ilmu murni disusun. Yang atas bersifat formal. Dalam matematika, formalism adalah Hilbert. Maka lahirlah Hilbertianism. Dari Hilbert ini muncul ilmu-ilmu dasar, ilmu-ilmu bidang. Tapi Hilbert ini matematika sebetulnya. Seharusnya ilmu-ilmu humaniora itu ada di sana. dan ini adalah natural. Ilmu humaniora itu adalah geistesweisensaften. Natural itu adalah natureweisensaften. Sampai di sini muncullah tokoh pada tahun 1857, Augste Comte, David Hume, Immanuel Kant, Descartes, Sokrates, Plato, Anda itu bicara apa. Tidak ada gunanya. Itu menurut Aguste Comte. Karena zaman sekarang yang penting kenyataan. Mari kita membangun dunia. Di sini yang penting iman kita harus teguh karena dipengaruhi oleh penguasaan yang sangat kuat dari agama gereja itu jadi terpengaruh Auguste Comte itu. Agama menurutnya tidak logis. Maka untuk membangun dunia, agama ditaruh di paling bawah, hanya sebagai tradisi saja, yang sudah terlanjur bertradisi. Di sini filsafat dari yang paling atas adalah positif atau saintifik. Jadi sudah digariskan. Tahun 1857 oleh Auguste Comte, dia seorang jebolan mahasiswa politeknik di Perancis, dia mengarang buku judulnya Positive. Jadi kalau kita mau membangun dunia, jangan gunakan agama, karena agama tidak logis. Padahal di Indonesia itu strukturnya itu material, formal, normatif dan spiritual. Dilewati saja sama Comte, sehingga muncul fenomena kontemporer, yang paling bawah adalah archaic, diatasnya tribal, di atasnya traditional. Oleh Powernow atau kontemporer, semua agama masuk di area tradisional, tidak boleh lebih. Di atasnya sudah feodal, di atasnya lagi modern, dan di atasnya lagi pos modern. Lalu di atasnya lagi kontemporer. Maka mereka mempelajari agama bukan di Timur Tengah, karena sudah jelas. Dia mempelajari agama di muara-muara sungai Aborigin. Tokohnya adalah Stephen Hawking. Dunia Stephen Hawking antara lain berkata, semakin menjadi-jadi dia, sudah menjelma, ciptaan alam semesta itu tidak ada urusan dengan Tuhan. Negara-negara Barat membuat proyek di Eropa, membuat terowongan bawah tanah, besar, panjang triliyunan dolar, hanya untuk sekedar menguji benturan sinar untuk mencari zat yang paling utama, tapi semangatnya adalah menihilkan Tuhan.
Dengan pilar kapitalisme, pragmatisme, materialisme, utilitalianisme, liberalisme, hedonisme setiap hari setiap pagi sore, Indonesia yang spiritualis digempur habis-habisan. Alatnya pakai ICT, Whatsapp, FB, dsb. Itulah kejadiannya awal akhir zaman. Trisakti, mandiri dalam bidang ekonomi, politik, budaya, apa iya?Sehingga presiden dan menterinya kaget melihat ke belakang rakyat Indonesia sudah kapitalis, pragmatis, materialis, utilitalianis, liberalis, dan hedonis. Semua menggunakan bambu runcing merk SAMSUNG. Menteri Pendidikan mau melawan teknologi juga tidak bisa. Sehingga yang terjadi sekarang adalah residu.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan dan jawaban pada kuliah pertemuan ke 8 Filsafat Ilmu :
1.        Bagaimana filsafat memandang filsuf muslim?
Jawab :
Jika saya berbicara awal dan akhir zaman, itu berstruktur. Berpikir, berfilsafat itu berstruktur. Berstruktur itu pada level mana awal akhir zaman itu. Kalau orang awam, commonsense, awal zaman itu diciptakan Tuhan. Awal zaman itu awal manusia diciptakan (Nabi Adam), akhir jaman kalau sudah kiamat. Karena filsafat, karena relatif, awal zaman adalah ketika saya membuka kuliah. Itulah jebakan waktu. Akhir zaman adalah nanti saat kuliah ditutup. Mengetahui rentangan waktu tergantung konteksnya. Jadi pemahaman waktu yang relatif satu dibanding sepersejuta, maka bisa menghasilkan sepersatujuta tahun adalah 1 detik. Plato menjadi belum lahir. Kalau seribu tahun, Plato baru lahir 2 detik yang lalu. Agama islam itu abad ke 5 setelah Masehi. Jadi, sebelum abad ke 5, tidak ada filsuf Islam. Padahal filsafat itu sebelum zaman Masehi. Zaman Yunani itu sebelum masehi. Mereka belum kenal agama.

2.        Apa beda kontradiksi dan identitas?
Jawab :
Filsafat itu harus berpikir. Jika hanya tersenyum tidak akan sampai-sampai. Jika Anda tidak paham identitas dan kontradiksi, maka Anda gagal memahami metafisik. Hanya Anda sendiri yang mampu menjelaskannya. Identitas itu terbebas oleh ruang dan waktu. 4=4 itu hanya terjadi di dalam pikiran, tapi kalau sudah diucapkan, ada 4 pertama dan 4 kedua. Diucapkan itu dunia realis. Kontradiksi hukumnya. Kontradiksinya tidak sama dengan matematika. Kontradiksinya aku tidak sama dengan aku. Maka sebenar-benar hidup ini adalah kontradiksi. Tapi jangan salah paham, bukan kontradiksinya matematika. Jadi di dunia ini tidak pernah aku sama dengan aku, apalagi aku sama dengan Marsigit. Aku sama dengan aku saja tidak pernah terjadi, apalagi aku sama dengan Pak Marsigit. Maka yang bisa sebenar-benar sama dengan namanya adalah Tuhan sendiri. Kalau itu tidak paham, Anda gagal memahami metafisik. Tolong direnungkan. Jadi setiap saat engkau selalu berubah di dunia ini. Bisa mengembang, bisa meluruh. Kalau bahasa grafiknya matematika itu grafik yang meluruh, eksponensial negatif, mengurangi dan berkurang terus. Satu sisi bertambah, satu sisi berkurang. Maka orang pun meluruh. Berat badannya berkurang terus, usianya juga nanti kualitasnya juga kandungan tulang nanti berkurang terus. Setiap detik selalu terjadi perubahan. Ini teorinya Heraclitus. Dan ini semuanya betul semua. Dunia selalu berubah, Heraclitus betul. Dunia ini tetap, Parmenides betul. Kalau kita berfilsafat, apanya yang tetap apanya yang  berubah. Yang tetap adalah engkau itu tetap anaknya bapakmu. Engkau tetap anaknya ibumu, tidak bisa dibantah. Dari awal sampai akhir zaman tidak bisa dibantah. Tapi menurut Heraclitus, yang berubah adalah semua komponen yang menyusun diriku itu, sel-selnya mengalami perubahan. Cairan tubuh, kandungan tubuh, belum lagi kandungan hati kandungan pikiran, dan seterusnya, selalu mengalami perubahan.
3.        Kenapa Immanuel Kant tidak memilih analitik a posteriori?
Jawab :
Kalau diberi contoh, analitik itu logika. A posteriori itu seekor tikus. Bayangkan nalarnya tikus memakai logika itu seperti apa coba? A posteriori itu hanya mampu memikir, hanya paham setelah terjadi. Itu kan seekor kucing, analitik itu kan logika. Sama saja kamu mau bertanya bagaimana kucing itu memakai logika. Kucing tidak memakai logika. Dia memakai intuisi saja. Jadi bukan sembarangan memilih itu. Tidak bisa sembarangan dipadukan.
4.        Mengapa pendapat gelap semua kebenaran terletak pada gereja?
Jawab :
Kalau Anda betul-betul mau membaca, dibaca bukunya. Filsafat itu ada di mana-mana, ada filsafat analitik, filsafat bahasa, filsafat Yunani, dan sebagainya. Tergantung kita mau membaca dan memikirkannya.
5.        Apakah bangsa yang memiliki struktur seperti Indonesia, yang mengutamakan spiritual selalu kalah dengan fenomena kontemporer?
Jawab :
Kalah apanya dulu. Inilah fatamorgana. Sekarang standar. Semua yang menetapkan standar orang sana. Kita mau berdiri sendiri sekarang dimusuhi oleh sana dan sesama. Misal Anda mau olimpiade renang putri memakai jilbab. Orang sini tidak setuju, orang sana juga tidak setuju. Mungkin karena kepraktisan. Namun, negara yang kokoh pendirian, terjadi peperangan juga, seperti Iran. Tidak mudah. Tadi dikatakan Immanuel Kant bisa berpendapat seperti itu karena, ya, terserah. Anda juga bisa kalau Anda mau dan mampu. Masalahnya dia itu mampu. Itu karena struktur yang demikian itu ternyata mampu menjanjikan dan mampu menghidupi. Seperti misal sekarang ini, ilmu humaniora itu tidak kelihatan hilang dikuasai oleh ilmu-ilmu natural, tapi orang-orang ilmu humaniora, tidak merasa. Dia tetap merasa senang dan bersenang-senang, karena merasa disuapi, dicukupi, dan sebagainya. Sebaliknya. Ilmu-ilmu humaniora seperti agama, sosial, kesenian, tidak mampu membuat program dan tema yang bisa menghidupi semua itu. Tapi dengan ilmu natural yang dikembangkan itu sekarang ada kurikulum saintifik, artinya kalau ilmu-ilmu humaniora kembali lagi ke filsafat sebelum positif. Auguste Comte itu. Sehingga sekarang semua tanpa kecuali. Departemen Agama saja korupsinya paling tinggi. Sebagai gambaran jebolnya struktur keimanan kita. Menteri Agama saja dipenjara. Menteri Agama penjaga gawang surga neraka Indonesia, masuk penjara. Bagaimana coba? Karena mereka berkarya nyata dengan metode saintifik itu. Mereka menciptakan handphone, kemudian dijual di toko. Kemudian dinyalakan dan bisa digunakan langsung. Semua tanpa terkecuali, dari gereja dari masjid dari mbah kyai, semua terhibur setelah memegang handphone. Coba kalau diserahkan kepada humaniora, hanya andaikata. Andaikata punya handphone. Dan sebagainya. Dulu ada cerita kancil nyolong timun, korupsi itu karena dongeng dulu kancil nyolong timun.
6.        Bagaimana filsafat menyikapi Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin? Apa hubungannya dengan spiritualism?
Jawab :
Sekarang masalah perang dulu. Perang dalam arti berdimensi. Kemudian Perang Dunia I itu zaman feodalism, artinya memperebutkan pengaruh-pengaruh di dunia. Termasuk eksploitasi lahan. Kemudian Perang Dunia II itu melanjutkan sentimen. Exclusivism dari pada egosentris kelompok masyarakat. Bangsa Suku Arya, Jerman, Jepang, dan sebagainya, yang ujung-ujungnya mulai eksploitasi. Perang Dingin itu mengendalikan diri, menyadari bahwa yang namanya perang itu mesti hancur-hancuran. Tidak ada yang menang di perang itu. Semua kalah. Coba Allepo seperti apa. Karena mereka hanya korban dari segelintir orang yang punya ambisi.
Makanya jangan terlalu gampang mengobarkan perang dengan siapapun kapan pun di manapun. Pasti hancur-hancuran. Dan hasilnya adalah budaya yang berabad-abad itu akan hilang. Sekarang peperangan itu kejadiannya hubungan antara yang ada di Indonesia dengan Powernow itu. Jadi saya katakan Pak Jokowi, Pak Menteri, semua melihat bahwa komponen bangsa ini sudah menjadi –maaf- Powernow-Powernow juga dan mau tidak mau mesti kita ke sana juga. Artinya kita ikhlas. Itu sebetulnya juga dalam arti sempit, dalam arti lokal, dalam arti nasional, munculnya Pancasila ketuhanan dengan 5 sila itu juga solusi cerdas zaman dulu karena multikultur indonesia dari Sabang sampai Merauke, 350 suku bangsa dan sebagainya. Kalau mau diikonik satu suku bangsa saja atau satu agama Islam saja, yang lain mau kemana?pasti tidak mau. Itu sudah penerapan juga dari Immanuel Kant juga. Termasuk anda, walaupun Anda mempunyai jilbab, pakai jilbab dan sebagainya, ternyata Anda juga semua pilih Samsung. Dan Anda memakainya untuk menaruh doa juga walaupun mungkin tidak pernah atau jarang dibaca. Seperti itu kenyataannya. Jadi artinya, menurut saya, kita harus selalu kreatif dan dinamis. Menempatkan diri baik secara individu, secara kelompok, maupun secara kebangsaan, bagaimana berinteraksi dengan dunia luar. Artinya, ya, kapital ya kapital, tapi kapital yang pancasilais. Atau kalau diturunkan spiritualis ya kapital yang spiritualis pragmatis atau sebaliknya, spiritualis yang kapital, seperti apa itu ya. Kurang tepat. Ya hedois, ya hedois, tapi nanti dulu, jadi pemikiran semuanya. Itu jadi pemikiran kita. Solusinya seperti apa? Zaman sekarang, suami istri, istrinya dirumah usaha, kemudian suaminya kerja swasta nyambi nyopir taksi. Istrinya minta diantar ke pasar karena suaminya sudah naik taksi gojek, istrinya harus bayar. Sebagai solusi. Tapi solusinya tergantung, bayar ya bayar misal tiga ratus ribu masuk ke tabungan. Ternyata yang memegang tabungan adalah istrinya. Bisa saja begitu solusinya. Tapi etis paling tidak dengan digojekkan seperti itu, dengan ditaksi onlinekan, istrinya mau pergi ke mana-mana, suaminya semangat mengantar. Istrinya juga jadi tidak foya-foya gampang-gampang pergi-pergi ke mana-mana, yang penting-penting saja, dan sebagainya. Solusinya selalu ada. Jadi bukan harga mati, selalu ada. Seperti bagaimana kita mempunyai hp, tapi hp bisa saya pakai untuk kuliah. Anda semuanya terpantau tanpa terkecuali di hp saya.
7.      Apakah ilmu agama merupakan teori rasionalism Descartes atau teori empiricism Hume?
Jawab :
Jangan dibalik. Mereka itu dalam hal tertentu juga bersinggungan, atau dalam bukunya, pernah menyebut tentang agama di mana. Begitu caranya. Kalau dibalik nanti dipaksakan. Seperti Rene Descartes, Descartes itu mimpi, sampai-sampai dengan Tuhan pun diragukan. Bagaimana Tuhan mampu memberi pencerahan kepada dia, dia itu bertanya. Apa bedanya kenyataan dan mimpi yang dialami. Dia bertanya pada Tuhan, Tuhan dianggap tidak menjawab. Maka dia menemukan jawaban yang pasti dan tidak bisa dibantah. Yaitu bahwa kenyataan saya sedang bertanya. Karena saya sedang bertanya itulah, saya itu ada. Kalau aku tak cubit sakit, orang mimpi pun dicubit sakit. Apa bedanya?Jangan-jangan mencubitku sekarang ini karena aku sedang bermimpi. Sampai bingung Rene Descartes. Tapi kenyataan bahwa dia sedang bertanya itulah. Maka lahirlah notion cogito ergo sum. Aku bertanya atau berpikir maka aku ada.
8.      Apa itu notion?
Jawab :
Notion itu peribahasa, semboyan, stigma, atau istilah-istilah. Dalam bahasa ada istilah notion juga.

Paradoks tukang cukur : komentar tidak ada yang benar. Yang benar adalah A={x|x tidak sama dengan x}. Ini berpikir. Apakah x anggota A?Ya. Tapi x tidak sama dengan x. maka x bukan anggota A. jadi x anggota A dan bukan anggota a. itu maksudnya kontradiksi tukang cukur. Tidak ada yang paham. Kalau saya tidak tunjukkan contoh. Guru sebagai fasilitator. Siswa dimanjakan. Salah tidak apa-apa.
Ini paradoks himpunan. Dalam bentuk kalimat menghasilkan paradoks tukang cukur, dicukur ya salah, tidak dicukur ya salah.itu namanya paradoks. Apakah ada di dunia? Banyak sekali. Sebenar-benar hidup ini paradoks, selama kita masih ada di dunia. Maka paradoks itu penting. Di dalam filsafat, paradoks itu dijelaskan. Dan ditelaah di dalami. Tapi untuk orang matematika murni, ini sebagai catatan saja. Ini paradoks. Titik. Itu bedanya orang matematika murni dan tidak, dan filsafat.

Tugas Kuliah Filsafat Ilmu
Refleksi Kuliah ke 1 – 7
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.





