Tugas
Kuliah Filsafat Ilmu
Refleksi Kuliah ke 1 –
7
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Disusun
oleh :
Kartika Nur Oktaviani 16709251032
PENDIDIKAN MATEMATIKA B
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
PERTEMUAN
1
Yang
pertama marilah bersyukur kepada Tuhan. Bagi mahasiswa yang non muslim juga. Semakin
banyak variasinya semakin baik. Kalau di filsafat, cermin-cermin seperti itu.
Jadi, saya mengucapkan selamat pada anda yang telah jadi mahasiswa UNY.
Sebetulnya di dalam matkul filsafat ilmu ini ada beberapa hal yang pertama :
level S1, level S2, dan level S3. Kalau Anda ingin menguji sendiri boleh.
Bedanya S1, S2, dan S3 itu apa. Lihat KKNI, Kurikulum Kualifikasi Nasional
Indonesia. Saya membuat strategi untuk setiap orang yang saya ajak komunikasi
karena sebetulnya filsafat itu menurut saya prerequisite-nya
pengalaman. Sedangkan pengalaman sendiri sangat luas, tidak ada spesifik dan
konsep tertentu, yang mendahului, dan sebagainya. Misalnya : kita mau ke pasar
dulu atau ke bank dulu itu sangat kontekstual, tidak ada bank prerequisite ke pasar atau pasar prerequisite ke bank. Seperti itu
kira-kira filsafat. Hanya nanti kedalaman dan intensitasnya saja. Jadi, prerequisit
tadi berupa pengalaman. Oleh karena itu, di dalam perkuliahan ini ada beberapa asumsi.
Asumsi yang anda dan juga saya perlu ketahui bersama. Ada 3-4 orang yang pernah
kuliah sama saya sudah tahu. Besok seperti juga sama referensinya hanya lebih
intensif. Targetnya agak berbeda, jumlahnya juga agak berbeda. Intensif. Ciri-ciri
perkuliahan ini seperti anda lihat, saya dalam ruang dan waktu yang terbatas,
saya berusaha mengambil peran tetapi tidak berarti mengurangi/menghilangkan
peran mahsiswa. Malah melebih-lebihkan
peran mahasiswa. Maka jika kuliah itu waktunya hanya sekarang ini kemudian saya pakai habis untuk saya itu yang
tidak baik. Padahal sebagian dari kita persepsinya seperti itu. Oleh karena itu
pemanfaatan waktu mungkin kalau kuliahnya adalah sekarang dan hanya sampai
rentang ini 1 setengah jam atau 90 atau 100 menit dan tidak ada yg lain kalau
dilihat dari sisi waktu, kalau saya guru yang otoriter berarti 100 % saya pakai
wktunya. Anda 100% pasif. Kalau saya ingin demokratis 50% anda 50% saya. Separuh
dari waktu kemudian dibagi 22. Anda hanya memperoleh berapa persen? Andaikan
saya kurangi peran saya, jadi 10%, Anda naik 90%. Andaikan saya nolkan peran
saya, Anda 100%. Persentase 100% pun masih dibagi 22. Dibagi 20 saja
masing-masing 50% waktu. Berarti 50% x 100 waktu masing-masing mahasiswa 5
menit. Belum lagi jika ada yang tidak fokus dan sebagainya, bisa berkurang lagi
waktu yang 5 menit itu. Itu saya 0 persen. Itu kalau saya reduksi. Saya
sederhanakan hidup ini dari pemanfaatan waktu saja. Tapi hidup tidak seperti
itu. Tidak hanya uang saja atau tidak hanya waktu saja. Tidak hanya kendaraan
saja atau tidak hanya kekayaan saja. Sehingga saya mengambil strategi begini.
Okelah mungkin saya disini bercerita cas cis cus banyak sampai-sampai Anda
tidak kebagian waktu saya 100% di sini. Kalau begitu carilah waktu yang lain di
mana di tengah 24 jam setelah dikurang 100% x jam kuliah hari ini. Maka anda
masih punya waktu selain kuliah ini masing-masing independen merdeka satu
dengan yang lain. Artinya, andaikan engkau berteriak di kamarmu sendiri sekeras
apapun tidak akan mengganggu engkau yang akan tidur di kamarmu. Itu namanya
independen. Tapi disini tidak independen. Kalau aku berbicara, kamu tidak bisa
berbicara. Kalau kamu berbicara, aku tidak bisa berbicara. Kita tidak merdeka. Path on each other. Tergantung pada yang
lain. Maka supaya kita merdeka silakan pergi jauh tidak tergantung satu sama yg
lain. Apa bisa ?Bisa. Nanti ada saatnya. Saatnya berkumpul. Jadi saya masuk ke
pintu tadi bergaya sok-sokan memang sengaja saya cari perhatian tapi karena kebiasaan
jadi kebiasaan. Supaya Anda memperhatikan saya. Tradisional sekali. Guru yang
baik adalah yang perhatian ke siswa, jangan yang guru yang minta diperhatikan
siswa. Itu tadi pembagian waktu tadi sehingga dikarenakan kurikulumnya,
silabusnya, dan sebagainya maka seperti itulah kira-kira. Jadi peran Anda bisa
dioptimalkan pada suasana dan tempat di mana Anda bisa merdeka berpikir,
berbicara, dan sebagainya. Selain di tempat ini. Itulah maka syarat-syarat
seperti itu artinya ada asumsi. Asumsi yang pertama ialah ini Anda itu S2 . S2
itu setelah S1 terus S3. Setelah S3 adalah S4. Sedoyo Sampun Sami Sepuh, kalau kata
orang Jawa. Sudah tua. Saya ingin menyatakan bahwa ada di daerah tertentu itu
orang lahir sampai tua tidak pernah dewasa. Itu ada. Tapi ada juga di daerah
tertentu orang yang masih SD tingkat kedewasaannya sudah seperti SMP dan SMA.
Apa ada di antara anda yang diantar orang tua saat kuliah? Jika tidak, itu
berarti anda sudah independen, merdeka, dan mandiri karena tidak perlu diantar
orang tua. Tapi kemarin Pak Menteri yang istirahat itu membuat peraturan untuk mengantar
anak SD, SMP, sampai SMA. Lalu kapan kita jadi dewasa? Dari kesadaran satu indikator
kalau saya ambil satu indikator, kesederhanaan orang dewasa contoh saat saya
kuliah di Inggris 1,5 tahun. Saya datang ke sebuah SD. Pintu gerbang ada
anak-anak sedang olahraga. Kelas 2 SD kalau orang sini itu ada orang asing
datang, mereka lari. Kalau di sana saya dijemput ditemui sama dua orang anak. Ditanyai
dengan sopan dan dipersilahkan duduk di ruang tamu. Kemudian diminta menunggu
dulu, sembari mereka menemui kepala sekolah. Lalu mereka olahraga kembali. Saya
melihat indikator ini. Anak kecil kelas 2 SD sudah dewasa. Sadar lingkungan dan
bisa mencari solusi persoalan lingkungan. Sedangkan yang di sini kelihatan
sudah berkumis sudah ini bisa juga masih anak-anak dan belum dewasa. Dosennya
datang komputer belum menyala. Sebetulnya, daripada mengobrol begitu lebih
efektif waktu kalau saya menyalakan komputer. Siapa tahu lebih efektif 5 menit
nanti kalau dosennya datang. Kamu menyaksikan sendiri, komputernya mati. Anda
kalah dewasa dengan murid SD di UK (United Kingdom). What something wrong? Permasalahannya adalah Anda tidak peduli di
lingkungan. Itu salah satu bentuknya ketidakdewasaan. Tidak usah jauh-jauh,
lihatlah pada diri sendiri. Rupanya mungkin jiwa penjajah Belanda terdahulu
sampai sekarang masih gentayangan spiritnya, jiwa inlander, atau apa istilahnya. Maka selamanya kita tidak akan maju
kalau kita masih mempunyai sifat seperti itu. Tidak punya pengambil peran. Sebenarnya
asumsi yang pertama dari perkuliahan ini adalah Anda dewasa. Tapi terbukti
bahwa untuk menjadi dewasa itu ternyata tidak mudah. Itu salah satu contoh.
Contoh yang lain mari kita tengok ke bawah. Kita temukan bungkus permen tidak.
Coba dicari. Wah ada tisu di bawah. Ini berarti kita belum dewasa dari sisi me-manage tisu. Asumsi di dalam perkuliahan
ini adalah kita itu dewasa. Kalau di Jepang itu, saya duduk di ruangan ini maka
saya bertanggung jawab terhadap kebersihan di ruangan ini. Kau tadi menghapus
papan tulis tergopoh-gopoh karena ada yang menyuruh. Itu belum dewasa. Perintah
dilaksanakan karena takut. Itu tidak dewasa. Kalau di Jepang, saya masuk ke
hotel itu resepsionis hotel itu ketika tidak ada tamu dia jalan-jalan
membersihkan ruangan sehingga tidak ada tempat berdebu di sana. Coba tengok
belakang kamu. Itu pasti banyak debunya. Siapa yang bertanggung jawab?Jadi dari
sisi manajemen waktu kebersihan, kita belum dewasa. Banyak sekali. Padahal itu
asumsi perkuliahan ini. Itu asumsi pertama. Kedewasaan dalam arti sebenar-benarnya
dewasa. Oleh karena itu, di dalam perkuliahan ini saya juga tidak akan
memberikan ilmu ke anda. Cari sendiri. Saya tidak akan memberikan filsafat.