Disusun oleh :
Kartika Nur Oktaviani               16709251032



PENDIDIKAN MATEMATIKA B
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

PERTEMUAN 1
Yang pertama marilah bersyukur kepada Tuhan. Bagi mahasiswa yang non muslim juga. Semakin banyak variasinya semakin baik. Kalau di filsafat, cermin-cermin seperti itu. Jadi, saya mengucapkan selamat pada anda yang telah jadi mahasiswa UNY. Sebetulnya di dalam matkul filsafat ilmu ini ada beberapa hal yang pertama : level S1, level S2, dan level S3. Kalau Anda ingin menguji sendiri boleh. Bedanya S1, S2, dan S3 itu apa. Lihat KKNI, Kurikulum Kualifikasi Nasional Indonesia. Saya membuat strategi untuk setiap orang yang saya ajak komunikasi karena sebetulnya filsafat itu menurut saya prerequisite-nya pengalaman. Sedangkan pengalaman sendiri sangat luas, tidak ada spesifik dan konsep tertentu, yang mendahului, dan sebagainya. Misalnya : kita mau ke pasar dulu atau ke bank dulu itu sangat kontekstual, tidak ada bank prerequisite ke pasar atau pasar prerequisite ke bank. Seperti itu kira-kira filsafat. Hanya nanti kedalaman dan intensitasnya saja. Jadi,  prerequisit tadi berupa pengalaman. Oleh karena itu, di dalam perkuliahan ini ada beberapa asumsi. Asumsi yang anda dan juga saya perlu ketahui bersama. Ada 3-4 orang yang pernah kuliah sama saya sudah tahu. Besok seperti juga sama referensinya hanya lebih intensif. Targetnya agak berbeda, jumlahnya juga agak berbeda. Intensif. Ciri-ciri perkuliahan ini seperti anda lihat, saya dalam ruang dan waktu yang terbatas, saya berusaha mengambil peran tetapi tidak berarti mengurangi/menghilangkan peran  mahsiswa. Malah melebih-lebihkan peran mahasiswa. Maka jika kuliah itu waktunya hanya sekarang ini  kemudian saya pakai habis untuk saya itu yang tidak baik. Padahal sebagian dari kita persepsinya seperti itu. Oleh karena itu pemanfaatan waktu mungkin kalau kuliahnya adalah sekarang dan hanya sampai rentang ini 1 setengah jam atau 90 atau 100 menit dan tidak ada yg lain kalau dilihat dari sisi waktu, kalau saya guru yang otoriter berarti 100 % saya pakai wktunya. Anda 100% pasif. Kalau saya ingin demokratis 50% anda 50% saya. Separuh dari waktu kemudian dibagi 22. Anda hanya memperoleh berapa persen? Andaikan saya kurangi peran saya, jadi 10%, Anda naik 90%. Andaikan saya nolkan peran saya, Anda 100%. Persentase 100% pun masih dibagi 22. Dibagi 20 saja masing-masing 50% waktu. Berarti 50% x 100 waktu masing-masing mahasiswa 5 menit. Belum lagi jika ada yang tidak fokus dan sebagainya, bisa berkurang lagi waktu yang 5 menit itu. Itu saya 0 persen. Itu kalau saya reduksi. Saya sederhanakan hidup ini dari pemanfaatan waktu saja. Tapi hidup tidak seperti itu. Tidak hanya uang saja atau tidak hanya waktu saja. Tidak hanya kendaraan saja atau tidak hanya kekayaan saja. Sehingga saya mengambil strategi begini. Okelah mungkin saya disini bercerita cas cis cus banyak sampai-sampai Anda tidak kebagian waktu saya 100% di sini. Kalau begitu carilah waktu yang lain di mana di tengah 24 jam setelah dikurang 100% x jam kuliah hari ini. Maka anda masih punya waktu selain kuliah ini masing-masing independen merdeka satu dengan yang lain. Artinya, andaikan engkau berteriak di kamarmu sendiri sekeras apapun tidak akan mengganggu engkau yang akan tidur di kamarmu. Itu namanya independen. Tapi disini tidak independen. Kalau aku berbicara, kamu tidak bisa berbicara. Kalau kamu berbicara, aku tidak bisa berbicara. Kita tidak merdeka. Path on each other. Tergantung pada yang lain. Maka supaya kita merdeka silakan pergi jauh tidak tergantung satu sama yg lain. Apa bisa ?Bisa. Nanti ada saatnya. Saatnya berkumpul. Jadi saya masuk ke pintu tadi bergaya sok-sokan memang sengaja saya cari perhatian tapi karena kebiasaan jadi kebiasaan. Supaya Anda memperhatikan saya. Tradisional sekali. Guru yang baik adalah yang perhatian ke siswa, jangan yang guru yang minta diperhatikan siswa. Itu tadi pembagian waktu tadi sehingga dikarenakan kurikulumnya, silabusnya, dan sebagainya maka seperti itulah kira-kira. Jadi peran Anda bisa dioptimalkan pada suasana dan tempat di mana Anda bisa merdeka berpikir, berbicara, dan sebagainya. Selain di tempat ini. Itulah maka syarat-syarat seperti itu artinya ada asumsi. Asumsi yang pertama ialah ini Anda itu S2 . S2 itu setelah S1 terus S3. Setelah S3 adalah S4. Sedoyo Sampun Sami Sepuh, kalau kata orang Jawa. Sudah tua. Saya ingin menyatakan bahwa ada di daerah tertentu itu orang lahir sampai tua tidak pernah dewasa. Itu ada. Tapi ada juga di daerah tertentu orang yang masih SD tingkat kedewasaannya sudah seperti SMP dan SMA. Apa ada di antara anda yang diantar orang tua saat kuliah? Jika tidak, itu berarti anda sudah independen, merdeka, dan mandiri karena tidak perlu diantar orang tua. Tapi kemarin Pak Menteri yang istirahat itu membuat peraturan untuk mengantar anak SD, SMP, sampai SMA. Lalu kapan kita jadi dewasa? Dari kesadaran satu indikator kalau saya ambil satu indikator, kesederhanaan orang dewasa contoh saat saya kuliah di Inggris 1,5 tahun. Saya datang ke sebuah SD. Pintu gerbang ada anak-anak sedang olahraga. Kelas 2 SD kalau orang sini itu ada orang asing datang, mereka lari. Kalau di sana saya dijemput ditemui sama dua orang anak. Ditanyai dengan sopan dan dipersilahkan duduk di ruang tamu. Kemudian diminta menunggu dulu, sembari mereka menemui kepala sekolah. Lalu mereka olahraga kembali. Saya melihat indikator ini. Anak kecil kelas 2 SD sudah dewasa. Sadar lingkungan dan bisa mencari solusi persoalan lingkungan. Sedangkan yang di sini kelihatan sudah berkumis sudah ini bisa juga masih anak-anak dan belum dewasa. Dosennya datang komputer belum menyala. Sebetulnya, daripada mengobrol begitu lebih efektif waktu kalau saya menyalakan komputer. Siapa tahu lebih efektif 5 menit nanti kalau dosennya datang. Kamu menyaksikan sendiri, komputernya mati. Anda kalah dewasa dengan murid SD di UK (United Kingdom). What something wrong? Permasalahannya adalah Anda tidak peduli di lingkungan. Itu salah satu bentuknya ketidakdewasaan. Tidak usah jauh-jauh, lihatlah pada diri sendiri. Rupanya mungkin jiwa penjajah Belanda terdahulu sampai sekarang masih gentayangan spiritnya, jiwa inlander, atau apa istilahnya. Maka selamanya kita tidak akan maju kalau kita masih mempunyai sifat seperti itu. Tidak punya pengambil peran. Sebenarnya asumsi yang pertama dari perkuliahan ini adalah Anda dewasa. Tapi terbukti bahwa untuk menjadi dewasa itu ternyata tidak mudah. Itu salah satu contoh. Contoh yang lain mari kita tengok ke bawah. Kita temukan bungkus permen tidak. Coba dicari. Wah ada tisu di bawah. Ini berarti kita belum dewasa dari sisi me-manage tisu. Asumsi di dalam perkuliahan ini adalah kita itu dewasa. Kalau di Jepang itu, saya duduk di ruangan ini maka saya bertanggung jawab terhadap kebersihan di ruangan ini. Kau tadi menghapus papan tulis tergopoh-gopoh karena ada yang menyuruh. Itu belum dewasa. Perintah dilaksanakan karena takut. Itu tidak dewasa. Kalau di Jepang, saya masuk ke hotel itu resepsionis hotel itu ketika tidak ada tamu dia jalan-jalan membersihkan ruangan sehingga tidak ada tempat berdebu di sana. Coba tengok belakang kamu. Itu pasti banyak debunya. Siapa yang bertanggung jawab?Jadi dari sisi manajemen waktu kebersihan, kita belum dewasa. Banyak sekali. Padahal itu asumsi perkuliahan ini. Itu asumsi pertama. Kedewasaan dalam arti sebenar-benarnya dewasa. Oleh karena itu, di dalam perkuliahan ini saya juga tidak akan memberikan ilmu ke anda. Cari sendiri. Saya tidak akan memberikan filsafat. Cari sendiri, karena jika iya, bertentangan dengan hakikat ilmu dan filsafat itu sendiri. Karena kalau saya beri, berarti saya punya ekspektasi yang namanya bergaul itu ekspektasi. Begitu saya datang ke situ, sosok seperti saya ini datang ke situ, Anda langsung berekspektasi. Orang itu aneh, dan sebagainya. Dengan ekspektasi itulah Anda kemudian mampu merespon, berkomunikasi, melihat, mendengar, dan sebagainya. Kalau saya memberikan itu semua setiap konsep demi konsep itu berarti pikiranmu itu dikendalikan oleh ekspektasi saya. Anda tidak punya ekspektasi samasekali. Secara psikologi itu bertentangan tidak sesuai dengan kodrat manusia hidup bahwa manusia hidup itu ada usaha dari dalam diri sendiri untuk menjadi dirinya masing-masing. Saya bicara terus untuk satu jam pelajaran tidak masalah, tetapi kalau saya bicara terus, terus, sampai 24 jam maka itu sama saja saya sedang berusaha menjadikan dirimu sebagai diriku. Tidak cocok dengan kodratnya. Karena kodratnya dirimu itu beda dengan diriku. Kodrat itu tidak ada manusia yang sama kenapa aku berusaha keras supaya engkau sama dengan diriku, walaupun itu pikiran, konsep, pendengaran, penglihatan dsb. Jadi di dalam filsafat itu beda sama dengan sama. Seperuh beda separuh sama dijumlahkan menjadi hidup yang utuh. Harus ada beda harus ada sama jadi harus diberi kesempatan yang beda ini. Jadi seharian penuh, satu minggu penuh, satu penuh seumur hidup aku mencari persamaan diantara aku dan dirimu tidak akan selesai. Sama-sama makan, makan nasi, minum, bernapas, bernapas menghirup udara, udara oksigen terus sama seumur hidup tidak akan selesai mencari sama. Jangan dikira. Sama-sama pernah naik pesawat, sama-sama pernah naik motor Yamaha roda dua terus ban karet terus menggelinding terus cari yang sama seumur hidup tdk selesai. Demikian juga yang berbeda. Jadi hidup itu adalah sama dan beda. Oleh karena itu maka saya tidak ingin memaksakan anda dengan pikiran saya. Silakan cari bedanya. Itu yang kedua. Yang pertama dewasa. Yang kedua peran saya di hadapan anda tidak ingin memberikan ilmu tetapi bagaimana tanggung jawab saya sebagai orang tua, guru, dan dosen. Tanggung jawab orang yang lebih tua. Bedanya tua dan muda. Bedanya yang dewasa dan yang belum. Beda anak dengan orang dewasa. Bedanya orang tua dan anak-anak, dengan anak-anak yang sudah dewasa. Ada bedanya?Bedanya karena perbedaan skema. Skema atau struktur atau bangunan. Kenapa mereka begitu? Mereka sudah ada sistem, struktur dan bangunannya. Contohnya di Jepang. Di sini kenapa kita tidak ada struktur bangunannya? Karena kita itu rapuh, tercerai berai. Kenapa rapuh tercerai berai? Karena masyarakat heterogen tetapi belum digarap bidang itu atau itu sisa-sisa peninggalan nenek moyang yang black, yang negatif. Nenek moyang itu diwarnai rasa takut. Budaya kita bangsa Indonesia itu diwarnai rasa takut, diwarnai rasa dikuasai sehingga hidup ini serba ketakutan. Maka ketika diambil yang ketakutan itu kita do nothing, kehilangan orientasi. Oleh karena itu, maka beda saya dengan Anda itu adalah strukturnya. Ada ciri-ciri atau indikasi dilihat secara spesifik, bahwasanya di situ ada struktur dan skema. Biasanya secara fisik kelihatan tapi tidak selalu. Tetapi andaikatapun secara fisik kelihatan, tetapi struktur yang seperti apa. Misal orang seperti saya ini tidak akan Anda mengatakan kalau saya itu sweet seventeen. Kemudian langsung kelihatan dari ciri fisiknya. Ber-chemistry omongan saya dengan keadaannya. Tapi bukan itu maksudnya skema, bukan. Skemanya saya di sini sebagai dosen, Anda bisa dilihat dari jadwalnya. Nama dosennya Prof. Dr. Marsigit, M.A. Eh anak tetangga saya lahir sudah diberi nama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Percaya?Tidak percaya. Lahir baru 35 hari sudah diberi nama Prof. Dr. Marsigit, M.A. Kenapa tidak percaya?Karena ada skema, ada struktur di situ. Berarti bagi orang yang bergelut di dunianya, kecuali orang di suku pedalaman sana, suku anak dalam, namanya siapa? Prof. Dr. Marsigit, M.A. Wah panjang sekali. Nanti sebelah ikut-ikutan. Prof. Dr. Marsigit, M.A. Jadi satu suku itu namanya pakai prof semua. Tidak mengerti dari mana. Kelihatannya indah di telinga. Pernah dengar di terlevisi. Jadi satu kampung di sana namanya profesor semua. Eh ternyata dari suku kampung itu ada yang kuliah. Wah ternyata ‘MA’ itu tidak sembarangan. Harus kuliah 1,5 tahun di luar negeri minimal baru dapat MA. Doktor juga. Doktor itu segar, manis atau kecut? Kalau makanan itu manis atau tidak? Apalagi profesor. Profesor itu sering memberi nasehat kepada orang. Di kampung saya ada itu. Orang tua sering memberi nasehat, yaitu dukun. Profesor dia. Dukun itu kalau di kampung namanya profesor juga. Dia tidak mengerti strukturnya. Maka dengan struktur itulah yang membedakan secara formal. Kalau substansi isinya adalah mari kita ngobrol 30 jam sehari kalau bisa. Untuk bicara substansi. Tetapi bentuk formalnya tidak sembarangan ditaruh di situ. Ini dipanjang-panjangkan kenapa, pakai titik di sini kenapa, ini kurang pekerjaan namanya seragam macam Prof titik. Saya tiba-tiba bikin Prof koma. UNY membuat nama aneh-aneh. Kenapa seragam begitu. Ada profezur, profezir. Itu formalnya. Yang sama. Ternyata penting juga yang sama itu. Karena ada formal semacam itulah maka Anda sudah bisa menebak bahwa dari namanya saja itu berarti itu ada strukturnya. Struktur itu bangunan, jadi pascasarjana itu membuat gedung bertingkat di sana, itu struktur. Di sini juga struktur bangunan. Struktur alami berupa gunung. Maka struktur keilmuan juga seperti gunung strukturnya. Oleh karena itu maka saya menghadapi anda dengan skema dan struktur. Struktur itu sudah anda tinggal digali oleh anda sendiri masing-masing.
Oleh karena itu saya menyediakan skema buat anda untuk membangun hidup dirimu. Dimanapun engkau panggil aku akan hadir di situ. Dimanapun kapanpun selagi belum ada perang nuklir. Kalau ada perang nuklir ya rusak ya sudah. Rusak semua. Di pesawat di kapal di bandara di stasiun di kebun di pantai silakan buka website dan blog saya. Engkau panggil aku akan hadir. Namun ada syarat-syarat membuka. Kalau tidak dipenuhi bisa berbahaya. Masuk daerah tertentu itu berdoa dulu supaya ikhlas di dalam hati. Dengan perasaan yang senang. Saya waktu ke Inggris juga berdoa. Lebih dari itu saya terkena takhayul/mitos. Saya bawa tanah dari pulau Jawa sampai Inggris saya sebar-sebarkan. Aku sudah doa-doa di sana agar tidak kena pengaruh macam-macam. Bawa tanah dari Jawa supaya saya di sana itu ini level di bawah spiritual di atas masyarakat ada kepercayaan-kepercayaan takhayul-takhayul itu. Daripada membuat tanda tanya terus lebih baik saya bawa saja lah. Berdoa. Tapi pikiran saya, saya ambil psikologisnya saja. Berkenalan supaya saya segera ber-chemistry dengan sana. Tapi dengan cara yang baik. Itu maksud saya. Supaya bisa optimal. Jadi di daerah apapun masuk kemanapun diniati dengan doa. Doa itu persiapan batin. Sejak awal itu doa. Motivasi yang paling tinggi. Syarat kedua kalau membaca itu berusaha dimengerti, syarat pertama berdoa itu agar ikhlas di dalam hati, syarat kedua agar ikhlas di dalam pikiran. Jadi berusaha dimengerti. Itu bagi orang yang belum paham itu adalah rubbish, tumpukan sampah. Tapi ternyata tumpukan sampah itu pun bermanfaat bagi seorang pemulung. Anda mencari ilmu itu pun seorang pemulung, niatkan diri seorang pemulung mencari ilmu, supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan kesombongan dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Di dalam pikirannya. Apalagi didalam hatinya. Berdoa kok dengan sombongnya. Doanya tidak akan dikabulkan. Tuhan tidak suka dengan orang yang sombong. Khusus bagi non muslim nanti karena filsafat itu tidak bisa dihindari dengan naik ke spiritual, nanti bagi non mus silakan menyesuaikan diri. Cari yang masih layak masih mampu bisa dibaca tapi kalau sudah masuk ke akidah kalau tidak kuasa jangan dipaksakan. Kalau kita paham, yang namanya sampah pun berstruktur. Jadi, saat Anda di situ keikhlasan Anda diperlukan untuk berjuang, yang kelihatannya sampah menjadi berlian. Itu kreativitas zaman sekarang itu begitu. Dalam managemen anak muda itu begitu. Bagaimana tantangan anak muda sekarang yang mau bisnis silakan ubah, bagaimana sampah menjadi berlian. Jadi pandai-pandailah silakan cari yang suka yang cocok. Berusaha tapi jangan dipaksakan. Mungkin bacanya perlu satu atau dua kali. Blog saya itu kelebihannya adalah dia lengkap unsur-unsur nya di samping itu dia punya link yang banyak.
Nanti kita perbanyak saja tanya dan jawab. Dengan tanya jawab itulah sebenar-benarnya ilmu diawali dengan bertanya, barang siapa tidak punya pertanyaann jangan harap dia punya ilmu. Orang tidur tidak punya ilmu dia. Mati cuma sekali kok ga punya pertanyaan. Orang mati kok disuruh bertanya. Berarti orang bertanya itu orang yang masih hidup. Ilmunya manusia itu adalah bagi orang-orang yang hidup. Kalau orang yang mati bukan ilmu lagi namanya sudah jadi amal. Itu. Amal itu amal manusia itu, manusia ditaruh di kotak. Apa giginya lepas terus rambutnya rontok terus lama-lama kakinya tidak terasa. Terus. Akhirnya napasnya hilang. Yang tersisa tinggal nama. Maka kalau orang udah tua itu, lama-lama kehilangan pendengaran, kehilangan pandangan, dan sebagainya.
Kalau Anda masih jelas saat belajar filsafat, terang benderang dan enak mendengar itu belum berhasil saya. Keberhasiln saya itukalau anda sudah kacau. Ini begini-begini itu saya sedang membikin anda itu kacau di dalam pikiranmu. Sebenar-benarnya ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jangan sekali-kali kacau di dalam hati. Karena menurut mbah kyai itu kacau di dalam hati itu adalah godaan syaithan. Nauzubillah. Sebenar-benar ilmu itu adalah kacau di dalam pikiran. Kita sudah profesional. Bisa bedakan kacau dalam hati dan pikiran. Orang marah itu kacau dalam hati. Orang sedang mencari rumus kacau di dalam pikiran. Kan sudah bisa membedakan kacau di mana. Petinju itu kacau sekali. Bak buk bak buk. Juga ibarat kalau tidak kacau tidak akan ada ada bangunan itu. Bangunan itu kacau sekali itu semen campur pasir digiling kacau sekali bisa jadi bangunan. Jadi kalau mau maju berani kacau kamu itu. Kamu ke sini itu kacau sekali. Berantakan ini kamarnya belum dirapikan maka sudah ditelepon saya udah di bandara.
Karena filsafat itu kacau di dalam pikiran, jangan sampai kacau di dalam hati, maka aku berpesan karena kacaunya pikiran tadi maka aku berpesan supaya saat belajar filsafat tadi juga sekaligus teguhkan dan kokohkan spiritual anda masing-masing. Yang masjid ke masjid yang ke gereja ke gereja.itu. Kalau sudah pikiran kacau jangan diterus-teruskan di dalam hati. Berhenti berpikir, tenangkan hati ibadah, sholat malam, dan sebagainya. Kalau tidak dihawatirkan pikiran anda mengalami degradasi atau akan menjadi kering jangan sampai terjadi. Mudah-mudahan na jadi nanti anda akan menemukan akan mejumpai bahwa filsafat itu apa saja. Orang bilang filsafat menurut ini. Aku tidak seperti itu. Filsafat tidak seperti itu. Silakan.

PERTEMUAN II.
Ada banyak refleksi pertanyaan dan jawaban dari dosen sebagai berikut :
1.      Setiap tesis itu memiliki antitesis. Maka apa antitesis dari tesis Tuhan itu ada?
Jawab :
Saya sarankan untuk belajar filsafat jangan terlalu royal berbicara Tuhan. Berbahaya. Oleh karena itu, sebelum belajar filsafat kita istighfar dulu yang Islam itu. Berdoa. Istighfar mohon maaf sebelumnya ini saya mengembarakan pikiran. Pikiranku tertambat di dalam hati hatiku adalah keyakinanku. Spiritualku agamaku. Imanku ibadahku akidahku sehingga sejauh-jauh pikiran tetap bisa kembali. Jadi ibarat kebun, itu di sana ada batu, di sana ada tanah yang subur di sana ada kolam air dan sebagainya. Menanam pohon itu lihat kebunnya, jangan mentang-mentang dibolehkan menanam, aku menanam pohon mencoba-coba supaya pohonnya bisa bergoyang-goyang. Mencoba menanam di atas air, lama-lama busuk. Aku coba menanam di atas batu lama-lama tidak berkembang dan mati. Filsafat juga begitu hidup juga begitu. Waktu saya kecil dulu. Waktu saya ideal seperti anda itu, sama saja waktu itu, tabrak saja. Pokoknya kita mempunyai keinginan apa pagi sore siang malam tidak masalah. Waktu sama saja. Belajar dari pengalaman terus menerus dan sebagainya, dari beribadah dan sebagainya, maka ternyata setiap detik itu berbeda, menuju setiap detik itu mulai dari pagi dan sore siang dan malam. Suara serangga di waktu pagi itu beda dengan suara serangga di sore hari. Suara binatang di malam hari juga berbeda dengan suara binatang di siang hari. Hari Senin dan hari Jumat juga beda. Jam dua malam sepi sekali angin sepoi-sepoi juga. Kalau untuk beribadah enak sekali. Kalau mau sholat beribadah di sana lah di ruang yang agak terpencil. Juga lebih khusyu. Tapi sebaiknya kita kembarakan dulu kita ketahui dulu lain-lain sebelum masuk ke area itu.  Namun saya juga tidak menakut-nakuti. Berfilsafat itu olah pikir sejauh batas-batas kelaziman etik dan estetika hati kita masing-masing yang bisa mengijinkan aku sampai ke situ atau tidak. Jadi yang menyangkut masalah eksistensi Tuhan dan sebagainya kalau sudah sampai kepada sifat-sifat eksistensi Tuhan yang harusnya memang di dalam hati, maka berlaku hukum bahwa pikiran kita itu tidak bisa mengerti semua relung hati kita. Atau pikiran kita tidak bisa mengetahui unsur semua Tuhan itu. Kita turunkan tesis antitesis. Kalau tesisnya saya maka antitesisnya adalah bukan saya. Bukan saya termasuk tuhan. Tapi kalau ditingkatkan spiritual, antara saya dan bukan saya. Ternyata bukan saya termasuk Tuhan berarti saya dengan tuhan Tuhan yang ada di sana. Apakah iya? Itu kan berarti saya sudah mengambil sikap bahwa Tuhan tidak berada di dalam diriku. Salah lagi nanti.

2.      Saya belajar filsafat ini baru. Kadang kala saya sampai tidak punya waktu untuk diri saya sendiri dan beribadah. Bagaimana pandangan filsafat mengenai hal ini?
Jawab :
Banyak sekali poin-poin pikiran Anda itu. Kalau saya berpikir kritis. Diulangi sekali lagi pun, yang Anda ucapkan tadi masih ada yg tercecer bagi saya. Sekarang poin satu per satu. Tapi saya bisa menangkap maksud makro dari pertanyaan anda itu. Maksud makronya adalah mempertanyakan tugas yang terlalu berat sehingga mengurangi daya saya untuk berspiritual. Itu masalah manajemen waktu itu pribadi anda masing-masing. Kalau sampai mengurangi, kalau bisa jangan sampai. Bagaimana caranya?Justru kalau diharapkan bisa men-support dari spiritual kita masing-masing. Tapi kita juga jangan mudah memfitnah , mencari-cari, menghitung-hitung, sekian-sekian seperti orang administrasi. Sekarang saya bayar sekian untungnya sekian. Bertemu saya rugi saya untung dan sebagainya. Jadi yang penting usahakan dicari. Nyatanya bisa juga. Memang segala sesuatu memang ada syarat perlu dan cukupnya. Tergantung pengaturan waktunya. Jadi jangan mudah menjatuhkan sesuatu itu yang namanya -dalam kata-kata saya- stigma negatif. Yang ada belum tentu ada bentuknya. Bentuk itu bentuk dalam arti yang mana dulu yang Anda maksud. Yang dikatakan itu berstruktur. Hierarki dunia. Sedang yang mengatakan atau berkata itu juga berstruktur, hierarki dunia, yaitu dua dunia saling menilai. Jadi kalau saya melihat saya dunia yang lain, mau menilai juga mau menyoroti antara interaksi dua dunia itu, dunia si pembicara dan dunia si yang dibicarakan. Kalau yang ada berbentuk. Kalau orang awam, adanya orang awam adanya anak kecil. Adanya anak kecil itu konkrit, konkrit itu benda, benda itu material, itu ada.
Kalau dikatakan yang ada mesti berbentuk, mana bentuknya. Dia bisa ngomong. Itulah bahwa berfilsafat itu diturunkan menjadi zero, zero option. Kemana-mana masih oke, tapi kalau anda masih ngotot ya sudah, tidak dapat apa-apa. Tetap sudah  persneling 5 gas yang ada masih berbentuk ya udah selesai titik. Tapi makanya saya tes saya beri bacaan macam-macam, supaya anda dapat turun. Kamu sekarang dapat berapa? 3 dari 100. Introspeksi. Artinya ada 97 yang tidak ada antara pikiranku dan pikiranmu. Yang 97 carilah tu. Genapkan dalam 1 semester, itulah yang saya fasilitasi dalam hidup itu. Orang itu maunya, orang dagang sapi semudah-mudahnya semurah-murahnya dengan untung yang sebanyak-banyaknya.

3.      Antara ideal dan realita. Ketika mereka tidak sinkron, bagaimana kita mengantisipasinya, apakah kita tetap terhadap ideal kita atau kita menyerah terhadap realita?
Jawab :
Apa yang dimaksud dengan sinkron? Sinkrun?kron apa krun?Tidak pernah sinkron ideal dengan realita itu. Kalau sinkron saya artikan sebagai ketemu. Antara ideal dan realita itu berjarak. Jaraknya awal akhir zaman. Zaman itu di mana, awal zaman itu dulu, akhir zaman itu kiamat. Itu dirimu ketika kecil beragama. Sekarang kan berfilsafat. Sekarang awal dan akhir zaman. Awal engkau bertanya akhir engkau bertanya. Itu zaman. Awal yang tadi kuliah dibuka nanti ditutup. Awal akhir zaman. Mataku berkedip. Awal kedipan mata akhir kedipan mata awal akhir zaman ketika mataku berkedip.

4.      Kenapa bapak tertarik S3 jurusan filsafat?
Jawab :
Siapa dirimu apa dirimu kenapa mengapa dan sebagainya, diriku yang fatal dan diriku yang vital. Kamu lahir di mana? Di Lombok, kenapa engkau lahir di Lombok, kenapa tidak memilih di istana Buckingham supaya dapat warisan Kerajaan Inggris. O iya, Pak, saya kecewa kalau begitu saya lahir kembali, minta kepada Tuhan supaya bisa dilahirkan di sana. Supaya bisa jadi anaknya, Ratu Elizabeth. Kenapa engkau lahir di Lombok? Dipilih. Manusia bersifat fatal, takdirnya dipilih oleh Tuhan engkau lahir di sana. Disyukuri itu karena tidak ada duanya. Orang yang seperti kamu lahir itu tidak ada duanya. Kenapa kamu ke sini?Ikhtiar. Maka kalau kamu bertanya kenapa bapak kok begini, semuanya adalah fatal dan vitalnya. Punya potensinya. Anda juga sekarang dalam rangka untuk mengembangkan fatal dan vitalnya. Sebenar-benarnya hidup itu interaksi antara fatal dan vital. Tiadalah engkau diubah nasibnya oleh Tuhan kecuali engkau sendirinya juga berusaha.

5.      Mengapa kalau kita belajar filsafat ada unsur spiritualnya?
Jawab :
Filsafat itu kan diriku, filsafat itu kan dirimu. Terserah diriku dan dirimu, dan diri mereka. Yang Islam, yang Christian, yang Hindu, yang Budha, yang Yahudi, yang Majusi, yang Kafir, semua berhak berfilsafat asal dia punya pikiran. Karena filsafat itu olah pikir. Tapi olah pikir yang refleksif. Maka orang kafir pun bisa berfilsafat. Kan berbahaya. Kalau kita berfilsafat dan ikut-ikutan bergaul dengan orang kafir, maka selamanya, kemudian kita menggadaikan iman dan taqwa kita. Sangat berbahya. Oleh karena itu, sebelum berfilsafat, dikokohkan hati kita masing-masing. Supaya orang beriman dan berfilsafat lebih kuat imannya. Tapi harus dijalani dengan ikhlas istiqomah sabar jangan menghujat. Saya belajar filsafat jadi ga bisa sholat. Lapor sama Tuhan. Gara-gara tugas saya tidak sholat maghrib. Sama juga samsung baru beli jam 4 sore. Download aplikasi, maghrib, isya, subuh tidak selesai. Lupa semua. Itu fenomena nanti kita akan jelaskan selanjutnya.

6.      Untuk jadi ahli sesuatu hal itu kan butuh usaha. Kalau untuk jadi filsafat juga apakah sama?
Jawab :
Filsafat itu tidak ada ahlinya. Dan tidak ada filsuf itu. Kecuali orang lain yang mengatakannya. Tidak pernah ada ijazah bagi seorang filsuf. Semua yang jadi filsuf itu tidak ada ijazahnya. Saya yang belajar filsafat, malah dapat ijazah. Doktornya saya doktor filsafat. Tidak usah ragu-ragu. Tidak ada ahlinya karena filsafat itu dirimu sendiri. Dan asal engkau bisa menjelaskan maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu.

7.      Dalam filsafat yang diatas  adalah subyek yang dibawah obyek. Dalam elegi menggapai subyek, subyek dikatakan selalu salah obyek dikatakan selalu benar. Kira-kira seperti apa penjelasannya?
Jawab :
Jadi Anda di dalam membaca elegi-elegi saya jangan kemudian linear, mungkin melaporkan ke Yang Maha Kuasa. Kemudian Anda jangan kemudian menggunakan pikiran linear hanya untuk mencari kebenaran sesuatu dan sebagainya.  Anda benar bisa menjawab peningkatan satu dua itu bukan karena semata-mata membaca posting saya. Walau membaca posting saya itu mengkondisikan. Memperoleh atmosphere. Datangnya musim penghujan itu bukan sehari dua hari. Anda ingin memperoleh suatu kesejukan, seperti sejuknya tengah-tengah musim hujan. Ada angin, ada uap air macam-macam menerpa kakiku lewat teras, rumah, dan sebagainya. Nikmatnya bukan main. Jadi, tidak bisa satu, dua, atau tiga hari begitu. Jadi, jangan terlalu kecewa, jangan terlalu berharap ketika nanti malam Anda tidak bisa tidur gara-gara sekarang anda dapat 3 tesnya. Harapannya minggu depan anda akan mendapatkan 30 atau 60. Saya bisa setel supaya kamu dapat nol semua. Coba saja besuk aku akan membuatnya. Di sini bukan masalah Anda dapat berapa. Ini sekedar sarana berkomunikasi saya dengan anda kesadaran bahwa di antara aku dan dirimu ada perbedaan. Operasional yang terukur dari adanya perbedaan itu apa. Saya mengharap 100, Anda memperoleh 15, 12, 3 bahkan 0. Dengan demikian, ini terbuka transparan tidak ada yg ditutup-tutupi. Harapannya, Anda itu egonya meluruh. Secara kasat kata-kata itu meluruhkan kesombongan. Karena belajar itu kalau dengan cara kesombongan tidak akan mendapat apa-apa, malah terbakar habis. Ini supaya kita meluruhkan kesombongan supaya ada kesadaran minggu depan ada tes lagi. Demikian seterusnya sampai waktu yang diperlukan.
8.      Bagaimana cara mengusir keragu-raguan dalam diri?
Jawab :
Ragu-ragu ada dua di dalam filsafat dan kalau yang saya berbicara berarti filsafat saya. Ragu dalam hati dan ragu dalam pikiran. Ragu di dalam pikiran pertanda Anda akan memperoleh ilmu. Tapi jangan sekali-kali Anda ragu di dalam hati. Karena keraguan di dalam hati walaupun satu, itu adalah sebenar-benarnya godaan syetan. Naudzubillah. Dan tidak ada orang yang mampu mengusirnya kecuali atas pertolongan Tuhan. Jadi kalau engkau ragu-ragu dalam hati, berdoalah dan minta tolong sama Tuhan untuk membantu mengusirnya. Kesedihan, keragu-raguan, dan kebencian semua yang sifat-sifat buruk itu godaan syetan. Itu yang saya katakan tidak ikhlas di dalam hati. Maka untuk membaca blog saya, walaupun mengulang lagi, harus sabar, ikhlas, tawwakal, dan istiqomah.
9.      Bagaimana pandangan filsafat tentang pikiran anak-anak yang sudah dewasa?
Jawab :
Anak-anak itu berdimensi. Dewasa juga berdimensi. Anak-anak itu sifat, dewasa itu sifat, jadi hidup ini adalah sifat jatuh pada sifat. Manusia itu sifat, manusia mempunyai sifat. Mata itu sifat karena mata itu adalah milik daripada dirimu maka semua milik dirimu adalah sifat. Tapi engkau gunakan untuk melihat saya. Aku dijatuhi dengan pandangan matamu itu. Itu sifat ketemu sifat, sifat jatuh pada sifat. Anda juga bisa macam-macam. Kalau dapat nol artinya Anda aku anggap sebagai anak-anak. Kalau sudah 70 atau 80, sudah mulai dewasa. Kalau 100 sudah tua sama seperti saya sudah punya cucu. Kalau sudah spiritual, kriterianya beda. Hidup itu berstruktur dan berhierarki. Metodenya juga berubah-ubah sesuai zamannya. Kalau sudah naik kesana-sana itu maka anak dan orang tua itu ukurannya keikhlasan dan amalnya. Kalau Anda mau di pondok pesantren itu bisa saja anak yang 20 tahun udah ikhlas. Hanya belum tentu karena hidup itu siklik. Tahu-tahu nanti umur 40 kena godaan bisa juga. Bisa juga anak umur 20 tahun sudah dianggap dewasa. Tapi bisa juga orang dewasa itu masih anak-anak.

10.  Bagaimana cara kita untuk terbiasa menanggapi sesuatu atau menjawab suatu pertanyaan itu dengan pemikiran filosofis?
Jawab :
Baca, baca, baca, dan baca. Blog Pak Marsigit dibaca. Elegi menggapai tetap. Kalau Anda perhatikan, elegi saya itu berjodoh-jodoh. Hanya kadang-kadang saya tidak sempat merampungkan. Kalau saya membuat yang tetap, aku membuat yang berubah. Kalau saya membuat yang panjang, saya membuat yang pendek. Seterusnya begitu. Supaya menunjukkan bahwa sebetulnya yang saya maksud ini saya sedang mensintesiskan. Maka, kalau ilmu-ilmu sosial itu hidup dijalani. Ini filsafat. Dijalani saja belum tentu cukup. Dijalani, dipikirkan, direfleksikan, dikomunikasikan, ditanyakan, diuji, dan seterusnya. Juga dipikirkan. Maka belum tentu 1 semester ini makna dari kuliah ini belum tentu 1 semester, bisa 5 tahun bisa juga 10 tahun anda baru bisa merasakan. Yang penting sesuai ruang dan waktunya. Di situlah seharusnya saya sesuai dengan peruntukkannya sesuai dengan tujuannya. Sesuai dengan tugasnya. Bacalah kodenya. Kode itu mulai dari satu huruf, satu tulisan, satu kata, satu kalimat. Kode yang saya berikan apa? Jelas petunjuknya.

11.  Kalau filsafat itu ada hubungannya dengan sastra tidak?Karena saya baca di beberapa tulisan bapak hampir semuanya isinya banyak istilah-istilah dibacanya harus lebih dari 1 kali.
Jawab :
Ada tidak hubungan antara Presiden Obama dengan telur ayam di tetangga saya? Tidak ada. Namun dalam filsafat ada. Yaitu sama-sama saya pikirkan. Itu hubungannya. Jadi, tidak ada di dunia ini yang tidak berhubungan. Semuanya berhubungan. Apalagi filsafat dengan sastra. Obama saja ada hubungannya dengan telur tentangga saya. Aku sedang memikirkan Presiden Obama, aku juga sedang memikirkan telur tetangga saya itu. Kok telurnya banyak sekali, saya pingin, misalnya. Hubungannya ada di mana ?Jelas sekali di dalam pikiran saya. Semuanya berhubungan, di dunia itu tidak ada yang berhubungan. Kecuali batu dengan batu. Filsafat itu lebih halus daripada eter, lebih cepat daripada kilat, tahu-tahu sudah sampai mall di Tokyo, Amerika. Secepat itulah kira-kira filsafat dan pikiran saya, canggih filsafat itu

12.  Apakah filsafat itu berstruktur dan berhierarki?
Jawab :
Ya orangnya berstruktur berhierarki. Yang dipikirkan juga berstruktur berhirarki. Sifatnya orang itu juga berstruktur berhierarki. Otomatis filsafatnya juga berstruktur berhierarki. Struktur ada tingkatan-tingkatannya. Setiap tingkatan tadi dunia. Jangankan tingkatan, setiap yang ada itu adalah mewakili dunianya. Maka pada setiap yang ada itu bisa kukatakan didahului dengan dunia. Mulai dari dunia filsafat, dunia manusia, dunia wanita, dunia tempe, dunia tahu. Apa yang tidak bisa dikatakan?Dunia A, dunia B, semuanya bisa. Dunia Tuhan, dunia dunia,dunia dunia dunia dunia...bisa itu.
Tidak jelas itu penting. Lain dengan matematika. Matematika itu harus jelas. Filsafat itu tidak jelas justru penting. Sampai terakhir nanti kuliah tidak jelas dan berantakan itu bagus. Memang tujuannya itu membuat dirimu berantakan, supaya siap ke mana-mana. Jadi, kita menjadi orang yang merdeka. Berfilsafat adalah berfikir yang refleksif. Selalu tidak ada yang benar dunia itu, kecuali kebenaran Tuhan. Misalnya filsafat itu berfikir refleksif. Refleksif itu kalau bisa menjawab pertanyaan mengapa. Boleh juga tapi tidak benar juga. Tapi minimal paling tidak mengapa, why, mengapa, kenapa , mengapa kau duduk di situ, tergantung seberapa jauh refleksi kita

Bagaimana ciri-ciri orang berfilsafat? Ciri-cirinya adalah berfikir refleksif. Refleksif itu salah satu contoh, contoh yang lain seribu contoh. Salah satu contoh adalah memikirkan pikiran. Untuk menunjukkan yang ada itu di situ. Pakai evidence. Bahwa yang ada itu ada bentuknya.

13.  Apa arti impian dari segi filsafat?
Jawab :
Yang saya terangkan itu, kalau orang tua seperti saya menerangkan itu punya makna dan punya tujuan. Maka daripada saya berbicara yang lain-lain, lebih baik sudah ada maknanya. Maknanya begini, impiannya seorang Rene Descartes. Dengan impian saya. Disini dan di Eropa, ada beda. Beda konteks. Eropa itu kalau sedang musim dingin sebulan dua bulan mungkin sekitar itu semua yang ada itu putih. Tertutup salju. Putih semua. Seperti apa rasanya?Itu menjadi konteks mimpi. Beda kalau saya di sini. Ini di rumah tadi hujan deras. Sampai di Gejayan di sini tidak hujan. Melihat di sini hitam, melihat di sini krem. Macam-macam di sini konteksnya. Kalau untuk bermimpi, beda sekali. Oleh karena itu, mimpinya Rene Descartes karena konteksnya mungkin seragam, sampai-sampai Rene Descartes tidak mampu membedakan ini mimpi atau kenyataan. Sekarang juga saya tanya kamu itu jangan-jangan mimpi dengan saya. Jangan-jangan ini kita sebetulnya sedang reuni. Seratus tahun yang lalu kita ketemu lagi. Pertemuan para fosil.
Karena Rene Descartes, seperti ini juga kalau sudah, ini, kalau sudah terlalu serius memikirkannya, blank. Angka12 dikatakan nol, bagaimana coba?Logis sekali, antara dia itu ini mimpi atau kenyataan. Kalau ini mimpi maka saya bisa terbang. Mari kita beterbangan. Saya masih tidak percaya ini mimpi atau betulan. Aekarang yang jadi persoalan adalah bagaimana membedakannya itu. Ternyata itu melahirkan suatu aliran filsafat. Rene Descartes tidak bisa menemukan suatu bukti bahwa dia itu mimpi atau tidak. Tidak bisa dibedakan, tidak ada buktinya, tapi dia ingin mencari kepastian. Ini filsafat. Sampai-sampai dia tidak percaya tuhan. Saya belum percaya kitab suci Tuhan itu tapi ini dulu, saya ingin bisa membedakan dengan sebenar-benarnya apa bedanya mimpi itu.  Yang itu relatif, yang ini dari mana yang ini dari mana. Selalu saja dipertanyakan, selalu saja bisa diragukan, dipertanyakan, dibantah, dan seterusnya. Tapi ada satu hal yang tidak bisa dibantah. Ada 1 yang dia tidak mampu membantahnya. Yaitu kenyataan bahwa dia sedang bertanya. Karena saya sedang bertanya itulah sadar bahwa saya sedang bertanya itulah bahwa ini bukan mimpi. Ini ada maka lahirlah Cogito ergo sum. Saya ada karena saya berpikir. Maka jawaban Anda yang 15 itu 15% keberadaan. 10% keberadaan 3% keberadaan. 0% keberadaan. Menurut Rene Descartes, yang nol itu, 0 berpikir., 15 berpikir. Harapan saya 100 berpikir. Jangan dikira enteng. Kalau bagi orang yang tidak mengerti, hal itu enteng, bagi orang yang mengerti berat itu. Indonesia ini, ini, dan ini. Tidak usah diundang Formula F1. Indonesia tidak akan pernah ada catatan juara dunia F1. Indonesia tidak diundang karena dianggap tidak ada. Coba kalau engkau dianggap tidak ada sama orang tuamu. Bagaimana rasanya?Seperti itulah kira-kira. Adanya sesuatu bisa sangat penting di sini. Maka dalam filsafat, dijabarkan dan diuraikan secara terukur, antara ada dan tiada, dan yang mungkin ada. Malah bisa diterangkan. Yang mungkin ada seperti apa.

14.  Apa definisi keadilan?
Jawab :
Sebentar. Saya tidak adil kepada dirimu karena saya hanya menggunakan pendengaran tidak menggunakan penglihatan. Kenapa saya tidak adil? Itu karena saya sebagai manusia tidak sempurna tidak bisa memandang depan sekaligus belakang. Maka sebenar-benar manusia tidak pernah adil terhadap pandangan di belakang. Padahal itu sejak lahir sampai mati. Kalau misalnya tidak adil menjadi dosa. Diam saja aja dianggap berdosa. Jadi, sebenar-benar manusia itu adalah ketidakadilan itu sendiri. Jika aku melihat engkau yang di sini, aku tidak bisa melihat engkau yang di sana. Aku adil ke sana tapi aku tidak adil ke sana. Hanya manusia diberi potensi juga. Ketika aku melihat engkau, aku melihat engkau, aku masih teringat dia. Itu maksudnya. Itu namanya intuisi satu dua. Jangan anggap sepele itu. Semua matematika itu benar karena intuisi satu dua. Ketika saya mengerjakan bukti suatu rumus, halaman 1, saya masih teringat halaman sebelumnya. Coba kalau begitu saya menulis satu kata, kemudian yang sudah saya tulis saya lupa seratus persen, kemudian apa yang terjadi? Kita tidak bisa apa-apa. Saya berbicara tadi masih ingat saya. Saya masih ingat membuka pelajaran masih ingat intuisi satu dua. To oneness intuisi. Saya juga masih ingat pertanyaanmu. Kamu tanya dua kali saya juga masih ingat. Jadi manusia bisa hidup itu karena intuisi. Coba kalau saya berbicara lupa dengan apa yang saya omongkan. Jadi, kalau di dalam komputer ada RAM and ROM. Read Only Memory, Random Access Memory. Jadi, manusia itu adalah tidak adil. Karena terlahir seperti itu. Kita lahir itu dipilih . Tapi jangan mengatakan Tuhan itu tidak adil. Kalau sudah sampai ke sana, bahasanya sudah beda. Bahasa Tuhan, itu, namanya sopan santun. Berfilsafat seperti itu.

15.  Berarti dunia ini tidak ada keadilan?
Jawab :
Ya memang tidak ada keadilan. Jadi hidup ini adalah adil di dalam ketidakadilan, ketidak adilan di dalam keadilan. Manusia itu sempurna di dalam ketidasempurnaan, tidak sempurna di dalam kesempurnaan. Kamu itu kurus sekaligus gemuk. Engkau itu kecil sekaligus besar. Engkau diam sekaligus bicara. Itulah sebenar-benarnya hidup itu kontradiksi. Ketika kita masih di dunia kontradiksi hukumnya. Kontradiksi itu tidak ada yang pernah sama. Hanya identitas, identitas hanya berlaku di dalam pikiran. 7 = 7 itu hanya berlaku di dalam pikiran. Kalau ditulis, tujuh kiri sama tujuh kanan. Tujuh kanan terkena AC. Tujuh kiri tidak. Beda itu, 7 gemuk 7 kurus. Beda lagi.

16.  Filsafat itu turunannya adalah pengetahuan. Pengetahuan itu dari pancasila dan sebagainya. Sekarang kedudukan ilmu dan filsafat itu seperti apa?
Jawab :
Jadi jangan ilmu ke filsafat dulu, tapi ilmu ke pengetahuan. Pengetahuan. Kita itu punya pengetahuan. Pengetahuan itu terpisah-pisah. Sana pengetahuan itu pengetahuan ini. Maka yang namanya ilmu pengetahuan itu sudah terstruktur. Sudah ada bangunannya. Ilmu pengetahuan disusun oleh komponen pengetahuan. Filsafat berdimensi. Filsafat sebagai pengetahuan, filsafat sebagai ilmu. Filsafat sebagai landasan. Berdimensi. Dan filsafat sebagai spiritual, sebaliknya spiritual sebagai filsafat, bisa. Bisa saja tergantung kita menyikapinya seperti apa.