Cari sendiri, karena jika iya, bertentangan dengan hakikat ilmu dan filsafat
itu sendiri. Karena kalau saya beri, berarti saya punya ekspektasi yang namanya
bergaul itu ekspektasi. Begitu saya datang ke situ, sosok seperti saya ini
datang ke situ, Anda langsung berekspektasi. Orang itu aneh, dan sebagainya. Dengan
ekspektasi itulah Anda kemudian mampu merespon, berkomunikasi, melihat,
mendengar, dan sebagainya. Kalau saya memberikan itu semua setiap konsep demi
konsep itu berarti pikiranmu itu dikendalikan oleh ekspektasi saya. Anda tidak
punya ekspektasi samasekali. Secara psikologi itu bertentangan tidak sesuai
dengan kodrat manusia hidup bahwa manusia hidup itu ada usaha dari dalam diri
sendiri untuk menjadi dirinya masing-masing. Saya bicara terus untuk satu jam
pelajaran tidak masalah, tetapi kalau saya bicara terus, terus, sampai 24 jam maka
itu sama saja saya sedang berusaha menjadikan dirimu sebagai diriku. Tidak
cocok dengan kodratnya. Karena kodratnya dirimu itu beda dengan diriku. Kodrat
itu tidak ada manusia yang sama kenapa aku berusaha keras supaya engkau sama
dengan diriku, walaupun itu pikiran, konsep, pendengaran, penglihatan dsb. Jadi
di dalam filsafat itu beda sama dengan sama. Seperuh beda separuh sama
dijumlahkan menjadi hidup yang utuh. Harus ada beda harus ada sama jadi harus
diberi kesempatan yang beda ini. Jadi seharian penuh, satu minggu penuh, satu penuh
seumur hidup aku mencari persamaan diantara aku dan dirimu tidak akan selesai. Sama-sama
makan, makan nasi, minum, bernapas, bernapas menghirup udara, udara oksigen
terus sama seumur hidup tidak akan selesai mencari sama. Jangan dikira.
Sama-sama pernah naik pesawat, sama-sama pernah naik motor Yamaha roda dua
terus ban karet terus menggelinding terus cari yang sama seumur hidup tdk
selesai. Demikian juga yang berbeda. Jadi hidup itu adalah sama dan beda. Oleh
karena itu maka saya tidak ingin memaksakan anda dengan pikiran saya. Silakan
cari bedanya. Itu yang kedua. Yang pertama dewasa. Yang kedua peran saya di
hadapan anda tidak ingin memberikan ilmu tetapi bagaimana tanggung jawab saya sebagai
orang tua, guru, dan dosen. Tanggung jawab orang yang lebih tua. Bedanya tua
dan muda. Bedanya yang dewasa dan yang belum. Beda anak dengan orang dewasa.
Bedanya orang tua dan anak-anak, dengan anak-anak yang sudah dewasa. Ada
bedanya?Bedanya karena perbedaan skema. Skema atau struktur atau bangunan.
Kenapa mereka begitu? Mereka sudah ada sistem, struktur dan bangunannya.
Contohnya di Jepang. Di sini kenapa kita tidak ada struktur bangunannya? Karena
kita itu rapuh, tercerai berai. Kenapa rapuh tercerai berai? Karena masyarakat
heterogen tetapi belum digarap bidang itu atau itu sisa-sisa peninggalan nenek
moyang yang black, yang negatif.
Nenek moyang itu diwarnai rasa takut. Budaya kita bangsa Indonesia itu diwarnai
rasa takut, diwarnai rasa dikuasai sehingga hidup ini serba ketakutan. Maka
ketika diambil yang ketakutan itu kita do
nothing, kehilangan orientasi. Oleh karena itu, maka beda saya dengan Anda
itu adalah strukturnya. Ada ciri-ciri atau indikasi dilihat secara spesifik, bahwasanya
di situ ada struktur dan skema. Biasanya secara fisik kelihatan tapi tidak
selalu. Tetapi andaikatapun secara fisik kelihatan, tetapi struktur yang seperti
apa. Misal orang seperti saya ini tidak akan Anda mengatakan kalau saya itu sweet seventeen. Kemudian langsung kelihatan
dari ciri fisiknya. Ber-chemistry
omongan saya dengan keadaannya. Tapi bukan itu maksudnya skema, bukan. Skemanya
saya di sini sebagai dosen, Anda bisa dilihat dari jadwalnya. Nama dosennya
Prof. Dr. Marsigit, M.A. Eh anak tetangga saya lahir sudah diberi nama Prof.
Dr. Marsigit, M.A. Percaya?Tidak percaya. Lahir baru 35 hari sudah diberi nama Prof.
Dr. Marsigit, M.A. Kenapa tidak percaya?Karena ada skema, ada struktur di situ.
Berarti bagi orang yang bergelut di dunianya, kecuali orang di suku pedalaman
sana, suku anak dalam, namanya siapa? Prof. Dr. Marsigit, M.A. Wah panjang
sekali. Nanti sebelah ikut-ikutan. Prof. Dr. Marsigit, M.A. Jadi satu suku itu
namanya pakai prof semua. Tidak mengerti dari mana. Kelihatannya indah di
telinga. Pernah dengar di terlevisi. Jadi satu kampung di sana namanya profesor
semua. Eh ternyata dari suku kampung itu ada yang kuliah. Wah ternyata ‘MA’ itu
tidak sembarangan. Harus kuliah 1,5 tahun di luar negeri minimal baru dapat MA.
Doktor juga. Doktor itu segar, manis atau kecut? Kalau makanan itu manis atau
tidak? Apalagi profesor. Profesor itu sering memberi nasehat kepada orang. Di
kampung saya ada itu. Orang tua sering memberi nasehat, yaitu dukun. Profesor
dia. Dukun itu kalau di kampung namanya profesor juga. Dia tidak mengerti
strukturnya. Maka dengan struktur itulah yang membedakan secara formal. Kalau
substansi isinya adalah mari kita ngobrol 30 jam sehari kalau bisa. Untuk
bicara substansi. Tetapi bentuk formalnya tidak sembarangan ditaruh di situ.
Ini dipanjang-panjangkan kenapa, pakai titik di sini kenapa, ini kurang pekerjaan
namanya seragam macam Prof titik. Saya tiba-tiba bikin Prof koma. UNY membuat
nama aneh-aneh. Kenapa seragam begitu. Ada profezur, profezir. Itu formalnya.
Yang sama. Ternyata penting juga yang sama itu. Karena ada formal semacam
itulah maka Anda sudah bisa menebak bahwa dari namanya saja itu berarti itu ada
strukturnya. Struktur itu bangunan, jadi pascasarjana itu membuat gedung
bertingkat di sana, itu struktur. Di sini juga struktur bangunan. Struktur
alami berupa gunung. Maka struktur keilmuan juga seperti gunung strukturnya.
Oleh karena itu maka saya menghadapi anda dengan skema dan struktur. Struktur
itu sudah anda tinggal digali oleh anda sendiri masing-masing.
Oleh
karena itu saya menyediakan skema buat anda untuk membangun hidup dirimu.
Dimanapun engkau panggil aku akan hadir di situ. Dimanapun kapanpun selagi
belum ada perang nuklir. Kalau ada perang nuklir ya rusak ya sudah. Rusak
semua. Di pesawat di kapal di bandara di stasiun di kebun di pantai silakan
buka website dan blog saya. Engkau panggil aku akan hadir. Namun ada
syarat-syarat membuka. Kalau tidak dipenuhi bisa berbahaya. Masuk daerah tertentu
itu berdoa dulu supaya ikhlas di dalam hati. Dengan perasaan yang senang. Saya
waktu ke Inggris juga berdoa. Lebih dari itu saya terkena takhayul/mitos. Saya
bawa tanah dari pulau Jawa sampai Inggris saya sebar-sebarkan. Aku sudah
doa-doa di sana agar tidak kena pengaruh macam-macam. Bawa tanah dari Jawa
supaya saya di sana itu ini level di bawah spiritual di atas masyarakat ada
kepercayaan-kepercayaan takhayul-takhayul itu. Daripada membuat tanda tanya
terus lebih baik saya bawa saja lah.
Berdoa. Tapi pikiran saya, saya ambil psikologisnya saja. Berkenalan supaya
saya segera ber-chemistry dengan
sana. Tapi dengan cara yang baik. Itu maksud saya. Supaya bisa optimal. Jadi di
daerah apapun masuk kemanapun diniati dengan doa. Doa itu persiapan batin. Sejak
awal itu doa. Motivasi yang paling tinggi. Syarat kedua kalau membaca itu
berusaha dimengerti, syarat pertama berdoa itu agar ikhlas di dalam hati,
syarat kedua agar ikhlas di dalam pikiran. Jadi berusaha dimengerti. Itu bagi
orang yang belum paham itu adalah rubbish,
tumpukan sampah. Tapi ternyata tumpukan sampah itu pun bermanfaat bagi seorang
pemulung. Anda mencari ilmu itu pun seorang pemulung, niatkan diri seorang pemulung
mencari ilmu, supaya ikhlas di dalam hati. Barang siapa mencari ilmu dengan
kesombongan dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Di dalam pikirannya. Apalagi
didalam hatinya. Berdoa kok dengan sombongnya. Doanya tidak akan dikabulkan.
Tuhan tidak suka dengan orang yang sombong. Khusus bagi non muslim nanti karena
filsafat itu tidak bisa dihindari dengan naik ke spiritual, nanti bagi non mus
silakan menyesuaikan diri. Cari yang masih layak masih mampu bisa dibaca tapi
kalau sudah masuk ke akidah kalau tidak kuasa jangan dipaksakan. Kalau kita
paham, yang namanya sampah pun berstruktur. Jadi, saat Anda di situ keikhlasan
Anda diperlukan untuk berjuang, yang kelihatannya sampah menjadi berlian. Itu
kreativitas zaman sekarang itu begitu. Dalam managemen anak muda itu begitu.