17.  Definisi belajar yang baik itu bagaimana?
Jawab :
Belajar yg baik adalah mendekati sunatullah, sesuai dengan kodrat yang diberikan oleh Tuhan. Maka kita wajibnya mencari fenomena alam yang seperti apa yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Maka, saya menemukan fenomena alam yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar, adalah hidup itu hidup. Belajar itu hidup. Berfilsafat itu hidup. Tidur pun kalau bisa hidup. Bagaimana tidur yang hidup? Dalam keadaan berdoa di dalam hati. Bagaimana bisa menjamin bahwa tidur itu berdoa di dalam hati?Sebelum tidur berdoa dulu. Maka belajar pun hidup. Bagaimana supaya belajar hidup. Involve, menceburkan diri, masuk di dalam putaran itu, selalu ikut di dalam terjemah dan menterjemahkan. Tidak bisa hanya dipandang dari kejauhan. Filsafat bukan di sana, filsafat di sini pun ke sini, ke sini, ke sini, sampai di sana. Maka, saya tidak bisa menuju ke di sana aja. Maka supaya kita bisa hidup, salah satu ciri hidup adalah dia kontinu. Dia berinteraksi. Dia menggunakan hati menggunakan pikiran. Dia saling menterjemahkan dan diterjemahkan. Dia kontekstual sesuai ruang dan waktunya. Maka salah satu syarat belajar filsafat adalah membaca elegi, dengan ikhlas di dalam pikiran dan ikhlas di dalam hati.

18.  Bagaimana filsafat menyikapi reinkarnasi?
Jawab :
Jadi saya teruskan tadi, maka hidup itu bukan seperti panah yang dilemparkan itu, tapi hanya sebagian kecil. Sebagian apa seperti apa bentuknya? Bentuknya seperti spiral, bumi yang mengelilingi matahari. Bumi itu tidak pernah menempati tempat yang sama sepanjang hayat bumi. Manusia juga begitu karena manusia menempati bumi. Maka ketika Anda bertanya saya menjawab. Ternyata saya bertanya maka Anda juga harus menjawab. Itulah kira-kira lingkaran reinkarnasi seperti itu. Bisa dijawab. Saya sekarang mempunyai jawaban dan pertanyaan, ternyata jawabanku ini bereinkarnasi dan dipertanyakan. Pertanyaanku berubah jadi jawaban. Dan itu yang ada dan yang mungkin ada tidak hanya arwah. Kamu pelit anakku, tiru siapa? O iya mama pelit ya. Reinkarnasi sifatku yang pelit. Gampang saja tidak usah jauh ke India atau ke Bali mencari reinkarnasi. Bisa di sini.

Begitulah, semoga menambah semangat. Tidak bisa diabaikan. yang namanya hidup seperti itu . Gunakan prinsip hidup. Jadi ulet, tangguh, terus, kontinu, istighfar, kemudian melibatkan diri seterusnya dan seterusnya. Cari waktu yang tidak harus mengalahkan spiritualism atau yang lain.

PERTEMUAN III.
Ada beberapa pertanyaan dan jawaban sebagai berikut :
1.      Apa bedanya intuisi sama perkiraan?
Jawab :
Bisa memperkirakan karena mempunyai intuisi. Jadi intuisi itu banyak manfaatnya, bisa untuk memperkirakan, kerjanya lebih intensif, efektif, dan seterusnya.

2.      Kata orang, banyak bilang ikuti kata hatimu. Misalkan saya mengikuti kata hati saya. Bagaimana pandangan filsafat mengenai hal ini?
Jawab :
Jadi selama masih hidup di dunia, orang masih terikat ruang dan waktu. Apapun, semua tanpa kecuali. Terikat oleh ruang dan waktu itu adalah dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Belajar filsafat itu metodenya intensif dan ekstensif. Gali sedalam-dalamnya dan kembangkan seluas-luasnya. Maka apa yang di dunia itu, bagaimana strukturnya? Struktur di dunia itu ada yang tetap ada yang berubah. Namun, yang tetap di dunia pun itu juga ada kalau dinaikkan terus bisa melampaui dunianya. Jadi kita bisa mengidentifikasi apa yang tetap, apa yang bebas ruang, dan apa yang bebas waktu. Semua benda yang kau lihat itu tidak bebas ruang dan waktu. Artinya engkau yang kau lihat itu begitu ruang, ruang itu bisa berarti tempat, bisa berarti sinar, dekat, pendek, dan jauh. Orang itu bisa mengetahui ruang dengan waktu. Orang bisa mengetahui waktu dengan ruang. Mendefinisikan ruang dengan waktu. Mendefinisikan waktu juga dengan ruang. Kalau ruangnya dirubah jadi gelap tidak ada sinar, maka semuanya juga ikut gelap. Batu-batupun tidak akan kelihatan. Maka batupun dia terikat oleh ruang gelap dan ruang terang. Prinsip yang dikatakan orang itu bertingkat-tingkat mulai dari benda, kemudian aturan-aturan pikiran, pikiran kemudian hati, hati spiritual. Kalau orang masih hidup, lengkap. Ada materialnya, ada formalya, ada normatifnya, dan ada spiritualnya. Tapi kalau orang sudah meninggalkan dunia, dalam proses meninggalkan dunianya sudah mulai dikurangi. Unsur-unsur dunia dikurangi. Kekayaannya dikurangi. Hartanya dikurangi. Temannya dikurangi. Pendengarannya dikurangi. Penglihatannya dikurangi semua dikurangi. Kemampuan berjalan dikurangi, kemampuan bicara dikurangi. Kemampuan berpikir juga dikurangi. Terakhir napasnya dikurangi/dihilangkan. Denyut jantung juga. Yang tersisa tinggal amal dan perbuatan. Itulah yang tidak terikat ruang dan waktu. Jadi, berbuat baik siang dan malam, siang juga dikatakan baik, malam juga dikatakan baik, dikatakan berbuat baik terhadap sesuatu amalannya. Amalan-amalan yang terikat, tapi juga ada yang perbuatan-perbuatan di dunia yang terikat oleh ruang dan waktu juga ada. Misal berteriak-teriak malam hari itu jelek, buruk, dan sebagainya. Maka, tidak mudah mencari yang bersifat prinsip. Prinsip turuti kata hatimu itu prinsip kata orang. Maka itulah penyakitnya orang mencari ilmu, karena engkau ada yang namanya penggoda sesuatu yang menarik berbinar-binar, namanya idol. Maka Indonesian Idol, American Idol itu yang menarik yang berbinar-binar. Itulah godaan orang mencari ilmu. Mulai dari godaan engkau berangkat dari Lampung, NTB, dan sebagainya itu masing-masing godaan juga atau hambatan. Engkau tidak mampu melepaskan dari pola pikir suku di Lampung, suku di Batam, dan sebagainya. Yang kedua, engkau bertemu di jalan mengatakan turutilah kata hatimu. Sembarang orang mengatakan semacam itu. Engkau percaya saja itu artinya engkau belum mencapai kebenaran, tapi di tengah jalan engkau sudah digoda oleh kebenaran di jalan. Kebenaran di pasar, di panggung, dan seterusnya. Termasuk kebenaran dari saya, otoritas. Kebenaran otoritas itu termasuk kebenaran Pak Lurah, Pak Dukuh, Pak Rektor. Pak Bupati, Pak Presiden, semuanya manusia. Maka manusia mana yang kebenarannya itu bisa, skupnya, strong, kokoh tinggi luas. Semakin umum semakin jelas. Maka kebenaran agama itu kebenaran absolut, tidak bisa dibantah lagi. Firman Tuhan itu absolut, tidak bisa dibantah lagi, kitab suci itu absolut tidak bisa dibantah lagi. Kalau ada yang mengatakan kitab suci, jalani saja. Jalani sebagai sesuatu yang diyakini. Karena setiap orang bisa membuat aturan, bisa membuat hukum, jalani hatimu saja. Sedangkan hati itu ada hati, ada pikiran, ada kenyataan. Kalau itu 3 baru sepertiga dunia. Baru 30% nya hati itu baru sepertiganya , 30 persen dari aspek hati, pikiran dan kenyataan. Padahal yang saya katakan itu : hati, pikiran, dan kenyataan itu baru seberapa. Masih ada yang is transset, inner, fatal, spiritual, firman Tuhan, dan sebagainya. Berapa banyak? Banyak sekali jumlahnya. Jadi kalau hanya hati saja, dalam arti tertentu atau sempit bisa juga seperseribu sekian dari fenomena hidup anda itu. Maka kalau itu dijadikan satu-satunya utama, hanya hati saja begitu, kalau kita pikirkan hati, pikiran kenyataan baru sepertiga. Kalau kita anggap dunia ini adalah hati dan pikiran, tergantung kita memandangnya tergantung struktur dunia yang mau kita bangun seperti apa. Kalau saya sedang fokus kepada struktur yang dunia itu terdiri dari hati dan pikiran, berarti hati itu separuh dunia. Orang yang hanya menuruti hatinya saja berarti dia tidak mampu memikirkannya, na. Ketika orang sedang membesar-besarkan hati, menyubur-nyuburkan hati, tetapi dia tidak memperhatikan pikiran, suatu ketika dia terkena pikiran, hati itu tidak mampu berpikir. Hati itu hanya merasakan saja. Ya, perasaan hati itu ada sedih, susah, bahagia, nelangsa, sakit hati, dsb. Tahu-tahu kamu sedih, nelangsa, sakit hati, dan sebagainya. Tahu dari mana, tidak mampu kamu memikirkannya.  Itulah gambaran orang-orang yang hanya mengikuti kata hati. Dari kacamata filsafat, hati itu ada dua, yaitu hati positif dan hati negatif. Dan hati nol, hati nol itu adalah keikhlasan, kenetralan. Jadi hati positif itu yang menuju ke arah spiritual yang benar. Hati negatif adalah potensi negatif. Godaan syeitan nauzubillah.

3.      Masih penasaran keadilan. sebenarnya konsep keadilan di filsafat itu seperti apa?
Jawab :
Adil dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Adil ontologis. Filsafat itu selalu begitu. Ontologis itu artinya sudah tidak bisa terbantah lagi. Engkau itu tidak pernah adil dengan tengkukmu itu. Dengan belakang kepalamu itu. Karena engkau tidak pernah menengok di belakang kepalamu itu kecuali engkau menggunakan cermin. Tiga dimensi. Baru engkau bisa melihat. Tapi engkau kan jarang sekali melakukan itu . selama ini yang kau lihat itu hanya bagian depan wajahmu saja. Depan ke sana. Berarti sebetulnya engkau tidak adil terhadap dunia, karena dunia punya hak yang sama untuk engkau lihat. Tapi engkau tidak mampu melihatnya. Jadi manusia itu terlahir memang tidak mampu adil kepada dirinya sendiri. Tapi karena itulah maka manusia bisa hidup. Maka dikatakan manusia itu tidak sempurna di dalam kesempurnaan, sempurna di dalam ketidaksempurnaan. Itu ontologisnya, epistemologisnya adalah metodenya. Sebetulnya tidak hanya metode. Epistemologi itu sumber-sumbernya. Sumber filsafat keadilan. Kalau kita berbicara sumber filsafat keadilan, siapa yang bicara adil?Merentang di dalam perjalanan sejarah dari Yunani sampai sekarang. Sampai detik ini saya sedang bicara adil. Plato bicara adil yang demikian. Semua bicara adil. Descartes berbicara keadilan demikian dan demikian, nanti keadilan dalam arti spiritual. Keadilan dalam arti sosial. Maka disebut keadilan sosial. Keadilan dalam konsep Pancasila. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada juga komunis PKI dulu adil adalah sama rasa sama rata. Satu mempunyai sepuluh ribu, semuanya juga mempunyai sepuluh ribu. Tidak ada uang milik pribadi itu. Semuanya milik negara. Pada akhirnya oknum-oknum negarawan di negara itu mempunyai harta benda, dan sebagainya. Jadi, konsep keadilan seperti itu. Adil dengan fungsi, peran, dan sebagainya. Kemudian, filsafat itu di running ontologis epistemologis. Epistemologis sumber-sumbernya juga pembenarannya, dan macam-macam keadilannya, tapi juga etik dan estetika. Jadi itu ada adil, kemudian etik dan estetika. Antara adil dan kebenarannya. Benar dan keadilannya, serta adil dan kepantasannya. Pantas dan keadilannya. Jadi secara filsafat seperti itu, secara ontologis seperti itu. Jadi  manusia itu justru tidak adil kepada dirinya sendiri.

4.      Sebenarnya itu dalam hidup ini yang kita jalani sebuah pilihan atau sebuah tanggung jawab?
Jawab :
Contoh orang yang tidak memiliki spiritual dalam dirinya adalah atheisme. Itu sebuah pilihan atau takdir yang sudah ada di dalam dirinya?
Jadi kalimat Anda, pertanyaan Anda itu tidak independen satu dengan yang lain. Pilihan atau takdir. Saya mendefinisikan di dalam filsafat saya itu takdir itu sebagai yang dipilih. Jadi kalau Anda mengatakan pilihan, bingung antara dipilih dan memilih. Sedangkan ikhtiar adalah memilih. Hidup ini hanyalah dipilih atau memilih. Tapi kalau saya mengatakan seperti itu, itu yang namanya penyederhanaan. Dunia yang sangat besar, yang sangat complicated, saya bawa ke satu notion dipilih atau memilih. Berinteraksi. Terus begitu saja. Sampai saya melihat, sampai saya berkata-kata. Kata-kata saya ini terpilih. Saya memilih kata-kata saya. Kenapa saya memilih kata-kata saya?Karena takdirnya manusia itu berkata itu linear. Berkata itu seri. Urutan tidak paralel. Kalau paralel Anda tidak akan mengerti pikiran saya. Saya berbicara banyak hal. Pikiran saya yang banyak sekali saya katakan. Kamu tidak mengerti. Tapi saya pilih kata-kata saya itu yang terakhir adalah adalah. Adalah adalah adalah itu yang terakhir. Terakhir terakhir ... ya kan kan kan kan... ya kan kan kan kan.... mana bisa terakhir kalau dia echo gema. Infinite regress. Tidak akan ada akhirnya. Maka pikiran manusia membuktikan bahwa manusia itu tidak punya akhir bahwa dunia itu tidak punya akhir. Ya kan kan kan kan ....coba ketika Anda bisa menangkap yang terakhir, Anda tidak akan bisa kembali. Silakan tangkap. Kap kap kap... sana ulangi lagi. Tidak akan bisa kembali. Itu pikiran manusia. Maka, Immanuel Kant membuktikan bahwa dunia itu ada awal sekaligus tidak punya awal. Ada akhir sekaligus tidak punya akhir. Maka, berilsafat itu bahaya. Bahaya kalau tidak dilandasi dengan agama yang kuat. Maka sebelum berfilsafat itu berdoa. Benar-benar berdoa itu, Anda siap mental untuk mendapatkan nilai nol. Tidak usah bersitegang dan bersikukuhlah ingin tunjukkan kepada saya nilai yang hebat.  Cukup jalani saja dengan hati yang ikhlas, ikhlas pikir dan ikhlas hati. Baca elegi-elegi itu. Kesombongan apa lagi yang engkau tunjukkan pada saya sekarang. Saya ingin tahu. Yang merasa paling hebat. Tunjukkan pada saya. Sekedar nilainya tidak nol saja. Hanya begitu saja, mulai dari Anda berbicara dan saya berbicara ini saya pilih kata-katanya. Anda pun mendengar, di sana ada orang memukul tembok, tapi Anda lebih suka mendengarkan suara saya. Anda lihat banyak sekali di sana. Di HP banyak sekali film-film bagus tapi kenapa anda sekarang memperhatikan saya?Anda memilih itu. Keseluruhan itu, Anda bisa sampai di sini antara Anda memilih dan Anda dipilihkan. Anda lahir, anda juga tidak bisa daftar, saya mau lahir dari ibu yang di sana itu. Engkau dipilihkan dari ibu yan gterbaik buat dirimu. Maka Tuhan Maha Adil. Maha Baik juga. Semua maha. Semua sifat yang ada dan yang mungkin ada itu Maha bagi Tuhan itu. Makanya anda itu perlu istighfar, mohon ampun pada Tuhan, karena  kamu juga telah berlaku sombong kenapa engkau namamu mahasiswa, maha. Mahaguru saja sudah diganti menjadi profesor. Anda mestinya namanya siswa besar. Terlalu arogan itu mahasiswa itu. Dan sekarang akhirnya apa, semua berlomba-lomba memakai maha. Mahakarya, akhirnya kebakaran, hangus, kena gempa, runtuh, kena banjir, hancur. Televisi itu. Maha karya. Mau jualan duit itu mau jualan bangunan yang iklan-iklan itu juga memakai mahakarya, maha cipta. Sombong-sombong sekali orang-orang sekarang itu. Awalannya dari mahasiswa. Itulah kalau filsafat itu kesadaran, kalau orang Jawa itu namanya diruwat. Diruwat itu adalah setelah sadar kemudian mohon ampun dan mohon maaf. Kaka karena mendidik masyarakat dengan taraf pendidikan yang rendah, maka menggunakan cara yang tidak langsung, memakai medium, mediumnya pakai wayang. Ada keadaan yang memang harus diruwat. Kaitannya dengan sosial orang Jawa, orang timur, sepertinya itu tradisinya itu tradisi hidup bersama, sosial, solid, kohesi, sosialnya itu. Kenapa, karena terlahir terjajah setelah berabad-abad itu jadi warga kelompok bawah yang tertindas. Maka sesama orang yang lemah itu mencari orang yang lemah yang lain untuk mencari kekuatan. Itu psikologinya. Tapi orang barat yang sudah kuat mempunyai modal masing-masing sedikit-sedikit sudah mulai menyombongkan diri. Berani sendiri, berkarya sendiri, semuanya sendiri sendiri sendiri sendiri . Orang timur, di kampung menikah, dikawinkan dengan tetangga dapat tetangga, tetangga dapat tetangga , banyak saudara itu dia lebih aman. Apalagi menghadapi pendatang. Makin seru itu perkawinan antar tetangga. Sehingga kalau dia punya hajat, semua datang banyak sekali, merasa menunjukkan powernya. Alternatif powernya itu dari sisi lain. Kekayaan dari sisi lain, kekayaan saudara, kekayaan macam-macam pergaulan, dan sebagainya. Oleh karena itu, karena hidup secara kebersamaan di timur itu maka tidak mau sesuatu yang aneh-aneh. Tapi mencari kriteria yang berlaku secara umum. Secara umum di situ, orang Jawa, orang timur tidak mau dipergunjingkan. Sangat sedih kalau dia dipergunjingkan. Supaya tidak, maka di filsafat perlu penjelasan. Tapi orang Jawa ga mampu menjelaskan sehingga memakai ritual.
Jadi hidup itu pilihan saja. Engkau ke sini kan pilihan juga. Atau kalaupun dipaksa sama orang tuamu berarti engkau dipilihkan sama orangtuamu. Suruh ke Jogja, kuliah di Jogja.
Jangan dikira, tidak ada yang namanya lulus filsafat. Makanya bagaimana cara menilai filsafat itu?Aktivitasnya saja setiap hari. Aktivitas Anda itu sehat atau tidak? Sehat artinya sedikit-sedikit terus menerus ajeg kontinu. Jangan lama tidak muncul 2 bulan, 3 bulan, baru bulan ke 4 mulai baca siang hari siang malam lupa makan akhirnya kram tangannya tidak bisa gerak. Mending kalau hanya diurut , kalau sampai stroke? Jadi jalani saja dengan ikhlas dan hati. Itu proses anda berfilsafat itu di situ.

5.      Bagaimana memilih sumber-sumber yang baik dan benar?Soalnya kalau kita baca biasanya google banyak yang ini mengatakan ini ini mengatakan ini yang sama-sama pendapatnya kuat sedangkan kita tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu.
Jawab :
Jangan bicara memilih kalau belum menjalaninya. Dijalankan dilakukan baru nanti secara intuitif mampu memilih, itu bagaimana saya mau memilih menuang air ke gelas sana ke gelas sana wong gelas ini saja belum ada airnya. Isi dulu lah air nya. Di sini tu tidak ada yang the best. Tidak ada pikiran terbaik itu. Benar dan salah pun tidak ada dalam filsafat. Yang ada sesuai dengan ruang dan waktunya. 2 + 2 sama dengan 0 benar kalau itu modulo berbasis 4. Sesuai dengan ruang dan waktunya, jangan tergesa-gesa disalahkan. Tidak ada yang salah itu. Jadi engkau mengerjakan kalkulus itu benar semua itu kalau yang mengoreksi ga paham. Coba tunjukkan padaku, nilainya 10 semua. Benar semua. Tidak ada yang salah, memang di situasi ruang dan waktunya dunianya orang yang tidak paham kalkulus suruh ngoreksi kalkulus.

6.      Kenapa pemikir-pemikir filsafat cenderung lahir di barat?
Jawab :
Karena budaya menulis dari barat. Sehingga ada dokumen dan buku. Kedua, barat itu menginisiatif menguasai dunia. Maka siapa yang berkuasa itulah kebenaran, mengikuti orang yang berkuasa. Di dalam ekonomi, yang punya banyak modal itu yang berkuasa. Di kampungmu itu Pak Dukuh, Pak Lurah, berkuasa. Maka dia bicaranya walaupun salah dianggap benar. Karena dunia itu berkuasa, barat berkuasa menguasai timur, maka ada karya tulis dianggap benar mereka itu.

7.      Tasawuf itu apa hubungannya dengan filsafat?
Jawab :
Tasawuf itu metode di dalam spiritua Islam. Yang kristen juga ada model tasawuf, tapi namanya beda. Katolik juga ada. Setiap agama itu punya metode tertentu di mana mendekatkan, bagaimana caranya seorang umat itu mendekatkan diri kepada Tuhan secara intensif. Itu bersifat tertutup. Hanya orang-orang yang spesifik. Umatnya saja masih diseleksi macam-macam tidak bisa sembarang karena harus ada tahap-tahap yang harus dilalui sehingga tidak bisa setiap orang umum itu bisa. Kalau mau coba, silakan dipelajari. Mulai dari umum, khusus, khusus, khusus. Kalau di islam namanya tasawuf. Itu metodologinya. Maka tasawuf itu metodologinya kalau di kampung itu itu tarekat. Metode atau kalau dalam olah pikirnya itu namanya epistemologinya .

8.      Bagaimana agar setiap siswa di kelas itu memperoleh pemahaman yang sama padahal setiap siswa itu mempunyai kemampuan yang berbeda?
Jawab :
Anda sebagai guru, Anda sebagai penanya itu dunia. Siswanya dunia,. Jadi dunia menerjemahkan dunia, jadi lengkap. Begitu. Kalau Anda menerjemahkan dunia lain kemudian menginginkan dunia orang lain sama seperti duniamu itulah orang yang menyalahi kodrat. Jadi engkau itu sudah meletakkn sesuatu yang bertentangan dengan kodrat pada kalimatmu sendiri. Itulah pentingnya filsafat supaya anda mengetahuinya. Refleksi. Mengapa engkau begitu sikapnya? Mengapa engkau ingin memaksakan orang lain pengetahuannya sama seperti yang engkau pikirkan? Makanya saya tidak mau . bawa sendiri saja. Kalau perlu, buatlah elegi-elegi. Itu hanya 1/10000 pangkat 10000 elegi itu dari saya mengungkap fenomena dan saya merasa tidak perlu meneruskan membuat itu. Itu hanya sampel saja. Selanjutnya terserah anda. Anda mau berpikir apapun terserah. Mempunyai interpretasi berbeda-beda juga terserah saja. Itu urusanmu karena disini saya lah ingin memfasilitasi Anda belajar filsafat dan filsafat itu dirimu sendiri. Makanya ini saya berpacu kepada Anda nanti kalau suatu ketika anda bertanya tentang elegi-elegi itu tidak ada gunanya kalau Anda belum baca. Anda harus sudah membaca. Jadi berlomba-lomba antara pertanyaan, keterangan saya dan anda membaca komen.

9.      Di dalam pembelajaran, anak itu mempunyai kemampuan masing-masing, berarti kita sebagai guru harus memfasilitasi setiap kemampuan siswa itu?
Jawab :
Dunia itu berstruktur. Karena dunia berstruktur, maka pendidikan juga berkonteks. Pendidikan di mana, antara sesuatu yang ideal, ideal itu apa, maka menurut saya ideal itu tidak jelas karena setiap orang punya ideal. Tapi kalau kita bicara dari, misalnya, fenomena alam, jadi namanya belajar, mendidik itu sesuai dengan fenomena alam. Fenomena alam itu adalah belajar itu dibangun. Belajar itu hermeunitika, membangun. Karena hermeunitka membangun, maka guru harus memfasilitasi bagaimana siswa mampu membangun matematika. Jadi paradigmanya harus diubah, harus dioverfull. Supaya siswa mampu belajar matematika dengan fasilitas yang Anda buat itu. Saya sudah berikan contoh, Anda mampu berfilsafat masing-masing dan saya tidak mengharapkan Anda punya pengertian yang sama.  Jangan dikira. Salah paham itu. Tapi bahwa struktur itu ada, harapannya. Sama sama dalam pengertian punya massa punya struktur. Struktur yang strong, struktur kehidupan, struktur yang ada dan yang mungkin ada.

10.  Bagaimana seharusnya kita menyikapi persoalan-persoalan yang tidak dapat dijelaskan oleh logika atau yang bertentangan dengan logika?
Jawab :
Sruktur dunia itu material, di atasnya formal, di atasnya normatif, di atasnya spiritual. Kalau kita sudah sampai pada taraf spiritual,spiritual itu paling atas dan melingkupi semuanya. Tidak ada yang terlewatkan. Semua itu spiritual, semua itu sakral. Kalau di bali itu kamu ada upacara-upacara, itu purifikasi supaya kamu sakral. Supaya chemistry dengan orang Bali dan di masyarakat Bali sehingga tidak akan ada masalah. Saling mengerti dan saling memahami. Jadi, orang Hindu itu semuanya sakral. Budha itu semuanya sakral, artinya spiritual turun sampai ke bendanya. Kalau di dalam filsafat ya batu yang berdoa. Batu yang becinta. Dikira batu tidak bisa bercinta? Contohnya apa batu yang bercinta?. Kamu bisa saja tukar cincin, contoh saya dan istri saya, saya kasih batu permata, setelah itu saya malam hari pergi ke taman. Terus di taman malam hari kejar-kejaran. Saya suruh orang ambil video. Video itu hanya bisa melihat permata yang bercahaya saja. Kemudian saya play, setel, gambarnya permata sedang kejar-kejarn. Wah indah nian ya. Saya sedang menyaksikan dua buah batu saling bercinta. Elok banget itu. Jangan dikira batu tidak bisa bercinta. Tergantung, ini semua ada di dalam pikiran kita. Diconstruct. Kan tidak logis batu bisa bercinta. Maka batu juga berstruktur, cinta juga berstruktur, aku yang memikirkan juga berstruktur. Jadi, tiadalah desah nafasku itu walaupun sepenggal, terbebas dari kuasa Tuhan. Kalau sudah seperti itu, persoalan apapun kembalikan saja, orang itu bisanya hanya mohon ampun, minta pertolongan kepada Tuhan. Tuhan menjanjikan. Tapi kalau minta pertolongan yang ikhlas, jangan menyombong. Namanya mengultimatum Tuhan. Itulah yang namanya tidak berspiritual.

11.  Apa tolok ukur kalau kita udah menyampaikan materi dengan baik?
Jawab :
Urusan dunia itu tidak ada yang terbaik. Terbaik itu hanya milik Tuhan. Maka, tidak ada cara mengajar yang terbaik. There is no the best way to educate. Jadi kalau kontekstual, mendidik itu terbaik menurut cara agamanya masing-masing. Tapi dari sisi metodologi umum tidak ada yang the best itu. Hanya mendekati kecenderungan para dying, teori, filsafat, ada. Bagaimana yang terbaik? Dekat, menuju, cocok dengan kodratnya. Kodratnya manusia apa? Maka yang namanya belajar itu terjemah dan menerjemahkan. Jangankan manusia, binatang itu pun menerjemahkan dia dalam belajar. Jangankan binatang, tumbuhan itu saja menerjemahkan dia belajar hidup. Tanaman mencari sinar matahari. Tanaman itupun bisa menerjemahkan. Jadi kalau engkau mengajar kemudian tidak ada inisiatif dari siswa,, itu sudah mematikan  dini siswa itu. Namanya dholim tapi tidak terasa. Dosa besar itu. Filsafat itu jauh-jauh dari Lombok, disini hanya akan tau dholimnya di mana. Tidak ada paksaan di sini. Suka-suka. Karena belajar harus dalam susasana merdeka. Tanaman yang ditutup itu tidak merdeka. Diapun menggeliat. Kalau dibungkus dengan rapet ya matilah sudah.

12.  Kegagalan adalah kesuksesan yg tertunda. Bagaimana filsafat memandangnya?
Jawab :
Itu karena manusia itu hermeunitika. Itu unsur-unsur spiritual. Unsur-unsur kecerdasan timur itu seperti itu. Tapi sekarang ini dunia kontemporer sudah mulai menyempit, memanjang, panah maju ke depan. Berhenti saja tidak bisa apalagi belok. Dunia sekarang kan begitu. Coba anda itu handphone berlomba-lomba. Samsung semua. Yang baik yang baik terus. Karena orang timur. Kalau orang barat itu tidak ada istilah mundur ga ada istilah belok. Linear. Obama itu ketika menasihati rakyatnya ulang tahun Amerika yang keberapa itu banyak bintang-bintang yang belum punya nama. Kalau orang jawa, orang Indonesia, penanggalan saja dicampur. Ada penanggalan Jawa dan nasional. Jawa 5 hari, nasional 7 hari. Berinteraksi dia.  Senin ketemu Senin. Kalau tidak melingkar tidak akan mungkin Senin ketemu Senin. Tapi tanggalnya beda. Melingkarnya pasti maju. Tidak mungkin satu bidang. Pasti dia tertarik. Lingkaran yang tertarik namanya adalah spiral. Maka spiral kehidupan. Spiral kehidupan tidak lain tidak bukan adalah lintasan bumi mengelilingi matahari. Itu teladan hidup dari Tuhan. Itulah hermeunitika. Orang Yunani mengatakan hermeunitika. Orang Indonesia mengatakan silaturrahmi. Mengulang senin ketemu senin itu barokah, itu bersyukur. Kegagalan itu menjadi kesuksesan yang tertunda. Kalau saya dulu diterima di STAN JAKARTA mungkin saya sudah masuk penjara karena koruptor. Saya gagal keterima di sana waktu itu, lalu daftar di UNY. Jadi saya profesor di sini. Jadi, skema itu engkau gagal di Jakarta, tidak diterima di STAN karena engkau akan dijadikan profesor di UNY. Jadi ketika orang itu menghadapi kegagalan, jangan patah semangat karena masih tanda ada yang berputar. Orang timur spiritualnya itu sumbernya orang yang bersyukur,karena bersyukur berarti tidak apa-apa, masih berusaha, kecil sedikit tidak apa-apa, masih berusaha, punya daya tahan. Belum sekarang, mungkin lain waktu usaha ikhtiar terus menerus sekali dua kali belum mau tegur sapa barangkali yang kelima udah mau ditegur sapa.

13.  Apakah bisa dikatakan setiap kegiatan berfikir itu berfilsafat?
Jawab :
Jadi saya mendefinisikan filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada. Anda pun demikian. Orang barat mendefinisikan filsafat sebagai olah pikir, sedangkan kalau sudah ke timur tidak cukup kalau hanya olah pikir saja. Kau tidak akan mungkin bertemu sama Tuhan kalau hanya dipikirkan saja. Ketemu dia ke timur sama Imam Ghazali. Kalau mau ketemu Tuhan sekarang sholat. Kalau Tuhan mengijinkan akan ketemu Tuhan kamu. Maka timur ada ontologi gerak, ibarat tidak ada. Hanya di timur saja yang ada ontologi gerak. Jadi di timur, filsafat bukan hanya sekedar pikir saja,tapi juga hati. Olah hati olah pikir bijaksana. Maka bijaksana orang timur dan barat itu beda, bijaksana orang barat mencari karena tadi panah lurus. Bijaksana orang timur itu memberi karena orang timur. Karena orang timur dikatakan bijaksana kalau memberi, maka tumbuh subur korupsi. Apapun caranya yang penting aku bisa memberi. Apalagi sebagai pejabat terhormat, katakanlah untuk lebaran. Yang memberi itu pasti kelihatan di media masa dan sebagainya kalau korupsi kan gambling dia tebak-tebakan. Kalau tidak ketahuan alhamdulillah, kalau ketahuan ya mau bagaimana lagi. Maka korupsi di Indonesia tumbuh subur. Karena valuenya memang begitu,  jadi seorang pemimpin itu adalah memberi. Walaupun darimanapun hasilnya. Kemudian saya berumur 40 tahun masi kuliah, 47 masih kuliah. Saya lulus doktor itu tahun 50 saya. Ulang tahun ke 50 saya baru doktor. Itu kalau di barat saya dinilai bijaksana. Semakin tua masih kuliah bijaksana. Orang yang bijak itu orang yang mencari ilmu, tapi di timur saya ditertawakan. Tapi kalau di barat, waktu mengambil Master itu orang-orang sudah tua ada. Dia pensiunan daripada menganggur, dia kuliah. Sekedar bahwa untuk agar hidupnya ada isinya pengisi waktu saja dia ikut kuliah. Jadi kuliah sebagai salah satu tempat bercengkerama. Tapi dia diformalkan.


PERTEMUAN KE IV

Tanya jawab seputar filsafat
1.      Apa makna hipnotis jika dilihat dari segi filsafat?

Jawaban :
Hipnotis itu psikologi terapan. Terus teorinya ditinggal, jadi terapan. Sama dengan kuda lumping. Hipnotis itu tidak perlu terlalu ribet dengan teori-teori. Dalam bahasa jawa dia mempunyai ilmu titen. Mempunyai kumpulan berbagai macam terapi perilaku kalau orang dibeginikan itu akan begini, dibeginikan akan begini. Sudah ada rumusnya. Semacam rumus. Rumus tidak harus dalam bentuk rumus abc, tapi bisa dalam bentuk penjabaran atau indikator, orang itu punya sifat-sifat seperti ini, seperti ini. Kalau rambutnya begini sifatnya begini. Terapinya seperti ini, seperti ini. Dan dia tidak akan bisa menjawab hipnotis itu kenapa orang bisa begitu, begitu, begitu. Walaupun dia mengaku bisa menjawab, tetapi juga tidak seperti yang diharapkan. Sama saja dengan pelaku kuda lumping itu yang kesurupan. Kesurupan itu gejala jiwa, karena dipengaruhi oleh intuisi tertentu. Satu intuisi menutup intuisi yang lain. Dan dia juga menunjukkan gejala tertentu.
Manusia mempunyai bermilyar-milyar intuisi, meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Intuisi handphone, tut tut responnya cepat sekali, punya intuisi dia. Intuisi kacamata, kertas, tulisan, ruang, dan waktu. Intuisi istri. Kok cepet sekali pak responnya?Ya itu istri saya. Intuisi lawan, musuh, senjata, intuisi yang ada dan yang mungkin ada. Prinsipnya hipnotis maupun kuda lumping maupun kesurupan itu, intuisi yang lain-lain, dimunculkan satu, didominasikan. Namanya dilatih. Tapi yang bersangkutan, pelakunya dikenakan terapi itu tidak bisa menjelaskan, mengapa saya begini. Jadi dia hanya menjelaskan saja. Hatinya tidak sadar dan sebagainya. Lalu, itu hipnotis reduksi. Dunia piknik, dunia hura-hura, dunia kuliah, dunia belajar, dunia membaca, dunia berpikir, dihilangkan, direduksi, sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan pasti ada ikonnya, yaitu suara yang berirama, bertalu-talu, kemudian penenangan. Doa doa itu untuk menenangkan, mengkhusukkan hati, dan sebagainya.  Dengan menciptakan suasana yang bisa menarik intuisi. Ketika ilmu zaman barat dulu tentang Yogyakarta melihat gending jawa dulu, seperti orang yang, , kalau orang, minum narkoba mungkin sakau, tapi kalau ini, bukan, bukan karena apa-apa, intuisi nya terbalik, seakan-akan sudah sampai surga dia. Merasa, menikmati, enak sekali, nonsentif atau apalah namanya.
Kenapa orang bisa tertipu, karena dia hidupnya shodaqoh, pelesir, berpesiar dengan kedua keluarga itu, semua dikuras, dimasukkan, dipilih, dipilih, direduksi menjadi, dunianya menjadi uang. Ikonnya uang yang digandakan. Jadi, tentunya hidup itu permainan intuisi, intuisi. Intuisinya kita mau ke mana-mana. Anda bisa saja. Karena menggunakan handphone sudah lengkap, canggih dan sebagainya. Anda tidak pelihara, anda hilangkan intuisi ruang dan waktu; sekarang aku dont care, tak peduli utara selatan, aku gunakan saja handphone. Suatu ketika handphone nya kebalik, sholatnya juga kebalik. Jadi intuisi sangat penting. Intuisi adalah pengalaman, intuisi seorang kokal lain dengan jenderal. Karena ada yang intuisi bilangan bilangan, ada yang intuisi apa. Orang mengatakan secara psikologi kalau istilah psikologi itu indera ke 6. Kalau filsafat cukup intuisi.
2. Apakah bapak setuju dengan metode saintifik?
Jawab :
Filsafat itu bukan masalah setuju dan tidak setuju. Filsafat itu seberapa jauh, engkau mampu menjelaskan metode saintifik. Maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu itu. Dan kalau engkau itu bersikekeh, bersikukuh, mitos, kalau sudah jelas sekali, mitos. Ya, kalau fanatik, ya kejebak dalam ruang dan waktu yang gelap menurut filsafat. Kenapa? Metode saintifik hanya satu dari sekian ribu metode yang ada. Mungkin semilyar yang ada. Kenapa hanya satu. Hidupmu sudah terpilih menuju ke metode saintifik saja. Itulah ruginya kurikulum 2013. Itulah yang dia tidak sadari dosanya Pak Menteri. Mengiring seluruh indonesia untuk metode saintifik. Agama metode saintifik. Bahasa metode saintifik. Menikah metode saintifik, percobaan. Setelah itu kesimpulannya tidak jadi nikah. Kurang ajar banget metode saintifik. Matematika aja kalau tidak memakai logika, bagaimana mau mengamati. Amatilah bilangan 7. Bilangan 7 kurus ditambah bilangan 7 gemuk, sama dengan 14 kurus. Misalnya. Pengamatan. Yang diamati apa.
3. Bagaimana kriteria seseorang dikatakan berhasil dalam menuntut ilmu?
Jawab :
Setiap saat orang berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak merasa. Kalau merasa, dia berhasil, dia, rugi separuh dunia, karena dia tidak menyadari kegagalannya. Kalau dia hanya merasa selalu gagal terus, merugi separuh dunia karena dia tidak menyadari keberhasilannya. Filsafat itu harus selalu berusaha adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
4. Bagaimana konsep siap menurut filsafat?
     Jawab :
Siap menurut filsafat itu, berarti refleksi diri. Refleksi diri untuk ke depan. Diturunkan menjadi semi psikologi itu komunikasi. Persiapan adalah komunikasi internal di dalam diri kita. Kalau orang mau menikah, persiapannya sudah membayangkan terlebih dahulu calon istri dan calon suami supaya jangan terkejut. Masa melihat calon suami terkejut, melihat calon istrinya terkejut. Berarti tidak ada kesiapan ini. Dan diturunkan menjadi rediness. Itu psikologinya sangat penting sekali. Itu kesiapan. Kesiapan kita mengandung unsur timeline. Artinya berjalannya potensi dan impian. Jadi kesiapan itu bagian daripada hermeunitika. Dan ternyata tiadalah kesempatan itu yang bersifat tetap dan berhenti. Walaupun kesiapan pun dalam keadaan berjalan. Dan bergerak. Bergoyang-goyang. Siap, siaga. Dipukul ya sudah jatuh. Kesiapan yang paling baik ialah, itu, bergoyang-goyang. Hermeunitika. Jadi kalau kamu udah siap? Sudah. Itu mitos. Tidak ada orang yang sudah siap dalam filsafat. Yang benar, bagaimana kalau ditempatkan? Ya, sedang. Sedang bersiap-siap. Dan itu tidak ada akhirnya. Karena akhir juga mitos. Tiadalah sebenar-benar akhir, kecuali akhir absolut. Itulah dogma agama. Kalau sudah kiamat, akhir daripada absolut. Ternyata walaupun akhir dari absolut pun masih diteruskan. Setelah kiamat masih ada pertimbangan-pertimbangan perbuatannya.
     5.  Bagaimana filsuf memandang surga dan neraka jika tidak ada yang salah?
Jawab :
Jangan salah! Jadi filsafat itu hakikat metodologi etik, estetika. Jadi, benar, baik, dan indah. Tiga itu jika dikombinasikan jadi berapa. Itu dieksperimenkan. Benar, baik, dan indah. Benar, baik, tidak indah. Benar, tidak baik, indah. Benar, tidak baik, tidak indah. Demikian seterusnya. Dieksperimenkan. Berfilsafat, seperti apa contohnya. Itu etik dan estetika. Etik itu baik buruk. Estetika itu keindahan. Epistemologi, benar salah. Ontologi hakikatnya. Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah. Kamu itu terjebak di ruang yang gelap. Tapi untung kau bukan jendela dan pintu. Sintesis. Mampu bertanya. Sehingga itulah pikiran. Benar dan salah di dalam pikiran. Ya misalnya 2 + 2 = 4. Benar apa salah? Ya kalau modulonya bilangan berbasis 3, apa ada bilangan 4. Tidak ada. Jadi benar salahnya tergantung ruang dan waktu. Ini pikiran. Belum sampai ke surga dan neraka. Benar dan salah itu domain pikiran, sedangkan surga dan neraka itu domain hati.
6. Bagaimana pengaruh filsafat terhadap perkembangan teknologi?
     Jawab :
Hubungan filsafat dan perkembangan teknologi adalah cerita Resi Gutawa.  Konon dulu kala ada seorang Resi bernama Resi Gutawa. Resi yang maha sakti. Sakti itu artinya kata-kata bisa menjadi kenyataan. Sakti. Pak rektor itu sakti. Kata-kata bisa menjadi kenyataan. Besok saya angkat jadi pegawai, diangkat betul. Kalau seperti kamu, kamu itu belum sakti. Gubernur itu sakti. Ya. Presiden sakti itu. Antara omongan menjadi kenyataan kalau zaman dulu namanya resi. Yang bisa menyatukan langit dan buminya. Maka apapun yang terjadi, seorang pemimpin itu pasti hebat. 
Resi Gutawa mempunyai istri yang sangat cantik. Saking cantiknya istri itu, dewa kepincut. Naksir. Padahal tahu kalau sudah punya suami. Kemudian ada sorang dewa yang hebat juga, dia punya yang namanya Cupu Manik Astagina. Kalau zaman sekarang, namanya adalah HP. Dewi Indradi, istri Resi Gutawa, sangat terterik dengan Cupu. Dia lalu menggunakannya dan lupa waktu. Sampai-sampai ditanya sama suaminya apa saja tidak menjawab. Dia juga sampai lupa anak, lupa mandi, lupa makan, lupa ibadah, lupa tidur. Resi Gutawa lama kelamaan jengkel dan akhirnya dia berkata,”Kalau begitu, kukutuk kau menjadi patung.” Jadilah Dewi Indradi patung.Orang sakti itu begitu. Kata jadi kenyataan. Begitu juga orang tua. Jangan bikin orang tua marah. Orang tua marah, kamu jadi batu.
Diambillah cupu manik itu oleh Resi Gutawa dan dilempar sana jatuh ke bengawan. Bengawan itu sungai besar atau danau. Anaknya yang 3 orang, 2 laki-laki dan 1 perempuan, tampan dan cantik, berlarian. Mengejar yang sudah dilempar oleh bapaknya itu. Begitu mencebur ke air, langsung berubah wujud, dua orang satriya anaknya, Guarso dan Guarsi langsung berubah jadi Sugriwa dan Subali. Yang putri tadi, Anjani, berubah menjadi kera.
Apa pelajarannya? Pelajarannya persis seperti ketika kita punya handphone, senang ada hanphone baru, download aplikasi. Luhur lewat, ashar lewat, maghrib pun lewat, isak lewat, subuh lewat, luhur lagipun lewat. Ada truk lewat juga tidak mengerti. Suaminya lewat tidak mengerti, anaknya lewat tidak mengerti. Siapa itu? Saya, kamu, tidak peduli laki-laki perempuan, kyai, tokoh agama juga. Sekarang teknologi seperti itu. Ternyata sudah tercapai cita-citanya kehidupan kontemporer untuk membuat patungisasi masyarakat dan memasyarakatkan patung. Kita semua telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer. Kalau kita punya tapi kita tidak mampu menggunakan secara bijaksana. Seperti itulah kejadiannya.
Apa hikmah yang terpetik dari berubah wujudnya Guarso dan Guarsi itu?Juga Anjani yang jadi jadi monyet? Habis shubuh, hati bersih pikiran lurus. Malah membuka internet. Tidak terasa sudah jam 8 pagi, pikiran sudah bengkok hati sudah kotor. Sekali sentuh langsung menuju neraka.  Ya itulah, kita telah berubah wujud menjadi monyet. Dan tak terasa seperti berubahnya Guarso menjadi Sugriwa, Guarsi menjadi Subali. Saling mencemooh temannya yang satu dengan yang lain, setelah berkaca baru tahu dia. Setelah datang ke kuliah filsafat, baru tau bahwa kita telah berubah bentuk menjadi monyet.  Itu jawaban dari pertanyaan hubungan antara filsafat dan teknologi. Luar biasa. Luar biasa itu batas. Itu maksudnya berfilsafat itu seperti itu. Filsafat itu struktur. Setiap berbicara itu menuju struktur. Jadi tidak ada sifat filsafat itu singkat-singkat itu. Saya jawab singkat itu ikon saja. Ikon itu berbahaya. Pertanyaan saya sebetulnya jawabannya salah semua itu. Kalau ditelusur. Karena berbahaya. Jadi pada level itu, itulah jatahmu sekian itu. Nol saja lah nilainya itu. Biar bisa bercermin seperti tadi Guarso bercermin. Kalau masih ditutup dengan kesombongan, cerminnya, tidak akan kelihatan dia.
       7. Bagaimana filsafat memandang perkawinan sejenis?
Jawab :
Pertanyaan yang satu ini tidak usah dijawab. Ngeri-ngeri tidak sedap. Dari pada berpikir ke situ lebih baik tidak memikirkannya. Ada hal-hal yang seperti itu. Membaca saja mau muntah, apalagi memikirkan dan mendiskusikan. Lama-lama menjadi pengikutnya. Lupakan saja tidak usah dipikir terlalu panjang lebar. Karena nanti cara mereka itu termasuk, awalnya, dipaksa. Berikutnya dia tidak menyadarinya, berikutnya diberi toleransi dalam pikiran untuk mendiskusikannya dan seterusnya dan seterusnya. Kalau sudah menyangkut karakter, tunjukkan karakter kita apapun filsafatnya. Ngeri sekali bayangkan dari awal kamu tega-teganyanya kita mau diskusi. Berfilsafat ada batasnya. Itulah maksudnya batasnya. Jangan sembarang semua bisa ditanyakan. Jadi orang ketemu itu, sifat ketemu sifat. Sifat penipu ketemu sama sifat yang memang bisa ditipu. Bahkan kita supaya tidak ditipu, kita supaya jangan melakukan kesalahan dosa pun, berdoa. Berdoa itu cegah, tangkal dini. Tuhan itu menjamin kalau engkau itu berdoa dan dikabulkan sama Tuhan, di masukkan dalam kapsulnya Tuhan. Kalau sudah dimasukkan dalam kapsulnya Tuhan, keselamatan dunia dan akhirat dijamin. Jadi berdoanya adalah supaya aku selamat.
Tapi yang transgender saya harus terangkan. Itulah yang namanya the power of mind. Ada cerita, seorang artis di Amerika, dia mempunyai anak perempuan.  Padahal dia adalah artis gulat dan tinju. Dia tidak mau menerima. Pokoknya anaknya harus mempunyai jiwa laki-laki. Sejak kecil, anaknya diberi celana dan selalu terapi memakai olahraga body buliding. Lama-kelamaan, jiwa, pikiran,dan hati anaknya, semuanya laki-laki. Kecuali satu, fisiknya perempuan. Ketika umur 35 tahun, dia ditayangkan di televisi. Saat diwawancarai, dia di persimpangan jalan. Karena ternyata dia ditaksir juga oleh orang laki-laki. Padahal jiwanya laki-laki. Maka dia ingin menunjukkan diri supaya dia betul-betul tampak seperti laki-laki. Maka dia melakukan tahap-tahap operasi. Operasi pertama, operasi pengangkatan payudara. Juga suntik hormon. Suntik hormon ternyata membuat suaranya berubah, dari suara perempuan berubah menjadi suara laki-laki. Demikian seterusnya, akhirnya, jadilah dia laki-laki tulen dengan berbagai macam operasi dan seterusnya. Kalau jalan dia tomboi, tidak ada yang menyangka kalau dia dulunya wanita. Akhirnya dia mempunyai pacar perempuan.
Itu bahayanya the power of mind yang tidak dibatasi oleh agama. Maka, sebelum engkau mengembarakan pikiranmu, kendalikan melalui agama.  Berdoalah supaya tahu mana yang baik dan yang buruk. Kalau yang sudah terlanjur ya sudah. Perbaiki sebagai wacana karena filsafat itu sebagai wacana. Kita toh sudah dipagari dan kita itu tahu. Jadi kuncinya adalah pada agama.
Baiklah saudara, demikianlah apa yang bisa kita kerjakan bersama-sama sebagai bekal. Gunakan teknologi secara bijaksana agar kita tidak menjadi patung. Belajar itu seperti berdoa terus-menerus tiada kenal ruang dan waktu. Filsafat batas penyembuhan menyentuh hati dan spiritual kita masing-masing.  Perasaan senang dan duka biasa yang penting tetap selalu berdoa.          