Bagaimana tantangan anak muda sekarang yang mau bisnis silakan ubah, bagaimana
sampah menjadi berlian. Jadi pandai-pandailah silakan cari yang suka yang
cocok. Berusaha tapi jangan dipaksakan. Mungkin bacanya perlu satu atau dua
kali. Blog saya itu kelebihannya adalah dia lengkap unsur-unsur nya di samping
itu dia punya link yang banyak.
Nanti
kita perbanyak saja tanya dan jawab. Dengan tanya jawab itulah sebenar-benarnya
ilmu diawali dengan bertanya, barang siapa tidak punya pertanyaann jangan harap
dia punya ilmu. Orang tidur tidak punya ilmu dia. Mati cuma sekali kok ga punya
pertanyaan. Orang mati kok disuruh bertanya. Berarti orang bertanya itu orang
yang masih hidup. Ilmunya manusia itu adalah bagi orang-orang yang hidup. Kalau
orang yang mati bukan ilmu lagi namanya sudah jadi amal. Itu. Amal itu amal
manusia itu, manusia ditaruh di kotak. Apa giginya lepas terus rambutnya rontok
terus lama-lama kakinya tidak terasa. Terus. Akhirnya napasnya hilang. Yang
tersisa tinggal nama. Maka kalau orang udah tua itu, lama-lama kehilangan
pendengaran, kehilangan pandangan, dan sebagainya.
Kalau
Anda masih jelas saat belajar filsafat, terang benderang dan enak mendengar itu
belum berhasil saya. Keberhasiln saya itukalau anda sudah kacau. Ini
begini-begini itu saya sedang membikin anda itu kacau di dalam pikiranmu.
Sebenar-benarnya ilmu adalah kacaunya pikiran. Tapi jangan sekali-kali kacau di
dalam hati. Karena menurut mbah kyai itu kacau di dalam hati itu adalah godaan
syaithan. Nauzubillah. Sebenar-benar ilmu itu adalah kacau di dalam pikiran. Kita
sudah profesional. Bisa bedakan kacau dalam hati dan pikiran. Orang marah itu
kacau dalam hati. Orang sedang mencari rumus kacau di dalam pikiran. Kan sudah
bisa membedakan kacau di mana. Petinju itu kacau sekali. Bak buk bak buk. Juga
ibarat kalau tidak kacau tidak akan ada ada bangunan itu. Bangunan itu kacau
sekali itu semen campur pasir digiling kacau sekali bisa jadi bangunan. Jadi
kalau mau maju berani kacau kamu itu. Kamu ke sini itu kacau sekali. Berantakan
ini kamarnya belum dirapikan maka sudah ditelepon saya udah di bandara.
Karena
filsafat itu kacau di dalam pikiran, jangan sampai kacau di dalam hati, maka
aku berpesan karena kacaunya pikiran tadi maka aku berpesan supaya saat belajar
filsafat tadi juga sekaligus teguhkan dan kokohkan spiritual anda masing-masing.
Yang masjid ke masjid yang ke gereja ke gereja.itu. Kalau sudah pikiran kacau
jangan diterus-teruskan di dalam hati. Berhenti berpikir, tenangkan hati ibadah,
sholat malam, dan sebagainya. Kalau tidak dihawatirkan pikiran anda mengalami
degradasi atau akan menjadi kering jangan sampai terjadi. Mudah-mudahan na jadi
nanti anda akan menemukan akan mejumpai bahwa filsafat itu apa saja. Orang bilang
filsafat menurut ini. Aku tidak seperti itu. Filsafat tidak seperti itu. Silakan.
PERTEMUAN
II.
Ada banyak refleksi
pertanyaan dan jawaban dari dosen sebagai berikut :
1.
Setiap tesis itu memiliki antitesis. Maka
apa antitesis dari tesis Tuhan itu ada?
Jawab
:
Saya
sarankan untuk belajar filsafat jangan terlalu royal berbicara Tuhan.
Berbahaya. Oleh karena itu, sebelum belajar filsafat kita istighfar dulu yang
Islam itu. Berdoa. Istighfar mohon maaf sebelumnya ini saya mengembarakan
pikiran. Pikiranku tertambat di dalam hati hatiku adalah keyakinanku.
Spiritualku agamaku. Imanku ibadahku akidahku sehingga sejauh-jauh pikiran
tetap bisa kembali. Jadi ibarat kebun, itu di sana ada batu, di sana ada tanah
yang subur di sana ada kolam air dan sebagainya. Menanam pohon itu lihat
kebunnya, jangan mentang-mentang dibolehkan menanam, aku menanam pohon
mencoba-coba supaya pohonnya bisa bergoyang-goyang. Mencoba menanam di atas
air, lama-lama busuk. Aku coba menanam di atas batu lama-lama tidak berkembang
dan mati. Filsafat juga begitu hidup juga begitu. Waktu saya kecil dulu. Waktu
saya ideal seperti anda itu, sama saja waktu itu, tabrak saja. Pokoknya kita
mempunyai keinginan apa pagi sore siang malam tidak masalah. Waktu sama saja.
Belajar dari pengalaman terus menerus dan sebagainya, dari beribadah dan
sebagainya, maka ternyata setiap detik itu berbeda, menuju setiap detik itu
mulai dari pagi dan sore siang dan malam. Suara serangga di waktu pagi itu beda
dengan suara serangga di sore hari. Suara binatang di malam hari juga berbeda
dengan suara binatang di siang hari. Hari Senin dan hari Jumat juga beda. Jam
dua malam sepi sekali angin sepoi-sepoi juga. Kalau untuk beribadah enak
sekali. Kalau mau sholat beribadah di sana lah di ruang yang agak terpencil.
Juga lebih khusyu. Tapi sebaiknya kita kembarakan dulu kita ketahui dulu
lain-lain sebelum masuk ke area itu. Namun
saya juga tidak menakut-nakuti. Berfilsafat itu olah pikir sejauh batas-batas
kelaziman etik dan estetika hati kita masing-masing yang bisa mengijinkan aku
sampai ke situ atau tidak. Jadi yang menyangkut masalah eksistensi Tuhan dan
sebagainya kalau sudah sampai kepada sifat-sifat eksistensi Tuhan yang harusnya
memang di dalam hati, maka berlaku hukum bahwa pikiran kita itu tidak bisa
mengerti semua relung hati kita. Atau pikiran kita tidak bisa mengetahui unsur
semua Tuhan itu. Kita turunkan tesis antitesis. Kalau tesisnya saya maka
antitesisnya adalah bukan saya. Bukan saya termasuk tuhan. Tapi kalau
ditingkatkan spiritual, antara saya dan bukan saya. Ternyata bukan saya termasuk
Tuhan berarti saya dengan tuhan Tuhan yang ada di sana. Apakah iya? Itu kan
berarti saya sudah mengambil sikap bahwa Tuhan tidak berada di dalam diriku.
Salah lagi nanti.
2.
Saya belajar filsafat ini baru. Kadang
kala saya sampai tidak punya waktu untuk diri saya sendiri dan beribadah.
Bagaimana pandangan filsafat mengenai hal ini?
Jawab
:
Banyak
sekali poin-poin pikiran Anda itu. Kalau saya berpikir kritis. Diulangi sekali
lagi pun, yang Anda ucapkan tadi masih ada yg tercecer bagi saya. Sekarang poin
satu per satu. Tapi saya bisa menangkap maksud makro dari pertanyaan anda itu.
Maksud makronya adalah mempertanyakan tugas yang terlalu berat sehingga
mengurangi daya saya untuk berspiritual. Itu masalah manajemen waktu itu
pribadi anda masing-masing. Kalau sampai mengurangi, kalau bisa jangan sampai. Bagaimana
caranya?Justru kalau diharapkan bisa men-support
dari spiritual kita masing-masing. Tapi kita juga jangan mudah memfitnah ,
mencari-cari, menghitung-hitung, sekian-sekian seperti orang administrasi. Sekarang
saya bayar sekian untungnya sekian. Bertemu saya rugi saya untung dan
sebagainya. Jadi yang penting usahakan dicari. Nyatanya bisa juga. Memang
segala sesuatu memang ada syarat perlu dan cukupnya. Tergantung pengaturan
waktunya. Jadi jangan mudah menjatuhkan sesuatu itu yang namanya -dalam
kata-kata saya- stigma negatif. Yang ada belum tentu ada bentuknya. Bentuk itu
bentuk dalam arti yang mana dulu yang Anda maksud. Yang dikatakan itu
berstruktur. Hierarki dunia. Sedang yang mengatakan atau berkata itu juga berstruktur,
hierarki dunia, yaitu dua dunia saling menilai. Jadi kalau saya melihat saya
dunia yang lain, mau menilai juga mau menyoroti antara interaksi dua dunia itu,
dunia si pembicara dan dunia si yang dibicarakan. Kalau yang ada berbentuk. Kalau
orang awam, adanya orang awam adanya anak kecil. Adanya anak kecil itu konkrit,
konkrit itu benda, benda itu material, itu ada.
Kalau
dikatakan yang ada mesti berbentuk, mana bentuknya. Dia bisa ngomong. Itulah
bahwa berfilsafat itu diturunkan menjadi zero, zero option. Kemana-mana masih
oke, tapi kalau anda masih ngotot ya sudah, tidak dapat apa-apa. Tetap
sudah persneling 5 gas yang ada masih
berbentuk ya udah selesai titik. Tapi makanya saya tes saya beri bacaan
macam-macam, supaya anda dapat turun. Kamu sekarang dapat berapa? 3 dari 100.
Introspeksi. Artinya ada 97 yang tidak ada antara pikiranku dan pikiranmu. Yang
97 carilah tu. Genapkan dalam 1 semester, itulah yang saya fasilitasi dalam
hidup itu. Orang itu maunya, orang dagang sapi semudah-mudahnya semurah-murahnya
dengan untung yang sebanyak-banyaknya.
3.
Antara ideal dan realita. Ketika mereka
tidak sinkron, bagaimana kita mengantisipasinya, apakah kita tetap terhadap
ideal kita atau kita menyerah terhadap realita?
Jawab
:
Apa
yang dimaksud dengan sinkron? Sinkrun?kron apa krun?Tidak pernah sinkron ideal
dengan realita itu. Kalau sinkron saya artikan sebagai ketemu. Antara ideal dan
realita itu berjarak. Jaraknya awal akhir zaman. Zaman itu di mana, awal zaman itu
dulu, akhir zaman itu kiamat. Itu dirimu ketika kecil beragama. Sekarang kan berfilsafat.
Sekarang awal dan akhir zaman. Awal engkau bertanya akhir engkau bertanya. Itu zaman.
Awal yang tadi kuliah dibuka nanti ditutup. Awal akhir zaman. Mataku berkedip.
Awal kedipan mata akhir kedipan mata awal akhir zaman ketika mataku berkedip.
4.
Kenapa bapak tertarik S3 jurusan
filsafat?
Jawab
:
Siapa
dirimu apa dirimu kenapa mengapa dan sebagainya, diriku yang fatal dan diriku
yang vital. Kamu lahir di mana? Di Lombok, kenapa engkau lahir di Lombok,
kenapa tidak memilih di istana Buckingham supaya dapat warisan Kerajaan Inggris.
O iya, Pak, saya kecewa kalau begitu saya lahir kembali, minta kepada Tuhan
supaya bisa dilahirkan di sana. Supaya bisa jadi anaknya, Ratu Elizabeth.
Kenapa engkau lahir di Lombok? Dipilih. Manusia bersifat fatal, takdirnya
dipilih oleh Tuhan engkau lahir di sana. Disyukuri itu karena tidak ada duanya.
Orang yang seperti kamu lahir itu tidak ada duanya. Kenapa kamu ke sini?Ikhtiar.
Maka kalau kamu bertanya kenapa bapak kok begini, semuanya adalah fatal dan
vitalnya. Punya potensinya. Anda juga sekarang dalam rangka untuk mengembangkan
fatal dan vitalnya. Sebenar-benarnya hidup itu interaksi antara fatal dan
vital. Tiadalah engkau diubah nasibnya oleh Tuhan kecuali engkau sendirinya
juga berusaha.
5.
Mengapa kalau kita belajar filsafat ada
unsur spiritualnya?
Jawab
:
Filsafat
itu kan diriku, filsafat itu kan dirimu. Terserah diriku dan dirimu, dan diri
mereka. Yang Islam, yang Christian, yang Hindu, yang Budha, yang Yahudi, yang
Majusi, yang Kafir, semua berhak berfilsafat asal dia punya pikiran. Karena
filsafat itu olah pikir. Tapi olah pikir yang refleksif. Maka orang kafir pun
bisa berfilsafat. Kan berbahaya. Kalau kita berfilsafat dan ikut-ikutan bergaul
dengan orang kafir, maka selamanya, kemudian kita menggadaikan iman dan taqwa
kita. Sangat berbahya. Oleh karena itu, sebelum berfilsafat, dikokohkan hati
kita masing-masing. Supaya orang beriman dan berfilsafat lebih kuat imannya. Tapi
harus dijalani dengan ikhlas istiqomah sabar jangan menghujat. Saya belajar
filsafat jadi ga bisa sholat. Lapor sama Tuhan. Gara-gara tugas saya tidak
sholat maghrib. Sama juga samsung baru beli jam 4 sore. Download aplikasi,
maghrib, isya, subuh tidak selesai. Lupa semua. Itu fenomena nanti kita akan
jelaskan selanjutnya.
6.
Untuk jadi ahli sesuatu hal itu kan
butuh usaha. Kalau untuk jadi filsafat juga apakah sama?
Jawab
:
Filsafat
itu tidak ada ahlinya. Dan tidak ada filsuf itu. Kecuali orang lain yang
mengatakannya. Tidak pernah ada ijazah bagi seorang filsuf. Semua yang jadi
filsuf itu tidak ada ijazahnya. Saya yang belajar filsafat, malah dapat ijazah.
Doktornya saya doktor filsafat. Tidak usah ragu-ragu. Tidak ada ahlinya karena
filsafat itu dirimu sendiri. Dan asal engkau bisa menjelaskan maka
sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu.
7.
Dalam filsafat yang diatas adalah subyek yang dibawah obyek. Dalam elegi
menggapai subyek, subyek dikatakan selalu salah obyek dikatakan selalu benar.
Kira-kira seperti apa penjelasannya?
Jawab
:
Jadi
Anda di dalam membaca elegi-elegi saya jangan kemudian linear, mungkin
melaporkan ke Yang Maha Kuasa. Kemudian Anda jangan kemudian menggunakan
pikiran linear hanya untuk mencari kebenaran sesuatu dan sebagainya. Anda benar bisa menjawab peningkatan satu dua
itu bukan karena semata-mata membaca posting saya. Walau membaca posting saya
itu mengkondisikan. Memperoleh atmosphere.
Datangnya musim penghujan itu bukan sehari dua hari. Anda ingin memperoleh
suatu kesejukan, seperti sejuknya tengah-tengah musim hujan. Ada angin, ada uap
air macam-macam menerpa kakiku lewat teras, rumah, dan sebagainya. Nikmatnya
bukan main. Jadi, tidak bisa satu, dua, atau tiga hari begitu. Jadi, jangan
terlalu kecewa, jangan terlalu berharap ketika nanti malam Anda tidak bisa
tidur gara-gara sekarang anda dapat 3 tesnya. Harapannya minggu depan anda akan
mendapatkan 30 atau 60. Saya bisa setel supaya kamu dapat nol semua. Coba saja
besuk aku akan membuatnya. Di sini bukan masalah Anda dapat berapa. Ini sekedar
sarana berkomunikasi saya dengan anda kesadaran bahwa di antara aku dan dirimu
ada perbedaan. Operasional yang terukur dari adanya perbedaan itu apa. Saya
mengharap 100, Anda memperoleh 15, 12, 3 bahkan 0. Dengan demikian, ini terbuka
transparan tidak ada yg ditutup-tutupi. Harapannya, Anda itu egonya meluruh.
Secara kasat kata-kata itu meluruhkan kesombongan. Karena belajar itu kalau
dengan cara kesombongan tidak akan mendapat apa-apa, malah terbakar habis. Ini
supaya kita meluruhkan kesombongan supaya ada kesadaran minggu depan ada tes
lagi. Demikian seterusnya sampai waktu yang diperlukan.
8.
Bagaimana cara mengusir keragu-raguan
dalam diri?
Jawab
:
Ragu-ragu
ada dua di dalam filsafat dan kalau yang saya berbicara berarti filsafat saya.
Ragu dalam hati dan ragu dalam pikiran. Ragu di dalam pikiran pertanda Anda
akan memperoleh ilmu. Tapi jangan sekali-kali Anda ragu di dalam hati. Karena
keraguan di dalam hati walaupun satu, itu adalah sebenar-benarnya godaan syetan.
Naudzubillah. Dan tidak ada orang yang mampu mengusirnya kecuali atas
pertolongan Tuhan. Jadi kalau engkau ragu-ragu dalam hati, berdoalah dan minta
tolong sama Tuhan untuk membantu mengusirnya. Kesedihan, keragu-raguan, dan
kebencian semua yang sifat-sifat buruk itu godaan syetan. Itu yang saya katakan
tidak ikhlas di dalam hati. Maka untuk membaca blog saya, walaupun mengulang
lagi, harus sabar, ikhlas, tawwakal, dan istiqomah.
9.
Bagaimana pandangan filsafat tentang
pikiran anak-anak yang sudah dewasa?
Jawab
:
Anak-anak
itu berdimensi. Dewasa juga berdimensi. Anak-anak itu sifat, dewasa itu sifat,
jadi hidup ini adalah sifat jatuh pada sifat. Manusia itu sifat, manusia
mempunyai sifat. Mata itu sifat karena mata itu adalah milik daripada dirimu
maka semua milik dirimu adalah sifat. Tapi engkau gunakan untuk melihat saya.
Aku dijatuhi dengan pandangan matamu itu. Itu sifat ketemu sifat, sifat jatuh pada
sifat. Anda juga bisa macam-macam. Kalau dapat nol artinya Anda aku anggap
sebagai anak-anak. Kalau sudah 70 atau 80, sudah mulai dewasa. Kalau 100 sudah
tua sama seperti saya sudah punya cucu. Kalau sudah spiritual, kriterianya
beda. Hidup itu berstruktur dan berhierarki. Metodenya juga berubah-ubah sesuai
zamannya. Kalau sudah naik kesana-sana itu maka anak dan orang tua itu
ukurannya keikhlasan dan amalnya. Kalau Anda mau di pondok pesantren itu bisa
saja anak yang 20 tahun udah ikhlas. Hanya belum tentu karena hidup itu siklik.
Tahu-tahu nanti umur 40 kena godaan bisa juga. Bisa juga anak umur 20 tahun sudah
dianggap dewasa. Tapi bisa juga orang dewasa itu masih anak-anak.
10.
Bagaimana cara kita untuk terbiasa
menanggapi sesuatu atau menjawab suatu pertanyaan itu dengan pemikiran
filosofis?