PERTEMUAN V
Jumlah guru itu sekarang sedang booming. Semua ingin jadi guru karena sertifikasi. Universitas yang memproduksi guru sekarang banyak sekali. Sehingga semangatnya sekarang mempersulit S1. Kalau S2 mungkin dipertimbangkan. Jalur yang berbeda untuk jadi guru itu S2. Kontinu studi. Sehingga dengan sendirinya akan tersaring, guru minimal S2. Dosen minimal doktor. Kalau bisa kuliah itu cepat-cepat.
Pekerjaan itu harus dikerjakan, jangan terlalu banyak dipikir. Hidup itu kerjakanlah pikiranmu dan pikirkanlah pekerjaanmu, sebenar-benar hidup begitu. Namun, kalau begitu baru 1/3 dunia. Kalau dari awal, kalau dari tengah sudah separuhnya. Yang separuhnya apa? Hatinya. Pikirkanlah doamu, doakanlah pikiranmu. Kerjakanlah doamu, doakanlah pekerjaanmu. Pikirkanlah yang ada dan yang mungkin ada. Kerjakanlah yang mungkin ada. Harus ada proses supaya yang ada itu berada dalam pikiran saya.
Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban di perkuliahan :
1.      Apa konsep pengabdian ?
Jawab :
Mengabdi itu apa? Dalam filsafat itu apapun dalam filsafat itu adalah bicara tentang struktur berdimensi di dalam pikiran. Dan pikiran itu ternyata adalah pintu gerbang menuju duniamu masing-masing. Tapi kalau saya katakan begitu tidak cukup. Karena tidak hanya pikiran yang menjadi pintu gerbang tapi hati kita masing-masing. Maka baik buruk dunia tergantung hatimu. Makna dari dunia tergantung pikiran. Pikiranmu maknanya apa ya itulah maknanya. Hatimu mengatakan apa ya itulah hati kita. Jadi berstruktur. Yang ada paling genus paling sederhana itu Anda itu. Pun berstruktur. Dan strukturnya itu punya bentuk dan isi. Forma itu ada isi ya isi. Maka kalau ada pertanyaan apa konsep pengabdian di dalam filsafat, yang bertanya berstruktur hierarki, yang ditanyakan juga berstruktur hierarki. Pengabdian juga berstruktur hierarki. Maka apa pengabdian yang paling sederhana, apa pengabdian yang paling rendah, dan apa pengabdian yang paling tinggi. Yang paling rendah itu ketemu genusnya.genus itu potensinya. Potensi itu cikal bakal, bibit kawin atau gatra nya. Ada dua macam gatra, yaitu gatra takdir dan gatra ikhtiar. Maka abdi, pengabdian, mengabdikan diri itu gatra takdir dan gatra pengabdian. Pengabdian sebagai salah satu keadaan atau sifat-sifat. Mempunyai gatra. Misalnya seorang kyai terlahir sudah membawa genus. Kalau biologi istilahnya genetika. Gen di dalam sel. Kamu juga bisa berusaha agar besok ingin punya anakpun bisa berusaha agar genetikamu itu anakmu besok seperti apa. Dengan pikiranmu. Itu namanya potensi, bawaan. Genetika yang diteliti orang adalah genetika yang diam. Sedangkan saat saya bilang kita dapat mempengaruhi keturunan saya dengan perilaku sekarang saya, itu genetika yang berjalan. Genus yang berjalan. Sehingga kalau sekarang Anda rajin mengaji dan jadi kyai yang hebat, kalau bukan cucumu, anakmu, besok keturunan ke 10 kemudian jadi kyai hebat. Kalau sekarang saya profesor ada kemungkinan cucu saya buyut saya juga ada yang profesor. Itu genusnya. Maka pengabdian juga begitu. Mengabdi itu adalah sifat dari suatu sifat keadaan obyek terhadap subyeknya. Kalau obyek sesama obyek namanya bukan mengabdi. Tetapi mengabdi itu bukan istilah filsafat. Itu istilah sosiologi dan psikologi. Kultural budaya. Sehingga kerajaan itu ada abdi dalem. Dalam filsafat itu mengabdi itu hanya sifat. Hubungan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain. Keadaan seperti itu digambarkan oleh etik dan estetika. Etika benar salah, estetika keindahan. Benar, salah. Maka filsafat itu hakekat, kebenaran, keindahan. Dimix. Hakekatnya hakekat yang benar dan indah, tidak benar indah, tidak benar tidak indah dsb. Naik sedikit spiritual. Doamu tentang siapa dirimu. Kebenaranmu yang baik dan indah. Sholat di pasar di keramaian orang bisa juga tapi mungkin tidak indah. Tapi kalau sudah masuk ke dalam keindahan, subyektif. Diri kita masing-masing. Jadi pengabdian itu kalau mau ditelusuri kaitannya dengan sosio antropologi.

2.      Bagaimana pandangan filsafat tentang multiple-intelligent?
Jawab :
Kecerdasan ganda otomatis dengan sendirinya. Di filsafat tidak hanya ganda tapi unlimited multiple. Itupun saya belum cukup menyebutkannya. Kecerdasan tentang apa? Tentang yang ada dan yang mungkin ada. Cerdas sama istri. Cerdas terhadap suami. Cerdas terhadap rumah tangga. Cerdas terhadap sekitar. Cerdas terhadap pimpinan. Cerdas terhadap lingkungan. Cerdas terhadap kata-katanya sendiri. Cerdas meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Dan seterusnya. Itu filsafatnya. Maka supaya bisa menembus ruang dan waktu, tahu sopan santun. Baca, baca, dan baca. Apa beda filsafat dengan psikologi? Kalau filsafat itu duduk di lobi, kalau psikologi sudah masuk gang-gang. Sehingga psikologi ada dua macam , terapan dan wacana. Sebagian dari psikologi wacana atau naratif itulah filsafat. Intelligent juga diperdalam lagi dan diekstensikan. Jadi intelligent juga berstruktur berhierarki, yang dipikirkan juga berstruktur berhierarki. Dunia ketemu dunia terwakili oleh ikoniknya. Bacalah elegi menggapai dasar gunung es. Filsafat itu jauh melampaui batas. Lompatilah diri sendiri, dan percaya sama Tuhan. Jadi banyak sekali jawabannya.

3.      Bagaimana konsep doa dalam filsafat?
Jawab :
Ini penting. Jadi salah besar kalau saya ngomong konsep doa dalam filsafat itu apa. Awalannya sudah salah itu. Maka kakiku mendefinisikan, tanganku mendefiniskan, mataku sedang mendefinisikan apa itu doa, pikiranku, seluruh hidupku yang ada dan yang mungkin ada itulah kalau kamu lihat definisi saya tentang doa. Sebagian bisa dibaca elegi ritual ikhlas. Membacanya harus urut. Jangan langsung yang terakhir. Tidak akan selesai diterangkan. Kalau saya terangkan sampai tuntas saja, dari saya lahir sampai sekarangpun saya sudah berubah jadi besok. Sekarang dan besuk bagaimana penjelasannya? Maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu. Sebenar-benarnya penjelasanmu adalah aktivitasmu. Jadi nonsense kalau belajar filsafat tanpa membaca. Spiritual saya ada referensinya. Jadi independen tidak terkotak-kotak. Bergaul dengan orang NU, Muhammadiyah. Tapi kalau aliran sesat tidak bisa. Filsafat itu tulus tidak tipu-tipu. Ilmu itu ikhlasnya. Anehnya zaman sekarang banyak orang tergoda. Gara-gara duit. Memalukan. Tercoreng budaya jawa. Itulah akibat dari krisis seluruh dunia. Maunya hidup enak, cepat, murah, tapi hasilnya besar. Itulah pentingnya berfikir kritis. Tapi mau berfikir kritis juga takut dibunuh. Itulah memang kejam kalau sudah sampai tatanan material. Whatever. Namanya spiritual material ya spiritual. Materialnya material ya material. Dan sebagainya.

4.      Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dlm filsafat?
Jawab :
Sejak awal filsafat sampai akhir zaman nanti tentang pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan olah pikir. Persoalan di dalam filsafat ada dua macam. Dan dua macam ini tidak pernah tercapai. Bisanya hanya berusaha mencapai. Yang pertama adalah menjelaskan apa yang engkau ketahui yang ada di dalam pikiranmu. Contohnya, saya itu di dalam pikiran saya ada istri saya. Saya tidak akan mampu menjelaskan siapa istri saya. Andaikan saya mampu menjelaskan dari awal zaman sampai sekarang sebelum saya mengakhiri penjelasan, saya sudah berubah menjadi saya yang nanti. Masih ada tersisa,saya yang nanti itu belum tahu istri saya seperti apa. Apalagi besok. Siapa tau mudah-mudahan istri saya tambah cantik. Belum saya terangkan. Padahal tadi menerangkannya sudah tuntas. Dan itu belum tercapai. Jadi sebenar-benar manusia tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang kau pikirkan, hanya berusaha saja. Caranya bagaimana, reduksi menyebut berbagai sifat kunci dalam batas tertentu di mana semua orang satu dengan yang lain pengetahuannya sama. Engkau tidak mampu menjelaskan Pulau Lombok itu. Tapi sampai di situ saya terima sampai batas persepsinya, oke saya setuju. Tapi Lombok masih banyak sekali yang masih diungkap, tidak mampu semua dijelaskan. Kenapa kamu bisa menggambarkan Pulau Lombok seperti itu?Karena kamu ada. Ada pulau lombok di dalam pikiranmu, adanya di dalam pikiran karena melalui rasio dan pengalaman. Berhemeunitika. Menit demi menit. Seperseribu menit demi seperseribu menit. Yang kedua adalah mengetahui apa yang di luar pikiran saya. Yang di luar pikiran saya adalah Pulau Lombok untuk level ini. Tapi kenapa saya bisa berbicara Pulau Lombok? Karena Pulau Lombok itu sudah ada di pikiran saya. Maka Pulau Lombok ada yang sudah ada di pikiran saya, ada yang masih di luar. Yang ada di dalam pikiran saya masih mungkin ada. Tapi yang lain saya belum lihat. Itu yang ada diluar pikiran saya. Maka sebenar-benarnya saya hidup adalah mengadakan yang mungkin ada. Maka kerjakanlah hidup itu jangan malas-malas. Karena kamu sadar dan tidak sadar itu selalu luar biasa. Kita perlu hijrah supaya dapat pengetahuan baru. Tidak usah jauh-jauh. Buka korden itu hijrah. Kamu jadi tahu gimana cara buka korden. Hi tech. Tidak terasa sudah hijrah. Hebat itu sesuai dengan ruang dan waktu. Petinju hebat ketika sudah bisa mukul KO. Kamu keren karena baca blog dan banyak komen, di filsafat ilmu. Dan sebagainya. Ketika saatnya sedang dimintakan menunjukkan, hebat itu. Maka pikiran manusia macam-macam perkembangannya. Mulai dari awal sampai ahir zaman. Selalu di baca pada timeline perjalanan, karena kedudukan pengetahuan itu dari awal sampai akhir zaman, dan sebenar-benarnya ilmu pengetahuan itu adalah epistemologi atau filsafat ilmu. Tapi filsafat ilmu tidak ada apa-apanya kalau tidak ada ontologi dan aksiologinya. Satu kesatuan. Seperti segelas teh tidak akan punya makna kalau tidak ada gelasnya. Harus ada wadahnya.

5.      Apakah dalam filsafat seseorang pasti menemukan kebenaran?
Jawab :
Di sini pasti itu kasar sekali karena kita sedang bicara tentang relativitas. Jangankan orang berfilsafat, membaca blog saya saja, tentang jebakan filsafat. Kalau saya menerangkan jebakan filsafat, elegi itu tidak akan ada maknanya lagi. Karena setiap elegi adalah tantangan buat kita. Anda ditantang untuk berpikir. Ayo pahami saya. Elegi itu begitu. Kalau anda belum baca ya tidak ada gunanya. Mau baca lagi silakan. Jenuh itu ujian. Bedanya S1 dan S2 kamu mengalami kejenuhan karena sudah pernah baca. Itu godaan. Jadi jebakan filsafat artinya sebagian besar dari komentarmu itu salah. Kenapa salah?Tidak cocok dengan pikiran saya. Sebagian salah. Engkau seakan-akan sudah mengerti. Itu jebakan filsafat. Merasa bisa tapi tidak bisa merasa. elegi menggapai rumahku yang besar, Anda bilangnya, membuat rumah jangan besar-bear. Berarti sudah tidak paham maksudnya. Elegi tukang cukur, wah saya tidak mau jadi tukang cukur. Itu yang tidak paham apa yang dimaksud. Makanya di sini berpacu. Saya berpacu dengan penjelasan saya, Anda berpacu dengan membuat komen. Bikin komen yang serius tapi jangan terlalu serius, bahaya. Temukanlah dirimu sendiri di situ. Berkiprah. Sebenar-benarnya ziarah filsafat itu pelajarilah pikiran mereka itu. Dengan baca, baca, dan baca. Tengok ke hatimu masing-masing.
           
PERTEMUAN VI
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban perkuliahan filsafat pertemuan ke-6 :
1.      Bagaimana pandangan filsafat tentang zodiac?
Jawab
Ketika hidup di khatulistiwa dengan di dekat kutub, ada beda perilaku akibat dampak, dan seterusnya. Saya di Inggris 1,5 th, kedinginan, tapi udaranya kering. Yang saya khawatirkan rematik itu tidak jadi. Malah sehat. Di sini udaranya lebih lembab. Kalau lembab tu pikiran dan pertanyaan saya. Jamur itu tumbuh di mana-mana. Bakteri tumbuh di mana-mana. Kalau di sana kertas itu kemerincing. Jadi saya sering kena salju kedinginan kena angin macam-macam, tidak terasa saya pegang-pegang pipi saya ini halus dan lembut. Saya berkaca-kaca dan tambah putih kulit saya seperti bayi. Setelah pulang ke sini kembali seperti semula. Apalagi yang lahir di sana dan besar di sana. Jadi tempat tinggal itu menentukan tabiat dan karakter seseorang. Itu dasarnya menurut saya. Zodiac itu apa dari sisi filsafat? Zodiac itu pikiran manusia. Manusia mau membuat 1 tahun 1000 bulan tidak ada masalah. Kita kebetulan 1 tahun 12 bulan. Nanti jika kita ketemu alien kita tanya tempat kamu,  tahun berapa di bulan?Seribu bulan. 1 minggu 30 hari tidak masalah. Semua itu adalah pikiran. Zodiac itu juga pikiran sehingga kalau dipetakan, bumi khatulistiwa yang ada disini. Matahari pas di katulistiwa bulan apa?Kalau tidak mengerti mana mungkin bisa membuat zodiac. Tidak tahu matahari dari sisi relatifnya terhadap bumi. Ya itu kualitas pendidikan di Indonesia, yaitu hapalan.
Satu tahun pas juga dengan zodiac. Itu zodiac itu. Karakter itu dilambangkan. Juli Cancer, kepiting. Dikategorikan orang bulan Juli kok seperti ini sifat dan karakternya. Hati-hati sama dia nanti dijepit. Suka menyapit dan tidak bisa lepas. Leo, tegas. Bisa keras, bertengkar kalau perlu sampai mati , jujur, tidak mau spekulasi, tidak mau masuk air. Tapi kalau dengan Cancer jodoh karena saling menjaga saling mengisi. Cancer itu kepiting bersembunyi di ketiaknya Leo. Sebaliknya, leo itu kepiting kalau sudah menclok di Leo, Leo tidak bisa apa-apa. Leo pasti setia. Pasti. Dari awal sampai akhir hayat. Tapi Cancer jangan diganggu ketenangannya. Yang banyak ngomong itu sebetulnya hati. Nikmat di dalam ketenangan. Bulan Juli kan. Pas kelangit sana digambar, bintangnya kok sama seperti gambar kepiting. Di sana kok gambarnya kayak gambar singa. Tata surya itu di atas, tata bintang di sana. Tergantung pikiran kita. Itulah horoskop.

2.      Bagaimana filsafat memandang hemat?
Jawab :
Hemat itu berarti perhitungan ketelitian menembus ruang dan waktu. Secara psikologis, kesadaran. Tetapi kesadaran pada suatu ruang tertentu yang terikat dengan ruang-ruang yang lain. Sesuai ruang dan waktu. Kalau tidak sesuai ruang dan waktunya, hemat bisa berubah menjadi pelit, dan semua yang ada dan yang mungkin ada berstruktur. Hemat pun berstruktur. Hemat materialnya, hemat formalnya, hemat normatifnya sampai hemat spiritualnya. Agama juga mengajarkan supaya kita jangan berfoya-foya. Tadi saya ada rapat, tidak sempat makan rotinya. Tidak usah membeda-bedakan manusia. Biasa. Saya juga tidak pernah bercita-cita menjadi profesor. Jalani saja. Ternyata saya jadi profesor. Saya tidak sadar. Kamu yang mengundang praf prof praf prof. Saya itu profesor. Sesuai dengan ruang dan waktu. Menjadi fenomena saya di sini di luar sistem.

3.      Bagaimana pendapat bapak tentang PPG?
Jawab :
Sekarang itu lulusan LPTK terancam tidak bisa bekerja jadi guru saking banyaknya. Lulusan sekitar 1-1,5 juta per tahun, sedangkan kebutuhan tenaga pengajar hanya 150 ribu per tahun. Kenapa?Dulu itu 10 tahun yang lalu lembaga pemroduksi guru itu LPTK, mantan IKIP, UT, ditambah universitas tidak sampai 20. Karena gaji guru sertifikasi booming, semua ingin menjadi guru. Tidak peduli. Sehingga akibatnya muncul universitas-universitas swasta STKIP seluruh cabang di Indonesia, ada 200 lebih. Dan itu kalau kita lihat ke daerah, logis. Karena masyarakat di sana membutuhkan. Hanya masalahnya bagaimana skema pemerintah. Sehingga menurut saya itu tidak elegan. Sekarang pemerintah itu skemanya mempersulit guru. Jadi guru-guru sekarang itu mengajar nanti PPG. Begitu PPG, belum tentu dia menjadi guru. Harus ada tes dulu, ujian tulis nasional, standarnya 80. Itu jalur PPG S1 profesi.
Maka Anda itu tidakbisa meniru saya. Jadilah dirimu sendiri. Saya hanya memfasilitasi saja dengan bacaan-bacaan. Silakan kalau sudah saatnya engkau jadi kompetitor, jadi atasan silakan. Sesuai ruang waktu. Tidak perlu iri hati, dan sebagainya. Habis kuliah mungkin bisa menulis di kompas malah senang harusnya disyukuri seorang guru itu.

4.      Bagaimana menggapai ihlas dalam ketidakadilan perlakuan kepada kita?
Jawab :
Itu perlakuan adil atau tidak adil antara manusia dan manusia itu duduknya di hermeunitika. Hermeunitika itu kalau di barat, kalau di timur namanya silaturrahim. Kalau dalam belajar di kelas itu interaksi pembelajaran kalau mau bikin gedung itu diaduk dulu semennya. Pasti. Tidak mungkin semen, gamping dan batu hanya dijejerkan begitu saja. Materialnya saja begitu. Sehingga keluarga saya berantakan dulu baru kamu punya anak. Tidak karuan campur hati pikiran sush sedih. Kalau begitu tidak ada gunanya nikah antara suami dan istri. Berantakan dalam hati dan dalam pikiran itu ilmu. Jadi kuncinya komunikasi jangankan manusia. Semen dan batu saja berkomunikasi,

5.      Bagaimana filsafat memandang suatu kesimpulan?
Jawab :
Kesimpulan itu suatu formulasi keadaan pada suatu ruang tertentu dan waktu tertentu. Tapi sebenar-benar kesimpulan itu duduknya di pikiran. Bagaimana apakah sudah campur itu semen dan batunya?Sudah, disimpulkan udah keras. Apa mereka menyimpulkan sendiri? Tidak. Tapi pikiran kita masing-masing. Maka sebenar-benar kesimpulan adalah pikiran. Pikiran itu berstruktur hierarki. Berstruktur berhierarki berhemeunitika antara wadah dan isinya pikiran dan kesimpulan. Apa wadahnya kesimpulan? Kata-katamu tadi. Itu wadahnya. Tulisannya tadi wadahnya. Rumus diskriminan, itu wadahnya. Maka sebenar-benarnya wadah dan yang mungkin ada adalah kesimpulan. Mungkin ada saja sudah kesimpulan.

6.      Bagaimana filsafat memandang pergeseran budaya daerah sendiri?
Jawab :
Budaya dengan filsafat itu berstruktur berhirarki. Melakukan perjalanan lampau sekarang akan datang, dia berhermeunitika. Silaturahim antar awadah dan isinya meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ya sudah mau diisi kesimpulan , budaya dan batu, silakan, nanti tes berikutnya idealnya budaya. Tes berikutnya masih menembus ruang dan waktu karena menembus ruang dan waktu ini strategis.

7.      Bagaimana seharusnya guru bersikap antara kebijakan dan kenyataan?
Jawab :
Ya itulah yang namanya cerdas itu sopan santun terhadap ruang dan waktu. Sebagai guru, sebagai pemerintah tugasnya melaksanakan kebijakan pemerintah. Itu wadahnya isinya kreativitas guru melayani kebutuhan siswa. UN ya UN, cepat ya cepat. Tapi guru yang bijak itu bisa membuat siswa berpartisipasi secara aktif. Dengan berbagai macam teknologi dan sebagainya. Jangan mentang-mentang pemerintah mempunyai peraturan begini, gurunya juga malah semakin menjadi-jadi. Gurunya tidak bijaksana. Karena mencari celah-celah dan peluang. Aku masih mengembangkan proses pembelajaran sesuai sunatullah dan kodratnya manusia hidup seperti apa. Terjemah dan menerjemahkan interaksi berhemeunitika, dalam bahasa jawa, cokro manggilingan awal akhir zaman.

8.      Bagaimana filsafat memandang kehidupan setelah mati?
Jawab :
Filsafat ya. Dinaikkan sedikit spiritual. Diturunkan jadi filsafat. Filsafat itu olah pikir sesuai pikiran kita masing-masing. Maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu tentang kehidupan setelah kematian. Apa engkau tidak bisa menjelaskan? Kalau aku yang menjelaskan maka engkau tertimpa bayang-bayangku.
Tapi kalau saya adalah kematian itu, dari sisi pikiran dari sisi fenomena, kalau filsafat, yang bisa dipikirkan itu fenomena, yang tidak bisa dipikirkan itu noumena.

9.      Apakah sama filsafat di sini sebagai pola pikir bahwa pancasila itu filsafat bangsa?
Jawab :
Ya filsafat itu berstruktur dan berdimensi. Materialnya, formalnya, normatifnya, ternyata dirimu yang berstruktur dan berdimensi. Diriku yang berstruktur dan berdimensi. Berkomunikasi tidak?Tidak pernah ketemu. Artinya filsafatnya seorang yang sudah tua dan muda yang sudah punya pengalaman lain. Filsafat diriku dan diri kita lain. Diriku subyektif, diri kita obyektif. Obyektif kecil obyektif besar,narasi kecil narasi besar, dunia kecil dunia besar. dalam bahasa jawa jagad alit jagad ageng. Atau makro kosmis dan makro kosmos.  Pancasila seperti itu. Sebenar-benar pancasila dirimu sendiri. Bisa tidak kamu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan? Dirimu sendiri itu maksudnya. Orang salah paham , kalau sudah ditempel di tembok itu  pancasila, mari kita resmikan. Sudah, selesai di sana. Sudah sama saja itu. Semua kitab suci begitu, pedoman begitu. Buku kalkulus juga begitu. Kalkulusnya di lemari, lemari terbakar. Apa begitu? Aku masih di pikiran kalkulusku. Walaupun Al qur’annya tertimpa banjir , hanyut, tapi masih ada di pikiranku. Maka sebenar-benarnya kita benci ada di hatimu itu. Kalau pancasila khususnya adalah filsafatnya monodualis. Mono itu habluminallah, dualis itu hablumminannas. Vertikal dan horizontal. Lengkap pancasila itu. Sehingga bisa dipakai sebagai pegangan dan pedoman untuk berbangsa.

10.  Apa hubungan antara hidup instan dan daya tahan?
Jawab :
Tergantung juga perlu penelitian itu hubungan antara budaya instan dan daya tahan menyerap atau tidak. Cari nanti korelasinya regresi.  Diteliti dulu. Mudah menyerah atau tidak. Kamu pertanyaannya sesuatu yang perlu diteliti.
Jadi kalau dikaitkan, itu penjelasan saya. Engkau bagaimana menjelaskannya. Tidak ada suatu ide yang terisolasi itu tidak ada. Pasti ada sebab musababnya. Harus bisa dijelaskan, harus ada penjelasannya. Maka budaya instan dengan menyerah, yang satu mudah menyerah itu gejala jiwa. Itu psikologi. Sedangkan budaya instan itu budayanya. Budaya lebih mendasari psikologi. Ada kaitannya bisa dicari. Bisa dibreakdown dari referensinya juga bisa secara intuitif saya juga bisa. Secara logika juga bisa antara budaya instan dan mudah menyerah. Pertanyaanmu hanya di situ saja. Menarik apa untuk dijawab berikutnya.

11.  Bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri kepada siswa untuk menyampaikan pendapat?
Jawab :
Ini budaya. Jadi yang kita kerjakan setiap saat ini kan kamu bisa bercerita. Bagaimana saya menumbuhkan skiap percaya diri anda dengan saya memfasilitasi Anda untuk secara mandiri menjajak blog saya.

12.  Apakah filsafat ada batasnya?
Jawab :
Ada dan tidak. Immanuel Kant membuktikan dunia ini ada awal dan tidak ada awal sekaligus, ada akhir dan tidak ada akhir sekaligus. Kalau dispiritualkan bertentangan dengan agama. Kenapa bisa begitu? Itu pikiran tanda bahwa manusia tidak sempurna. Buat orang-orang yang berpikir.  Namanya juga filsafat. Immanuel Kant bukan spiritualis. Mau mengaji Immanuel Kant tidak ada. Jadi, jangan heran kalau dia mencipta buku, menyimpulkan bahwa dunia itu ada awal sekaligus tidak ada awal. Logis itu. Buktinya secara pikiran. Sempurna. Baca di sana juga bisa membuktikan dunia itu sekaligus ada akhri dan tidak ada akhir. Gampang sekali mikirnya. Mari kita hentikan pembicaraan ini. Mulai lagi. Kapan berakhirnya kapan mulainya. Itu maksudnya. Manusia tidak akan bisa menemukan kapan berakhir kapan mulai. Itu tandanya berfilsafat itu menjadi orang-rang yang bersyukur. Karena sebenar-benarnya manusia dalam keadaan terbatas tidak sempurna dalam kesempurnaan dan sempurna dalam ketidaksempurnaan. Jadi engkau saja ga bisa mikir yang tidk bisa engkau pikir. Coba pikirkan apa yang tidak bisa engkau pikir. Katanya mau jadi filsafat hebat. Itulah batas. Tidak usah jauh-jauh ke mana ada di dalam diri kita masing-masing. Filsafat itu kemudian mengetahui siapa diriku.ternyata aku tidak mengerti apapun.kesimpulannya, tapi setelah kemana-mana. Tapi kalau belum ke mana-mana sudah begitu, kan namanya orang malas. Sokrates menyimpulkan bahwa diriku tidak mengerti apapun.

13.  Filsuf itu tidak ada tapi orang bisa mengakuinya. Bagaimana filsuf itu diakui?
Jawab :
Ciri-cirinya dia itu menulis atau ditulis orang lain. Seperti Sokrates itu tidak menulis tapi ditulis oleh muridnya. Budaya menulis itu mesti ada. Yang kedua merangkum dunia. Filsafat itu mesti merangkum dunia. Semua ada di situ isinya, dan itu mengalir. Jadi kalau orang S3 filsafat itu kalau membuat disertasi itu tokohnya. Kalau saya itu Immanuel Kant. Ada yang mengambil Plato,  Descartes, Sokrates, dan sebagainya. Siapapun yang diambil kena semua. Dari awal sampai akhir zaman. Tidak bisa saya hindari pasti dibaca. Itu artinya kalau pengetahuan belum ada batulah dia itu. Kalau sudah mulai, ada kesadaran, pecahlah batu itu. Sudah mulai banyak pengetahuan udah mulai hancur-hancuran kerikil, kemudian jadilah debu. Jadilah udara. Filsafat itu meliuk-liuk ke mana-mana.

14.  Bagaimana asal usul terbentuknya matematika?
Jawab :
Dari orang melihat. Sejarahnya begitu. Dari orang melihat kebutuhan hidup di lembah Sungai Nil. Sawahku ini kemudian sawah sawah sawah ada banjir hilang lagi. Bertengkar, rame macam-macam lama-lama pasang pasang pasang. Lama-lama memakai tali. Macam-macam. Ada bentuk macam-macam. Ada geometri. Jadilah piramida-piramida. Tingkat berikutnya di zaman, dibawa ke zaman ini jadi ada pembuktian rumusnya. Dan seterusnya. Direvisi muncul geometri modern. Muncul pertimbangan matematika formal aksiomatik. Hilbertianism. Kita itu pengikut Hilbert. Matematika perkuliahan tinggi berdasarkan aksiomatis sampai sekarang muncul cabang-cabang matematika teori grup analisis dan sebagainya. Hidup itu perjuangan jangan hanya bertumpu tangan.

15.  Bagaimana filsafat memandang susunan pembentuk manusia ideal?
Jawab :
Semuanya berstruktur, yang ada dan yang mungkin ada, ilmuwan Jepang dapat hadiah Nobel. Karena dia bisa memfoto/mengidentifikasi/mengetahui bagaimana sel bisa hidup, bisa makan, buang air kecil, besar, juga angin halus. Diteorikan ada itu posisinya, jadi hidupmu itu semuanya itu terkompos dari bermilyar-milyar sel yang masing-masing hidup sama juga alam semesta ini terkompos salah satunya dari material yang terdiri dari kita-kita ini. Masing-masing hidup juga. Ternyata atom dan molekul pun hidup berputar-putar. Luar biasa itulah ciptaan Tuhan. Kalau Anda bertanya-tanya tentang aliran-aliran filsafat melandasi teori-teori pendidikan. Jadi aliran-aliran dulu. Aliran filsafat itu munculnya dari jenis obyeknya di dalam pikiran idealism. Rasio rasionalism. Empiris empirism. Kalau melandasi pendidikan tidak cukup hanya filsafat tapi ideologinya. Maka negara industri pasti akan generasi muda industri. Maka industrialism. Juga menjadikan indonesia ini technological pragmatis. Menggunakn pengguna industri dunia ini. Ada yang bersifat old humanis. Konservatif. Ada yang bersifat progresif. Public educated itu dipeta saja itu.Indonesia ini ternyata Indonesia itu dilihat dari petanya, hidupnya tidak sehat. Tidak konsisten di dalam satu kolom. Maunya demokratis politiknya tapi ternyata tidak memenuhi demokratis. Implementasinya sudah macam-macam teknologi pragmatis industrialis macam-macam. Jadi gambar peta pendidikan di Indonesia itu centang perenang tidak karuan tidak ada polanya itu. Mengapa demikian ya memang itulah yang bisa kita raih karena Indonesia itu negara besar multikultur. Adalah sangat mudah mengurus negara-negara yang monokultur. Ada Singapura , Jepang, Korea, Fnlandia, dan sebagainya. Tapi Indonesia andaikata bisa potensinya akan lebih berkah.

PERTEMUAN VII

Berikut pertanyaan-pertanyaan disertai jawaban pada kuliah pertemuan ke-7 :