Jawab
:
Baca,
baca, baca, dan baca. Blog Pak Marsigit dibaca. Elegi menggapai tetap. Kalau Anda
perhatikan, elegi saya itu berjodoh-jodoh. Hanya kadang-kadang saya tidak sempat
merampungkan. Kalau saya membuat yang tetap, aku membuat yang berubah. Kalau
saya membuat yang panjang, saya membuat yang pendek. Seterusnya begitu. Supaya
menunjukkan bahwa sebetulnya yang saya maksud ini saya sedang mensintesiskan.
Maka, kalau ilmu-ilmu sosial itu hidup dijalani. Ini filsafat. Dijalani saja
belum tentu cukup. Dijalani, dipikirkan, direfleksikan, dikomunikasikan,
ditanyakan, diuji, dan seterusnya. Juga dipikirkan. Maka belum tentu 1 semester
ini makna dari kuliah ini belum tentu 1 semester, bisa 5 tahun bisa juga 10
tahun anda baru bisa merasakan. Yang penting sesuai ruang dan waktunya. Di
situlah seharusnya saya sesuai dengan peruntukkannya sesuai dengan tujuannya.
Sesuai dengan tugasnya. Bacalah kodenya. Kode itu mulai dari satu huruf, satu
tulisan, satu kata, satu kalimat. Kode yang saya berikan apa? Jelas
petunjuknya.
11.
Kalau filsafat itu ada hubungannya
dengan sastra tidak?Karena saya baca di beberapa tulisan bapak hampir semuanya
isinya banyak istilah-istilah dibacanya harus lebih dari 1 kali.
Jawab
:
Ada
tidak hubungan antara Presiden Obama dengan telur ayam di tetangga saya? Tidak
ada. Namun dalam filsafat ada. Yaitu sama-sama saya pikirkan. Itu hubungannya.
Jadi, tidak ada di dunia ini yang tidak berhubungan. Semuanya berhubungan.
Apalagi filsafat dengan sastra. Obama saja ada hubungannya dengan telur
tentangga saya. Aku sedang memikirkan Presiden Obama, aku juga sedang
memikirkan telur tetangga saya itu. Kok telurnya banyak sekali, saya pingin,
misalnya. Hubungannya ada di mana ?Jelas sekali di dalam pikiran saya. Semuanya
berhubungan, di dunia itu tidak ada yang berhubungan. Kecuali batu dengan batu.
Filsafat itu lebih halus daripada eter, lebih cepat daripada kilat, tahu-tahu
sudah sampai mall di Tokyo, Amerika. Secepat itulah kira-kira filsafat dan
pikiran saya, canggih filsafat itu
12.
Apakah filsafat itu berstruktur dan
berhierarki?
Jawab
:
Ya
orangnya berstruktur berhierarki. Yang dipikirkan juga berstruktur berhirarki.
Sifatnya orang itu juga berstruktur berhierarki. Otomatis filsafatnya juga
berstruktur berhierarki. Struktur ada tingkatan-tingkatannya. Setiap tingkatan
tadi dunia. Jangankan tingkatan, setiap yang ada itu adalah mewakili dunianya.
Maka pada setiap yang ada itu bisa kukatakan didahului dengan dunia. Mulai dari
dunia filsafat, dunia manusia, dunia wanita, dunia tempe, dunia tahu. Apa yang
tidak bisa dikatakan?Dunia A, dunia B, semuanya bisa. Dunia Tuhan, dunia
dunia,dunia dunia dunia dunia...bisa itu.
Tidak
jelas itu penting. Lain dengan matematika. Matematika itu harus jelas. Filsafat
itu tidak jelas justru penting. Sampai terakhir nanti kuliah tidak jelas dan
berantakan itu bagus. Memang tujuannya itu membuat dirimu berantakan, supaya
siap ke mana-mana. Jadi, kita menjadi orang yang merdeka. Berfilsafat adalah
berfikir yang refleksif. Selalu tidak ada yang benar dunia itu, kecuali
kebenaran Tuhan. Misalnya filsafat itu berfikir refleksif. Refleksif itu kalau
bisa menjawab pertanyaan mengapa. Boleh juga tapi tidak benar juga. Tapi
minimal paling tidak mengapa, why,
mengapa, kenapa , mengapa kau duduk di situ, tergantung seberapa jauh refleksi
kita
Bagaimana
ciri-ciri orang berfilsafat? Ciri-cirinya adalah berfikir refleksif. Refleksif
itu salah satu contoh, contoh yang lain seribu contoh. Salah satu contoh adalah
memikirkan pikiran. Untuk menunjukkan yang ada itu di situ. Pakai evidence. Bahwa yang ada itu ada
bentuknya.
13.
Apa arti impian dari segi filsafat?
Jawab
:
Yang
saya terangkan itu, kalau orang tua seperti saya menerangkan itu punya makna
dan punya tujuan. Maka daripada saya berbicara yang lain-lain, lebih baik sudah
ada maknanya. Maknanya begini, impiannya seorang Rene Descartes. Dengan impian
saya. Disini dan di Eropa, ada beda. Beda konteks. Eropa itu kalau sedang musim
dingin sebulan dua bulan mungkin sekitar itu semua yang ada itu putih. Tertutup
salju. Putih semua. Seperti apa rasanya?Itu menjadi konteks mimpi. Beda kalau
saya di sini. Ini di rumah tadi hujan deras. Sampai di Gejayan di sini tidak hujan.
Melihat di sini hitam, melihat di sini krem. Macam-macam di sini konteksnya. Kalau
untuk bermimpi, beda sekali. Oleh karena itu, mimpinya Rene Descartes karena
konteksnya mungkin seragam, sampai-sampai Rene Descartes tidak mampu membedakan
ini mimpi atau kenyataan. Sekarang juga saya tanya kamu itu jangan-jangan mimpi
dengan saya. Jangan-jangan ini kita sebetulnya sedang reuni. Seratus tahun yang
lalu kita ketemu lagi. Pertemuan para fosil.
Karena
Rene Descartes, seperti ini juga kalau sudah, ini, kalau sudah terlalu serius memikirkannya,
blank. Angka12 dikatakan nol, bagaimana
coba?Logis sekali, antara dia itu ini mimpi atau kenyataan. Kalau ini mimpi
maka saya bisa terbang. Mari kita beterbangan. Saya masih tidak percaya ini
mimpi atau betulan. Aekarang yang jadi persoalan adalah bagaimana membedakannya
itu. Ternyata itu melahirkan suatu aliran filsafat. Rene Descartes tidak bisa
menemukan suatu bukti bahwa dia itu mimpi atau tidak. Tidak bisa dibedakan,
tidak ada buktinya, tapi dia ingin mencari kepastian. Ini filsafat.
Sampai-sampai dia tidak percaya tuhan. Saya belum percaya kitab suci Tuhan itu
tapi ini dulu, saya ingin bisa membedakan dengan sebenar-benarnya apa bedanya
mimpi itu. Yang itu relatif, yang ini
dari mana yang ini dari mana. Selalu saja dipertanyakan, selalu saja bisa diragukan,
dipertanyakan, dibantah, dan seterusnya. Tapi ada satu hal yang tidak bisa
dibantah. Ada 1 yang dia tidak mampu membantahnya. Yaitu kenyataan bahwa dia
sedang bertanya. Karena saya sedang bertanya itulah sadar bahwa saya sedang
bertanya itulah bahwa ini bukan mimpi. Ini ada maka lahirlah Cogito ergo sum. Saya ada karena saya
berpikir. Maka jawaban Anda yang 15 itu 15% keberadaan. 10% keberadaan 3% keberadaan.
0% keberadaan. Menurut Rene Descartes, yang nol itu, 0 berpikir., 15 berpikir.
Harapan saya 100 berpikir. Jangan dikira enteng. Kalau bagi orang yang tidak mengerti,
hal itu enteng, bagi orang yang mengerti berat itu. Indonesia ini, ini, dan
ini. Tidak usah diundang Formula F1. Indonesia tidak akan pernah ada catatan juara
dunia F1. Indonesia tidak diundang karena dianggap tidak ada. Coba kalau engkau
dianggap tidak ada sama orang tuamu. Bagaimana rasanya?Seperti itulah kira-kira.
Adanya sesuatu bisa sangat penting di sini. Maka dalam filsafat, dijabarkan dan
diuraikan secara terukur, antara ada dan tiada, dan yang mungkin ada. Malah
bisa diterangkan. Yang mungkin ada seperti apa.
14.
Apa definisi keadilan?
Jawab
:
Sebentar.
Saya tidak adil kepada dirimu karena saya hanya menggunakan pendengaran tidak
menggunakan penglihatan. Kenapa saya tidak adil? Itu karena saya sebagai
manusia tidak sempurna tidak bisa memandang depan sekaligus belakang. Maka
sebenar-benar manusia tidak pernah adil terhadap pandangan di belakang. Padahal
itu sejak lahir sampai mati. Kalau misalnya tidak adil menjadi dosa. Diam saja
aja dianggap berdosa. Jadi, sebenar-benar manusia itu adalah ketidakadilan itu
sendiri. Jika aku melihat engkau yang di sini, aku tidak bisa melihat engkau
yang di sana. Aku adil ke sana tapi aku tidak adil ke sana. Hanya manusia
diberi potensi juga. Ketika aku melihat engkau, aku melihat engkau, aku masih
teringat dia. Itu maksudnya. Itu namanya intuisi satu dua. Jangan anggap sepele
itu. Semua matematika itu benar karena intuisi satu dua. Ketika saya
mengerjakan bukti suatu rumus, halaman 1, saya masih teringat halaman
sebelumnya. Coba kalau begitu saya menulis satu kata, kemudian yang sudah saya
tulis saya lupa seratus persen, kemudian apa yang terjadi? Kita tidak bisa
apa-apa. Saya berbicara tadi masih ingat saya. Saya masih ingat membuka
pelajaran masih ingat intuisi satu dua. To
oneness intuisi. Saya juga masih ingat pertanyaanmu. Kamu tanya dua kali
saya juga masih ingat. Jadi manusia bisa hidup itu karena intuisi. Coba kalau
saya berbicara lupa dengan apa yang saya omongkan. Jadi, kalau di dalam
komputer ada RAM and ROM. Read Only Memory, Random Access Memory. Jadi, manusia
itu adalah tidak adil. Karena terlahir seperti itu. Kita lahir itu dipilih .
Tapi jangan mengatakan Tuhan itu tidak adil. Kalau sudah sampai ke sana,
bahasanya sudah beda. Bahasa Tuhan, itu, namanya sopan santun. Berfilsafat
seperti itu.
15.
Berarti dunia ini tidak ada keadilan?
Jawab
:
Ya
memang tidak ada keadilan. Jadi hidup ini adalah adil di dalam ketidakadilan,
ketidak adilan di dalam keadilan. Manusia itu sempurna di dalam
ketidasempurnaan, tidak sempurna di dalam kesempurnaan. Kamu itu kurus
sekaligus gemuk. Engkau itu kecil sekaligus besar. Engkau diam sekaligus
bicara. Itulah sebenar-benarnya hidup itu kontradiksi. Ketika kita masih di
dunia kontradiksi hukumnya. Kontradiksi itu tidak ada yang pernah sama. Hanya
identitas, identitas hanya berlaku di dalam pikiran. 7 = 7 itu hanya berlaku di
dalam pikiran. Kalau ditulis, tujuh kiri sama tujuh kanan. Tujuh kanan terkena
AC. Tujuh kiri tidak. Beda itu, 7 gemuk 7 kurus. Beda lagi.
16.
Filsafat itu turunannya adalah
pengetahuan. Pengetahuan itu dari pancasila dan sebagainya. Sekarang kedudukan
ilmu dan filsafat itu seperti apa?
Jawab
:
Jadi
jangan ilmu ke filsafat dulu, tapi ilmu ke pengetahuan. Pengetahuan. Kita itu
punya pengetahuan. Pengetahuan itu terpisah-pisah. Sana pengetahuan itu
pengetahuan ini. Maka yang namanya ilmu pengetahuan itu sudah terstruktur.
Sudah ada bangunannya. Ilmu pengetahuan disusun oleh komponen pengetahuan.
Filsafat berdimensi. Filsafat sebagai pengetahuan, filsafat sebagai ilmu.
Filsafat sebagai landasan. Berdimensi. Dan filsafat sebagai spiritual,
sebaliknya spiritual sebagai filsafat, bisa. Bisa saja tergantung kita
menyikapinya seperti apa.
17.
Definisi belajar yang baik itu
bagaimana?
Jawab
:
Belajar
yg baik adalah mendekati sunatullah, sesuai dengan kodrat yang diberikan oleh Tuhan.
Maka kita wajibnya mencari fenomena alam yang seperti apa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar. Maka, saya menemukan fenomena alam yang sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar, adalah hidup itu hidup. Belajar itu hidup. Berfilsafat
itu hidup. Tidur pun kalau bisa hidup. Bagaimana tidur yang hidup? Dalam
keadaan berdoa di dalam hati. Bagaimana bisa menjamin bahwa tidur itu berdoa di
dalam hati?Sebelum tidur berdoa dulu. Maka belajar pun hidup. Bagaimana supaya
belajar hidup. Involve, menceburkan
diri, masuk di dalam putaran itu, selalu ikut di dalam terjemah dan
menterjemahkan. Tidak bisa hanya dipandang dari kejauhan. Filsafat bukan di
sana, filsafat di sini pun ke sini, ke sini, ke sini, sampai di sana. Maka,
saya tidak bisa menuju ke di sana aja. Maka supaya kita bisa hidup, salah satu
ciri hidup adalah dia kontinu. Dia berinteraksi. Dia menggunakan hati
menggunakan pikiran. Dia saling menterjemahkan dan diterjemahkan. Dia
kontekstual sesuai ruang dan waktunya. Maka salah satu syarat belajar filsafat
adalah membaca elegi, dengan ikhlas di dalam pikiran dan ikhlas di dalam hati.
18.
Bagaimana filsafat menyikapi
reinkarnasi?
Jawab
:
Jadi
saya teruskan tadi, maka hidup itu bukan seperti panah yang dilemparkan itu,
tapi hanya sebagian kecil. Sebagian apa seperti apa bentuknya? Bentuknya
seperti spiral, bumi yang mengelilingi matahari. Bumi itu tidak pernah
menempati tempat yang sama sepanjang hayat bumi. Manusia juga begitu karena
manusia menempati bumi. Maka ketika Anda bertanya saya menjawab. Ternyata saya
bertanya maka Anda juga harus menjawab. Itulah kira-kira lingkaran reinkarnasi
seperti itu. Bisa dijawab. Saya sekarang mempunyai jawaban dan pertanyaan, ternyata
jawabanku ini bereinkarnasi dan dipertanyakan. Pertanyaanku berubah jadi
jawaban. Dan itu yang ada dan yang mungkin ada tidak hanya arwah. Kamu pelit
anakku, tiru siapa? O iya mama pelit ya. Reinkarnasi sifatku yang pelit.
Gampang saja tidak usah jauh ke India atau ke Bali mencari reinkarnasi. Bisa di
sini.
Begitulah,
semoga menambah semangat. Tidak bisa diabaikan. yang namanya hidup seperti itu
. Gunakan prinsip hidup. Jadi ulet, tangguh, terus, kontinu, istighfar,
kemudian melibatkan diri seterusnya dan seterusnya. Cari waktu yang tidak harus
mengalahkan spiritualism atau yang lain.
PERTEMUAN
III.
Ada beberapa pertanyaan
dan jawaban sebagai berikut :
1.
Apa bedanya intuisi sama perkiraan?
Jawab
:
Bisa
memperkirakan karena mempunyai intuisi. Jadi intuisi itu banyak manfaatnya,
bisa untuk memperkirakan, kerjanya lebih intensif, efektif, dan seterusnya.
2.
Kata orang, banyak bilang ikuti kata
hatimu. Misalkan saya mengikuti kata hati saya. Bagaimana pandangan filsafat
mengenai hal ini?
Jawab
:
Jadi
selama masih hidup di dunia, orang masih terikat ruang dan waktu. Apapun, semua
tanpa kecuali. Terikat oleh ruang dan waktu itu adalah dalam arti yang sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya. Belajar filsafat itu metodenya intensif dan ekstensif. Gali
sedalam-dalamnya dan kembangkan seluas-luasnya. Maka apa yang di dunia itu,
bagaimana strukturnya? Struktur di dunia itu ada yang tetap ada yang berubah.
Namun, yang tetap di dunia pun itu juga ada kalau dinaikkan terus bisa
melampaui dunianya. Jadi kita bisa mengidentifikasi apa yang tetap, apa yang
bebas ruang, dan apa yang bebas waktu. Semua benda yang kau lihat itu tidak
bebas ruang dan waktu. Artinya engkau yang kau lihat itu begitu ruang, ruang
itu bisa berarti tempat, bisa berarti sinar, dekat, pendek, dan jauh. Orang itu
bisa mengetahui ruang dengan waktu. Orang bisa mengetahui waktu dengan ruang.
Mendefinisikan ruang dengan waktu. Mendefinisikan waktu juga dengan ruang.
Kalau ruangnya dirubah jadi gelap tidak ada sinar, maka semuanya juga ikut gelap.
Batu-batupun tidak akan kelihatan. Maka batupun dia terikat oleh ruang gelap
dan ruang terang. Prinsip yang dikatakan orang itu bertingkat-tingkat mulai
dari benda, kemudian aturan-aturan pikiran, pikiran kemudian hati, hati
spiritual. Kalau orang masih hidup, lengkap. Ada materialnya, ada formalya, ada
normatifnya, dan ada spiritualnya. Tapi kalau orang sudah meninggalkan dunia, dalam
proses meninggalkan dunianya sudah mulai dikurangi. Unsur-unsur dunia
dikurangi. Kekayaannya dikurangi. Hartanya dikurangi. Temannya dikurangi.
Pendengarannya dikurangi. Penglihatannya dikurangi semua dikurangi. Kemampuan
berjalan dikurangi, kemampuan bicara dikurangi. Kemampuan berpikir juga dikurangi.