1.      Bagaimana membangun diri yang benar?
Jawab :
Menurut filsafat, genusnya yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada itu yang berstruktur dan berhierarki. Struktur yang paling sederhana dari yang ada itu wadah dan isi. Ternyata semua isi itu wadah dan semua wadah itu isi tapi tidak ada satupun wadah sama dengan isi. Kepala adalah wadah dari rambut, rambut tidak sama dengan kepala. Rambut berwarna hitam, rambut wadah, hitam isi. Tidak pernah rambut sama dengan hitam. Itulah subyek dan obyek. Karena masih di dunia. Yang benar adalah kalau ada di dalam pikiran, ideal di akhirat atau kuasa Tuhan. Maka sebenar-benar yang mampu sama dengan namanya adalah Tuhan itu sendiri. Maka ternyata yang ada dan yang mungkin ada itu bisa dimengerti di dalam kedudukan ruang dan waktu. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada tidak lain adalah ruang, dan yang ada dan yang mungkin ada tidak lain adalah waktu. Einstein bisa memanipulasikan ruang dan waktu dengan kecepatan dari memperoleh rumus. Jadi Tuhan mau membuat kiamat gampang sekali. Buat saja goncangan supaya tidak ada ruang dan waktu maka kiamat. Anda juga bisa dimasukkan dalam tabung bola besar dan digoyang-goyang. Dilepaskan dan tidak bisa berdiri, bingung kan, maka kehilangan waktu. Kehilangan ruang. Tidak mampu berdiri juga tidak mengerti kapan waktu dan ruang. Maka sebenar-benar hidup adalah kodratnya seperti yang dicontohkan Tuhan, menciptakan bumi mengelilingi matahari. Bersesuaian dengan fenomena siklik. Contohnya Senin ketemu Senin. Fenomena linear, artinya tidak pernah kita bisa mengulangi tanggal sekarang dan jam sekarang. Jadi kalau dikatakan bagaimana membangun hidup, hidup adalah diriku yang berstruktur dan berhierarki dari waktu ke waktu mengikuti timeline-nya dulu, sekarang dan akan datang, berstruktur, berhierarki dan berdimensi. Sesuai dengan ruang dan waktunya. Maka ruang dan waktunya sesuai dengan konteksnya. Konteksnya kalau di barat, islam kristen gereja dan sebagainya. Masing-masing berbeda konteksnya. Maka membangun yang benar menurut konteksnya adalah beda agama satu dengan agama yang lain. Walaupun ada yang umum dari segi filsafatnya, tapi kalau sudah menyangkut amal ibadahnya akan berbeda. Walaupun pada akhirnya, Tuhan itu satu. Maka semua yang aku lihat aku rasakan itu tidak lain adalah pikiran, perasaanku dan kuasa Tuhan. Maka dunia ini adalah yang aku pikirkan. Karena aku tidak mampu memikirkan yang tidak aku pikirkan. Maka untuk mengetahui dunia ini, tengoklah atau ketahuilah pikiran masing-masing. Karena yang engkau lihat itu bayangan dari pikiranmu. Contoh saya namanya Marsigit, karena di dalam pikiranmu sudah ada bahwa orang yang seperti ini namanya adalah Marsigit. Spontan. Tapi kalau saya tunjuk orang yang baru lewat, nama saya bisa berbeda, karena belum ada di dalam pikirannya.  Jadi engkau bisa mengatakan baik, buruk, gede, cilik, ijo, hitam itu karena di dalam pikiranmu sudah ada kategori-kategori. Sudah ada kuantitatif kualitatif, sudah ada besar kecil, sedikit banyak, bilangan, semua sudah ada. Bagaimana mulai ada itulah intuisi. Maka intuisi 99% diri kita adalah intuisi. Ciri-ciri intuisi mengerti tapi tidak mengerti, tidak ingat kapan dan dari mana. Kamu mengerti sedih, tapi kamu tidak mengerti sedih itu dulu darimana, kapan diberi tahu. Kamu njegleg dari tidak mengerti jadi mengerti. Itu karena pergaulan. Itu namanya intuisi. Sedih, cinta, besar, kecil panas luas lebar itu tidak pakai definisi. Aku sudah kenyang, oh kayak gitu kenyang namanya. Belum tentu. Lihat definisinya. Menurut Sokrates, kenyang adalah ...  Jadi, menurut bacaan itu kamu belum tentu tahu. Yang ngerti kenyang bahwa tidak mengerti dari mana definisinya dan kapan diberi tahu. Itu namanya intuisi. Sebenar-benar hidup itu intuisi, intuisi yang paling grand adalah intuisi ruang dan waktu. Sebenar-benar aku menemukan yang ada dan yang mungkin ada ternyata adalah intuisi. Maka hidup ini adalah intuisi. Maka ketika engkau tidur, hilanglah intuisi. Paling banter mimpi. Mimpi itu bisa berdampak. Mimpi dikejar-kejar harimau, begitu bangun, badan capek semua. Mimpi ketemu bidadari, habis tidur, sehat. Tergantung mimpinya. Mimpi apa dulu. Mimpi juga dipengaruhi fisik. Mimpi bisa disetel, diprogram. Ada alatnya. Itu maksudnya. Membangun diri yang benar. Mimpi itu juga dipilih2 ngomongnya.
2.      Bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang terasa asing bagi kita?
Jawab :
Jadi semua yang ada dan yang mungkin ada itu yang berstruktur dan berhierarki. Termasuk apa yang kau sebut di situ. Yang namanya membangun itu juga berstruktur berhierarki, lingkungan juga berstruktur berhierarki, menyesuaikan diri juga berstruktur berhierarki. Persepsi kita juga tergantung ruang dan waktu. Anda mau menilai seseorang. Baik buruk. Etik tidak etik. Semua berstruktur berhierarki. Cantik juga begitu. Cantiknya SD, SMP, SMA, perguruan tinggi sampai cantiknya mau mati juga ... sakaratul maut juga cantik sekali. Husnul khotimah. Tergantung ruang dan waktu. Filsafat itu begitu.
3.      Bagaimana perbedaan sisi filsafat dari sisi agama?
Jawab :
Perbedaan sisi filsafat dari agama bukan dari bentuk formalnya. Kalau formalitas itu diatur dalam pergaulan, perundang-undangan, kitab, atau pancasila. Pancasila pun sudah mulai normatif sekarang. Tapi dari sisi filsafat lebih dari itu metafisiknya. Metafisik itu tidak sekedar sama. Tapi bahasanya bahasa analog. Artinya fenomena-fenomena itu dari segi metafisik yang sampai ke spiritualnya itu. Bagaimana fenomena berdoa. Dan sebagainya. Maka agama apapun menurut saya primadonanya adalah berdoa. Backbone-nya berdoa. Dari situ, maksud saya kita mencari metafisik-metafisiknya sesuai dengan pengalaman kita masing-masing.
4.      Apakah aku sama dengan aku?
Jawab :
Apakah aku sama dengan aku? Kalau aku sama dengan aku berarti identitas. Kalau aku tidak sama dengan aku berarti kontradiksi. Kapan identitas?Hanya di dalam pikiran. Di dalam hati kuasa Tuhan. Tapi kalau itu urusan dunia, tiadalah subyek sama dengan predikat. Maka 2=2 itu hanya berlaku di pikiran, yang berarti kuasa Tuhan. Tapi ketika sudah turun di dunia, di dalam tulisan. Maka dua kiri lain dengan dua kanan. Dua kiri gelap, dua kanan terang. Dua kiri dingin, dua kanan panas, dan seterusnya. Dua kiri cantik, dua yang kanan tidak begitu cantik. Dua kiri tipis dua kanan tebal. Pak Marsigit mana? Di sini. Engkau belum selesai menunjuk saya aku sudah berubah dari tadi sampai sekarang. Di dunia tidak ada yang sama atau bersifat kontradiksi. Kontradiksinya filsafat lain dengan kontradiksinya matematika. Kontradiksinya filsafat adalah bahwa subyek tidak sama dengan predikat. Tapi kalau kontradiksinya matematika,tidak konsisten. Jadi berbeda, walaupun sama-sama kontradiksi. Jadi itu prinsip dunia. Dunia hanya ada dua prinsip, dua hukum, dari tataran itu, pada tataran itu, yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi.
5.      Bagaimana pendapat filsafat tentang hancurnya dunia oleh teroris?
Jawab :
Jadi beda antara fundamentalis dan fondationalism. Fundamentalis itu dari sisi politiknya. Tapi kalau fondation analism dari sisi filsafatnya. Maka segala macam fondamen diperoleh dari bermacam-macam sebab. Bisa dengan kesepakatan, janji, definisi, bisa juga dengan pengandaian. Kenapa mengandai-andai? Jawabannya tadi, karena fondamen. Kenapa berjanji? Karena fondamentalism itu. Yang tidak ada janji, yang tidak ada fondamen macam-macam. Seperti perasaan sayang, aku disayang sama ibu. Itu tidak mengandai-andai. Itu sudah ada. Dan aku tidak mengerti kapan dan di mana mulai mengerti. Itu intuisi. Itu tidak pakai fondamen. Namanya anti fondassionalis. Tapi semua matematika murni itu fondation analism. Bukan fundamentalis. Hidup itu separuh fondasionalism, separuh anti fondasionalism. Keluarga fondamen daripada keluarga. Ijab qobulnya itu. Fondamen dari pertemuan ini adalah jadwal kuliah. Kata-kata atau janji Anda adalah fondamen dari persahabatan. Orang beragama Islam fondamennya adalah membaca syahadat. Bangun gedung fondamennya adalah peletakan batu pertama. Hidup ini ada fondamen dan juga ada yang bukan fondamen, yaitu intuisionism. Maka kalau teroris itu karena sudah anarkhi satu kelompok dengan kelompok lain, karena ketidakadilan, karena ketidakimbangan antara hidup satu dengan hidup yang lain. Anarkhi berstruktur dan berhierarki. Maka turun ke bawah sampai diriku sendiri yang anarkhi. Artinya kalau jantung sudah tidak kompromi sama paru-paru, jadi bagaimana? Kamu itu harus menghirup udara jangan ditiup-tiupkan. Paru-paru tidak mau kalau hanya menghembuskan saja. Anarkhi dalam diri kita disebut komplikasi. Kalau anarkhi dalam agama sudah menjadi menghujat, membandingkan kitab suci, mendustakan agama, dan sebagainya. Maka anarkhi di dalam pikiran itu namanya kontradiksi dalam pikiran. Itu bagus. Anarkhi di dalam pikiran itu namanya sintesis. Tapi jangan sampai anarkhi di dalam hati. Juga jangan sampai anarkhi di dalam kehidupan sehari-hari. Jadi selalu saja semangatnya berfilsafat itu intensi dalam sedalam-dalamnya ekstensi luas seluas-luasnya.
6.      Apa arti ketidakpastian dari segi filsafat?
Jawab :
Ketidakpastian itu ragu-ragu. Semua ada filsafatnya, semua ada tokohnya. Ragu-ragu itu skeptis. Skeptisism. Zaman Yunani sudah ada. Kemudian diteruskan skeptisism zaman Rene Descartes. Descartes suka mimpi, tapi karena beda konteks antara kita dengan di negara barat, kalau di dunia kita ini, konteks kita lebih bervariasi. Lebih heterogen. Melihat kalian saja sudah heterogen, pakaiannya berwarna-warni. Jadi mudah dibedakan bahwa saya mimpi atau kenyataan itu. Tapi bayangkan kalau di gurun pasir sana. Jadi setiap hari melihat gurun saja. Atau di barat, di negeri salju, setiap hari hanya putih saja pemandangannya. Tidur, bangun, tidur, bangun, tetap seperti itu. Dia sampai tidak dapat membedakan apakah dia tidur atau bangun. Apakah dia mimpi atau kenyataan. Rene Descartes sampai meragukan adanya Tuhan. Tuhanpun tidak dipercaya. Untuk bisa menjawab apakah dia mimpi atau tidak. Tidak ada ilmu yang bisa menjawab. Maka Rene Descartes mencari kepastian. Dia menemukan kepastiannya bahwa ternyata yang tidak bisa dia bohongi dan betul-betul itu adalah bahwa kenyataan bahwa dia itu sedang bertanya. Entah mimpi entah tidak, kenyataan bahwa aku sedang bertanya. Itu kepastian akhir. Maka saya itu ada karena saya sedang bertanya. skeptisism. Meragukan. Itu berkembang, berkembang, mengalir termasuk juga scientisism dipengaruhi oleh skeptisism. Sekarang tinggal kita karena sudah profesional, parsial, hidup ini sudah berkembang, ya mana dilakukan mana tidak.kalau kita meragukan semua yang kita lihat, kita kembali ke zaman Rene Descartes.
7.      Apa pengertian mandiri dari segi filsafat?
Jawab :

Mandiri itu bisa diketahui mandiri karena ada yang lain. Tapi mandiri sebagai genusnya adalah yang terkecil adalah yang ada dan yang mungkin ada. Mandiri dalam arti jumlah atau kuantitas ataupun kualitas, lihat pada kategori berfikirnya. Mandiri adalah kategori berpikir, dalam filsafat. Dalam psikologi, mandiri adalah gejala jiwa. Turunkan lagi ke sosial, adalah fenomena sosial. Maka mandiri ketika tidak bisa diwakilkan. Bahwa hubungan manusia dengan Tuhan itu bersifat mandiri. Sendiri-sendiri. Mandiri dari sisi yang tadi juga berstruktur berhierarki. Siapa yang sedang memikirkan mandiri berstruktur berhirarki. Mandiri dalam arti anak-anak, orang dewasa, mandirinya orang tua, sampai mandirinya ketika semuanya dikurangi semua. Artinya setelah melampaui fase meninggal dunia menuju akhirat. Di sana mandiri. Katanya bisa bertemu dengan istri dan anaknya besuk di sana. Jadi tergantung kita mau memaknai seperti apa kata mandiri itu. Tapi kalau dari segi filsafat, mulai dari genusnya. Mandiri yang ada dan yang mungkin ada. Berstruktur semacam itu. Kemudian mandiri tidak bisa punya makna kalau tidak dimaknai oleh orang lain, maka mandiri ini sebagai suatu struktur yang bisa punya pengertian sebagai otonom. Seperti fenomena anak yang baru lahir dari kandungan ibunya, maka dia mandiri. Bernapasnya tidak lagi ditentukan oleh napas ibunya. Napas ibunya yang melalui darah, darahnya mengandung oksigen si jabang bayi bisa bernapas. Tapi ketika dia lahir, si jabang bayi bernapas sendiri. Mandiri dalam arti otonom. Sebenar-benar otonom genusnya adalah otensi fatal dan fital. Fatal kodratnya, vital impiannya. Maka masing-masing punya taraf, struktur, tingkatan kualitas dari daya otonomnya masing-masing.

8.      Menurut bapak apakah filsafat perlu dimasukkan di dalam kurikulum sekolah?
Jawab :

Tanggung. Masukkan ke SD sekalian. Tanggung juga masukkan kepada TK. Jadi kita terkena hukumnya ruang dan waktu. Sebenar-benar bijak adalah kalau dia cocok dengan ruang dan waktunya. Tidak ada yang salah, hanya tidak cocok ruang dan waktunya. Kenapa?Filsafat itu refleksi, refleksi itu di atas formula-formula. Matematika itu formula. Filsafat lebih tinggi lagi. Refleksi daripada formula. Kenyataan itu bayangan-bayangan. Sekolah itu kenyataan-kenyataan yang kau lihat. Sekolah itu bayangan daripada pikiran. Maka arti dari school itu aliran. Maka ada school of philosophy. Alirian filsafat. Kata dasar school itu adalah aliran. Jangankan sekolah. Semua yang masyarakat semua adalah bayangan dari yang sudah ada di sana. Indonesia itu ada undang-undang dasar dan filsafat pancasila. Cantelkan di sana. Kehidupan masyarakat yang kita sekarang mengalami hidup ini adalah bayangannya dari sana. Kau pakai batik adalah bayangan dari apa yang dianggap baik menurut tradisi. Pakai jilbab adalah bayangan yang dianggap baik menurut agama. Kalau kemudian bayangan itu sendiri mau memroduksi bayangan gimana? Ya silakan saja. Misalnya ini ada lampu, ini ada kacamata. Aku bisa berbicara kacamata karena ada sesuatu yang menjadi bayangan. Bagaimana saya bisa memakai kacamata dari bayangan itu? Jadi masalah. Artinya kita memaksakan sesuatu yang tidak pas di ruang dan waktunya. Jadi kalau begitu cari saja bayangan dari ide, bayangan daripada filsafat. Untuk kemudian diterapkan.

9.      Bagaimana membangun rasa semangat melewati kehidupan?
Jawab :

Jadi manusia itu suatu struktur kehidupan yang berstruktur berhierarki yang berjalan menurut ruang dan waktu menggunakan fenomena linear dan siklik. Bahasa jawanya cokro manggilingan. Orang barat mengatakan hermeunitika. Kalau orang jawa, orang Islam, orang Indonesia mengatakan silaturrahmi. Masa hidup manusia itu bersilaturrahmi. Maka semangat dan tidak semangat asal usulnya juga silaturrahmi. Kalau ditelusur dari awalnya adalah fatal dan atau vital. Jadi Anda mempunyai rasa semangat, juga karena ada unsur fatalnya. Jadi orang yang berapi-api itu ditengarai punya ayah yang berapi-api, punya kakek yang jiwanya juga berapi-api. Itu namanya fatal. Kodratnya diturunkan genetikanya dari sana. Secara biologis, sel yang terkecil mengandung kromosom x dan y. Ketemunya bapak dan ibu. Kemudian dipengaruhi juga oleh keadaan saya. Ikhtiar saya selama ini yang berinteraksi dengan fatalnya. Akhirnya sampai kepada suatu keadaan. Maka semangatpun berstruktur dan berhierarki. Mulai dari semangat unsur-unsurnya. Semangat matanya, semangat telinganya, semangat makan, semangat pikiran, semangat yang ada dan yang mungkin ada. Semangatnya anak kecil semangatnya orang tua. Semangat dalam arti berstruktur tadi adalah diriku yang semangat mempengaruhi keluarga yang semangat, masyarakat sekitar yang semangat, menular kepada dirimu yang semangat. Indonesia semangat, dunia yang semangat. Ketemu etik dan estetika. Etik baik buruk. Estetika keindahan. Semangat untuk yang baik dan yang tidak. Untuk apa semangat untuk yang tidak baik? Semangat itu yang baik-baik. Itu dari sisi kitab. Diturunkan, lalu dari sisi psikologi. Semangatnya orang psikologi. Gejala jiwa. Tanda-tanda orang yang sedang bersemangat. Jantung berdebar-debar. Tensi naik. Frekuensi kedipan mata bertambah. Cara duduk nya cara bicaranya berbeda. Tambah nafsu makan. Dari sisi berdoa, bagus sekali kalau berdoa. Nanti ada keseimbangan dalam berdoa. Bagaimana semangat dalam keadaan sabar. Maka itulah kontradiksi. Berdoa harus semangat tapi harus sabar. Contoh lain, orang sakit perlu diberi semangat untuk hidup. Kalau bisa menyemangati diri sendiri. Seorang pemimpin wajib menyemangati rakyatnya. Bukan sebaliknya.

10.  Bagaimana menggapai jati diri yang sebenarnya?
Jawab :
Tiadalah sebenar-benar orang bisa menggapai diri kecuali hanya bersabar. Karena sebenar-benar menggapai diri itu absolutely. Semua yang absolut hanya kuasa Tuhan. Tiada sebenar-benar orang mengerti kecuali hanya berusaha. Tiada sebenar-benar orang bahagia kecuali hanya berusaha. Demikian seterusnya. Semuanya yang serba absolut itu milik Tuhan saja.
11.  Bagaimana cara kita menjunjung langit?
Jawab :

Ya karena ini memang begini. Semua ajaran masyarakat sudah menjadi budaya bahwa berlaku sombong itu adanya memang hanya merugikan. Kecuali untuk level tertentu. Kesombongan harus dilawan dengan kesombongan. Misalnya. Kesombongan-kesombongan syaithan harus dilawan dengan kesombongan juga. Tapi kan perlu pengetahuan secara spesifik. Jadi ini hanya ingin menunjukkan bahwa kalau kita mau belajar, membangun hidup dan sebagainya, berkeluarga dan sebagainya, janganlah berlaku sombong di muka bumi. Sombong itu juga berstruktur berhierarki. Sombongnya anak kecil sampai sombongnya pemimpin dunia. Pemimpin dunia yang punya banyak nuklir, berlaku sombong. Akibatnya luar biasa. Akibatnya bisa memporak-porandakan dunia.
12.  Apa itu obyek material dan formal?
Jawab :

Obyek formal itu metodenya. Atau isinya. Obyek material itu obyeknya atau wadahnya. Apapun tidak hanya pendidikan matematika dan sains. Semuanya. Maka rambutku ini adalah obyek material. Obyek formalnya adalah warna hitam. Silakan maka orang menyebut bahwa filsafat itu obyek formalnya adalah metodenya. Maka pendidikan matematika obyek materialnya adalah materinya. Sedangkan obyek formalnya adalah metodenya. Tiadalah materi kalau tidak ada metode. Tiadalah metode kalau tidak ada materi. Sama tiadalah ruang kalau tiada waktu, tiada waktu kalau tiada ruang.
13.  Bagaimana strukturalisme di dalam matematika?
Jawab :
Sepanjang dia itu isme, dia punya tokohnya. Dia mengalir. Dia mempunyai strukturnya, dia mempunyai obyek, dia mempunyai metodenya, dan seterusnya, dan juga punya alat. Maka filsafat itu dikatakan obyeknya materiil adalah materinya. Obyeknya formal adalah metodenya. Alatnya menggunakan bahasa. Metode mempelajarinya menurut saya adalah menggunakan hermeunitika. Hermeunitika menggunakan dua cara yaitu intensif dan ekstensif. Dan itu berlaku semua sama. Apakah itu matematika, sains, fisika, dan seterusnya. Kemudian struktur di dalam pandangan filsafat. Filsafat itu ikon. Materialism. Maka yang menjadi ikon itu material. Semua diturunkan dari situ. Jadi dia menjadi center. Maka hati-hati. Humanism. Humanism di dalam filsafat dan humanism di dalam psikologi itu beda. Humanismenya psikologi itu kemanusiaan. Tapi kalau humanismenya filsafat itu adalah pusat, center, icon. Bisa berarati berbeda pusat dan spiritual. Artinya humanisme sah-sah saja. Tidak setuju dengan sipritual artinya tidak mengakui adanya Tuhan. Hati-hati jangan mentang-mentang humanisme. Artinya, ism itu center. Dunia dipandang sebagai suatu struktural. Karena setiap saat saya berbicara struktur, maka mungkin juga saya termasuk dalam aliran strukturalism. Ada juga relasionalism. Seperti matematika juga. Ada matematika berbasis himpunan, bilangan, geometri, dan seterusnya. Kemudian bahasa juga begitu. Ada filsafat bahasa. Sebetulnya filsafat bahasa sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Kemudian muncul lagi pentingnya bahasa. Maka lahirlah filsafat bahasa. Ada bahasa yang disebut dengan commonsense. Bahasa orang awam. Ada bahasa yang terikat dengan masyarakatnya. Bahasa dengan budayanya. Artinya budaya yang berstruktur dan berhierarki, bahasanya juga berstruktur berhierarki. Masyarakat yang datar juga bahasanya yang datar. Kalau di daerah Jogja ini juga berstruktur berhierarki. Maka bahasanya juga berstruktur berhierarki. Bahasa anak muda kepada orang tua, bahasa orang tua dan anak muda kepada anak kecil itu berbeda di jogja. Itu namanya tata krama sesuai ruang dan waktu. Tapi bahasanya di daerah-daerah yang datar, misal di tepi pantai atau daerah yang jauh, bahasanya bahasa yang pragmatis. Praktis dan realis, yang dia lihat yang dia nyanyikan. Di pinggir kali ada 4 pohon waru yang doyong na ini waru doyong. Habis itu jalan kaki kepethuk nini randa. Ya itu nini randa. Jadi namanya filsafat, bahasa itu filsafat analitik. Maka sekarang ini sampai entah kapan berakhirnya, akhir zaman mungkin, nanti namanya adalah filsafat bahasa. Karena filsafat bahasa, maka dunia ini bahasa. Hidup ini bahasa. Kata-katamu itu bahasa. Hidupmu, siapa dirimu, adalah kata-katamu itu. Maka filsafat adalah penjelasannya. Maka sebenar-benar belajar adalah membaca.
14.  Bagaimana agar dapat mengembangkan pola pikir agar dapat dilakukan perjalanan pikiran?
Jawab :

Sejak awal sampai akhir itu yang namanya filsafat adalah pola pikir. Jadi pola pikir itu mulai dari memikirkan mitos-mitos. Jangan salah paham,. Mitos itu banyak gunanya, walaupun itu ditentang menjadi logos. Jadi perjuangan sebenar-benar perjuangan dalam kitab adalah keluar dari mitos menuju logos. Hanya anak kecil semua kalau belajar itu memakai mitos, artinya dia mengerjakan tapi dia belum tahu. Anak kecil itu belajarnya pakai mitos. Saat mulai 3 tahun, golden age, itu dia mulai bertanya- bertanya. Mitos menuju logos. Dia bertanya, kemudian dia diterangkan. Contoh : mitos tentang orang tidak boleh duduk di depan pintu karena pintu itu tempat orang lewat takutnya nanti kamu tersandung. Jadi, bukan berarti mitos itu tidak penting. Mitos itu penting.