Terakhir napasnya dikurangi/dihilangkan. Denyut jantung juga. Yang tersisa
tinggal amal dan perbuatan. Itulah yang tidak terikat ruang dan waktu. Jadi,
berbuat baik siang dan malam, siang juga dikatakan baik, malam juga dikatakan
baik, dikatakan berbuat baik terhadap sesuatu amalannya. Amalan-amalan yang
terikat, tapi juga ada yang perbuatan-perbuatan di dunia yang terikat oleh
ruang dan waktu juga ada. Misal berteriak-teriak malam hari itu jelek, buruk,
dan sebagainya. Maka, tidak mudah mencari yang bersifat prinsip. Prinsip turuti
kata hatimu itu prinsip kata orang. Maka itulah penyakitnya orang mencari ilmu,
karena engkau ada yang namanya penggoda sesuatu yang menarik berbinar-binar,
namanya idol. Maka Indonesian Idol, American Idol itu yang menarik yang
berbinar-binar. Itulah godaan orang mencari ilmu. Mulai dari godaan engkau
berangkat dari Lampung, NTB, dan sebagainya itu masing-masing godaan juga atau
hambatan. Engkau tidak mampu melepaskan dari pola pikir suku di Lampung, suku
di Batam, dan sebagainya. Yang kedua, engkau bertemu di jalan mengatakan
turutilah kata hatimu. Sembarang orang mengatakan semacam itu. Engkau percaya
saja itu artinya engkau belum mencapai kebenaran, tapi di tengah jalan engkau
sudah digoda oleh kebenaran di jalan. Kebenaran di pasar, di panggung, dan
seterusnya. Termasuk kebenaran dari saya, otoritas. Kebenaran otoritas itu
termasuk kebenaran Pak Lurah, Pak Dukuh, Pak Rektor. Pak Bupati, Pak Presiden,
semuanya manusia. Maka manusia mana yang kebenarannya itu bisa, skupnya, strong, kokoh tinggi luas. Semakin umum
semakin jelas. Maka kebenaran agama itu kebenaran absolut, tidak bisa dibantah
lagi. Firman Tuhan itu absolut, tidak bisa dibantah lagi, kitab suci itu
absolut tidak bisa dibantah lagi. Kalau ada yang mengatakan kitab suci, jalani
saja. Jalani sebagai sesuatu yang diyakini. Karena setiap orang bisa membuat
aturan, bisa membuat hukum, jalani hatimu saja. Sedangkan hati itu ada hati,
ada pikiran, ada kenyataan. Kalau itu 3 baru sepertiga dunia. Baru 30% nya hati
itu baru sepertiganya , 30 persen dari aspek hati, pikiran dan kenyataan. Padahal
yang saya katakan itu : hati, pikiran, dan kenyataan itu baru seberapa. Masih
ada yang is transset, inner, fatal, spiritual, firman Tuhan,
dan sebagainya. Berapa banyak? Banyak sekali jumlahnya. Jadi kalau hanya hati
saja, dalam arti tertentu atau sempit bisa juga seperseribu sekian dari
fenomena hidup anda itu. Maka kalau itu dijadikan satu-satunya utama, hanya
hati saja begitu, kalau kita pikirkan hati, pikiran kenyataan baru sepertiga.
Kalau kita anggap dunia ini adalah hati dan pikiran, tergantung kita
memandangnya tergantung struktur dunia yang mau kita bangun seperti apa. Kalau
saya sedang fokus kepada struktur yang dunia itu terdiri dari hati dan pikiran,
berarti hati itu separuh dunia. Orang yang hanya menuruti hatinya saja berarti
dia tidak mampu memikirkannya, na. Ketika orang sedang membesar-besarkan hati,
menyubur-nyuburkan hati, tetapi dia tidak memperhatikan pikiran, suatu ketika dia
terkena pikiran, hati itu tidak mampu berpikir. Hati itu hanya merasakan saja.
Ya, perasaan hati itu ada sedih, susah, bahagia, nelangsa, sakit hati, dsb.
Tahu-tahu kamu sedih, nelangsa, sakit hati, dan sebagainya. Tahu dari mana,
tidak mampu kamu memikirkannya. Itulah
gambaran orang-orang yang hanya mengikuti kata hati. Dari kacamata filsafat,
hati itu ada dua, yaitu hati positif dan hati negatif. Dan hati nol, hati nol
itu adalah keikhlasan, kenetralan. Jadi hati positif itu yang menuju ke arah
spiritual yang benar. Hati negatif adalah potensi negatif. Godaan syeitan
nauzubillah.
3.
Masih penasaran keadilan. sebenarnya
konsep keadilan di filsafat itu seperti apa?
Jawab
:
Adil
dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Adil ontologis. Filsafat
itu selalu begitu. Ontologis itu artinya sudah tidak bisa terbantah lagi.
Engkau itu tidak pernah adil dengan tengkukmu itu. Dengan belakang kepalamu
itu. Karena engkau tidak pernah menengok di belakang kepalamu itu kecuali
engkau menggunakan cermin. Tiga dimensi. Baru engkau bisa melihat. Tapi engkau
kan jarang sekali melakukan itu . selama ini yang kau lihat itu hanya bagian
depan wajahmu saja. Depan ke sana. Berarti sebetulnya engkau tidak adil
terhadap dunia, karena dunia punya hak yang sama untuk engkau lihat. Tapi
engkau tidak mampu melihatnya. Jadi manusia itu terlahir memang tidak mampu
adil kepada dirinya sendiri. Tapi karena itulah maka manusia bisa hidup. Maka
dikatakan manusia itu tidak sempurna di dalam kesempurnaan, sempurna di dalam
ketidaksempurnaan. Itu ontologisnya, epistemologisnya adalah metodenya.
Sebetulnya tidak hanya metode. Epistemologi itu sumber-sumbernya. Sumber
filsafat keadilan. Kalau kita berbicara sumber filsafat keadilan, siapa yang
bicara adil?Merentang di dalam perjalanan sejarah dari Yunani sampai sekarang.
Sampai detik ini saya sedang bicara adil. Plato bicara adil yang demikian.
Semua bicara adil. Descartes berbicara keadilan demikian dan demikian, nanti
keadilan dalam arti spiritual. Keadilan dalam arti sosial. Maka disebut
keadilan sosial. Keadilan dalam konsep Pancasila. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Ada juga komunis PKI dulu adil adalah sama rasa sama rata.
Satu mempunyai sepuluh ribu, semuanya juga mempunyai sepuluh ribu. Tidak ada
uang milik pribadi itu. Semuanya milik negara. Pada akhirnya oknum-oknum
negarawan di negara itu mempunyai harta benda, dan sebagainya. Jadi, konsep
keadilan seperti itu. Adil dengan fungsi, peran, dan sebagainya. Kemudian,
filsafat itu di running ontologis
epistemologis. Epistemologis sumber-sumbernya juga pembenarannya, dan
macam-macam keadilannya, tapi juga etik dan estetika. Jadi itu ada adil,
kemudian etik dan estetika. Antara adil dan kebenarannya. Benar dan
keadilannya, serta adil dan kepantasannya. Pantas dan keadilannya. Jadi secara
filsafat seperti itu, secara ontologis seperti itu. Jadi manusia itu justru tidak adil kepada dirinya
sendiri.
4.
Sebenarnya itu dalam hidup ini yang kita
jalani sebuah pilihan atau sebuah tanggung jawab?
Jawab
:
Contoh
orang yang tidak memiliki spiritual dalam dirinya adalah atheisme. Itu sebuah
pilihan atau takdir yang sudah ada di dalam dirinya?
Jadi kalimat Anda,
pertanyaan Anda itu tidak independen satu dengan yang lain. Pilihan atau
takdir. Saya mendefinisikan di dalam filsafat saya itu takdir itu sebagai yang
dipilih. Jadi kalau Anda mengatakan pilihan, bingung antara dipilih dan
memilih. Sedangkan ikhtiar adalah memilih. Hidup ini hanyalah dipilih atau
memilih. Tapi kalau saya mengatakan seperti itu, itu yang namanya
penyederhanaan. Dunia yang sangat besar, yang sangat complicated, saya bawa ke satu notion
dipilih atau memilih. Berinteraksi. Terus begitu saja. Sampai saya melihat,
sampai saya berkata-kata. Kata-kata saya ini terpilih. Saya memilih kata-kata
saya. Kenapa saya memilih kata-kata saya?Karena takdirnya manusia itu berkata
itu linear. Berkata itu seri. Urutan tidak paralel. Kalau paralel Anda tidak
akan mengerti pikiran saya. Saya berbicara banyak hal. Pikiran saya yang banyak
sekali saya katakan. Kamu tidak mengerti. Tapi saya pilih kata-kata saya itu
yang terakhir adalah adalah. Adalah adalah adalah itu yang terakhir. Terakhir terakhir
... ya kan kan kan kan... ya kan kan kan kan.... mana bisa terakhir kalau dia echo gema. Infinite regress. Tidak akan ada akhirnya. Maka pikiran manusia
membuktikan bahwa manusia itu tidak punya akhir bahwa dunia itu tidak punya
akhir. Ya kan kan kan kan ....coba ketika Anda bisa menangkap yang terakhir,
Anda tidak akan bisa kembali. Silakan tangkap. Kap kap kap... sana ulangi lagi.
Tidak akan bisa kembali. Itu pikiran manusia. Maka, Immanuel Kant membuktikan
bahwa dunia itu ada awal sekaligus tidak punya awal. Ada akhir sekaligus tidak
punya akhir. Maka, berilsafat itu bahaya. Bahaya kalau tidak dilandasi dengan
agama yang kuat. Maka sebelum berfilsafat itu berdoa. Benar-benar berdoa itu, Anda
siap mental untuk mendapatkan nilai nol. Tidak usah bersitegang dan
bersikukuhlah ingin tunjukkan kepada saya nilai yang hebat. Cukup jalani saja dengan hati yang ikhlas,
ikhlas pikir dan ikhlas hati. Baca elegi-elegi itu. Kesombongan apa lagi yang
engkau tunjukkan pada saya sekarang. Saya ingin tahu. Yang merasa paling hebat.
Tunjukkan pada saya. Sekedar nilainya tidak nol saja. Hanya begitu saja, mulai
dari Anda berbicara dan saya berbicara ini saya pilih kata-katanya. Anda pun
mendengar, di sana ada orang memukul tembok, tapi Anda lebih suka mendengarkan
suara saya. Anda lihat banyak sekali di sana. Di HP banyak sekali film-film
bagus tapi kenapa anda sekarang memperhatikan saya?Anda memilih itu.
Keseluruhan itu, Anda bisa sampai di sini antara Anda memilih dan Anda dipilihkan.
Anda lahir, anda juga tidak bisa daftar, saya mau lahir dari ibu yang di sana
itu. Engkau dipilihkan dari ibu yan gterbaik buat dirimu. Maka Tuhan Maha Adil.
Maha Baik juga. Semua maha. Semua sifat yang ada dan yang mungkin ada itu Maha
bagi Tuhan itu. Makanya anda itu perlu istighfar, mohon ampun pada Tuhan,
karena kamu juga telah berlaku sombong
kenapa engkau namamu mahasiswa, maha. Mahaguru saja sudah diganti menjadi
profesor. Anda mestinya namanya siswa besar. Terlalu arogan itu mahasiswa itu.
Dan sekarang akhirnya apa, semua berlomba-lomba memakai maha. Mahakarya,
akhirnya kebakaran, hangus, kena gempa, runtuh, kena banjir, hancur. Televisi
itu. Maha karya. Mau jualan duit itu mau jualan bangunan yang iklan-iklan itu juga
memakai mahakarya, maha cipta. Sombong-sombong sekali orang-orang sekarang itu.
Awalannya dari mahasiswa. Itulah kalau filsafat itu kesadaran, kalau orang Jawa
itu namanya diruwat. Diruwat itu adalah setelah sadar kemudian mohon ampun dan mohon
maaf. Kaka karena mendidik masyarakat dengan taraf pendidikan yang rendah, maka
menggunakan cara yang tidak langsung, memakai medium, mediumnya pakai wayang.
Ada keadaan yang memang harus diruwat. Kaitannya dengan sosial orang Jawa,
orang timur, sepertinya itu tradisinya itu tradisi hidup bersama, sosial,
solid, kohesi, sosialnya itu. Kenapa, karena terlahir terjajah setelah
berabad-abad itu jadi warga kelompok bawah yang tertindas. Maka sesama orang
yang lemah itu mencari orang yang lemah yang lain untuk mencari kekuatan. Itu
psikologinya. Tapi orang barat yang sudah kuat mempunyai modal masing-masing
sedikit-sedikit sudah mulai menyombongkan diri. Berani sendiri, berkarya
sendiri, semuanya sendiri sendiri sendiri sendiri . Orang timur, di kampung menikah,
dikawinkan dengan tetangga dapat tetangga, tetangga dapat tetangga , banyak
saudara itu dia lebih aman. Apalagi menghadapi pendatang. Makin seru itu
perkawinan antar tetangga. Sehingga kalau dia punya hajat, semua datang banyak
sekali, merasa menunjukkan powernya. Alternatif powernya itu dari sisi lain.
Kekayaan dari sisi lain, kekayaan saudara, kekayaan macam-macam pergaulan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, karena hidup secara kebersamaan di timur itu maka
tidak mau sesuatu yang aneh-aneh. Tapi mencari kriteria yang berlaku secara umum.
Secara umum di situ, orang Jawa, orang timur tidak mau dipergunjingkan. Sangat
sedih kalau dia dipergunjingkan. Supaya tidak, maka di filsafat perlu
penjelasan. Tapi orang Jawa ga mampu menjelaskan sehingga memakai ritual.
Jadi hidup itu pilihan
saja. Engkau ke sini kan pilihan juga. Atau kalaupun dipaksa sama orang tuamu
berarti engkau dipilihkan sama orangtuamu. Suruh ke Jogja, kuliah di Jogja.
Jangan dikira, tidak
ada yang namanya lulus filsafat. Makanya bagaimana cara menilai filsafat itu?Aktivitasnya
saja setiap hari. Aktivitas Anda itu sehat atau tidak? Sehat artinya
sedikit-sedikit terus menerus ajeg kontinu. Jangan lama tidak muncul 2 bulan, 3
bulan, baru bulan ke 4 mulai baca siang hari siang malam lupa makan akhirnya
kram tangannya tidak bisa gerak. Mending kalau hanya diurut , kalau sampai
stroke? Jadi jalani saja dengan ikhlas dan hati. Itu proses anda berfilsafat
itu di situ.
5. Bagaimana
memilih sumber-sumber yang baik dan benar?Soalnya kalau kita baca biasanya
google banyak yang ini mengatakan ini ini mengatakan ini yang sama-sama
pendapatnya kuat sedangkan kita tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu.
Jawab :
Jangan bicara memilih
kalau belum menjalaninya. Dijalankan dilakukan baru nanti secara intuitif mampu
memilih, itu bagaimana saya mau memilih menuang air ke gelas sana ke gelas sana
wong gelas ini saja belum ada airnya.
Isi dulu lah air nya. Di sini tu tidak ada yang the best. Tidak ada pikiran terbaik itu. Benar dan salah pun tidak
ada dalam filsafat. Yang ada sesuai dengan ruang dan waktunya. 2 + 2 sama
dengan 0 benar kalau itu modulo berbasis 4. Sesuai dengan ruang dan waktunya,
jangan tergesa-gesa disalahkan. Tidak ada yang salah itu. Jadi engkau
mengerjakan kalkulus itu benar semua itu kalau yang mengoreksi ga paham. Coba
tunjukkan padaku, nilainya 10 semua. Benar semua. Tidak ada yang salah, memang
di situasi ruang dan waktunya dunianya orang yang tidak paham kalkulus suruh
ngoreksi kalkulus.
6. Kenapa
pemikir-pemikir filsafat cenderung lahir di barat?
Jawab :
Karena budaya menulis
dari barat. Sehingga ada dokumen dan buku. Kedua, barat itu menginisiatif
menguasai dunia. Maka siapa yang berkuasa itulah kebenaran, mengikuti orang
yang berkuasa. Di dalam ekonomi, yang punya banyak modal itu yang berkuasa. Di
kampungmu itu Pak Dukuh, Pak Lurah, berkuasa. Maka dia bicaranya walaupun salah
dianggap benar. Karena dunia itu berkuasa, barat berkuasa menguasai timur, maka
ada karya tulis dianggap benar mereka itu.
7. Tasawuf
itu apa hubungannya dengan filsafat?
Jawab :
Tasawuf itu metode di
dalam spiritua Islam. Yang kristen juga ada model tasawuf, tapi namanya beda.
Katolik juga ada. Setiap agama itu punya metode tertentu di mana mendekatkan,
bagaimana caranya seorang umat itu mendekatkan diri kepada Tuhan secara
intensif. Itu bersifat tertutup. Hanya orang-orang yang spesifik. Umatnya saja
masih diseleksi macam-macam tidak bisa sembarang karena harus ada tahap-tahap
yang harus dilalui sehingga tidak bisa setiap orang umum itu bisa. Kalau mau
coba, silakan dipelajari. Mulai dari umum, khusus, khusus, khusus. Kalau di
islam namanya tasawuf. Itu metodologinya. Maka tasawuf itu metodologinya kalau
di kampung itu itu tarekat. Metode atau kalau dalam olah pikirnya itu namanya
epistemologinya .
8. Bagaimana
agar setiap siswa di kelas itu memperoleh pemahaman yang sama padahal setiap
siswa itu mempunyai kemampuan yang berbeda?
Jawab :
Anda sebagai guru, Anda
sebagai penanya itu dunia. Siswanya dunia,. Jadi dunia menerjemahkan dunia,
jadi lengkap. Begitu. Kalau Anda menerjemahkan dunia lain kemudian menginginkan
dunia orang lain sama seperti duniamu itulah orang yang menyalahi kodrat. Jadi
engkau itu sudah meletakkn sesuatu yang bertentangan dengan kodrat pada
kalimatmu sendiri. Itulah pentingnya filsafat supaya anda mengetahuinya.
Refleksi. Mengapa engkau begitu sikapnya? Mengapa engkau ingin memaksakan orang
lain pengetahuannya sama seperti yang engkau pikirkan? Makanya saya tidak mau .
bawa sendiri saja. Kalau perlu, buatlah elegi-elegi. Itu hanya 1/10000 pangkat
10000 elegi itu dari saya mengungkap fenomena dan saya merasa tidak perlu
meneruskan membuat itu. Itu hanya sampel saja. Selanjutnya terserah anda. Anda
mau berpikir apapun terserah. Mempunyai interpretasi berbeda-beda juga terserah
saja. Itu urusanmu karena disini saya lah ingin memfasilitasi Anda belajar
filsafat dan filsafat itu dirimu sendiri. Makanya ini saya berpacu kepada Anda
nanti kalau suatu ketika anda bertanya tentang elegi-elegi itu tidak ada
gunanya kalau Anda belum baca. Anda harus sudah membaca. Jadi berlomba-lomba
antara pertanyaan, keterangan saya dan anda membaca komen.
9. Di
dalam pembelajaran, anak itu mempunyai kemampuan masing-masing, berarti kita
sebagai guru harus memfasilitasi setiap kemampuan siswa itu?
Jawab :
Dunia itu berstruktur.
Karena dunia berstruktur, maka pendidikan juga berkonteks. Pendidikan di mana,
antara sesuatu yang ideal, ideal itu apa, maka menurut saya ideal itu tidak
jelas karena setiap orang punya ideal. Tapi kalau kita bicara dari, misalnya,
fenomena alam, jadi namanya belajar, mendidik itu sesuai dengan fenomena alam.
Fenomena alam itu adalah belajar itu dibangun. Belajar itu hermeunitika,
membangun. Karena hermeunitka membangun, maka guru harus memfasilitasi
bagaimana siswa mampu membangun matematika. Jadi paradigmanya harus diubah,
harus dioverfull. Supaya siswa mampu
belajar matematika dengan fasilitas yang Anda buat itu. Saya sudah berikan
contoh, Anda mampu berfilsafat masing-masing dan saya tidak mengharapkan Anda
punya pengertian yang sama. Jangan
dikira. Salah paham itu. Tapi bahwa struktur itu ada, harapannya. Sama sama
dalam pengertian punya massa punya struktur. Struktur yang strong, struktur kehidupan, struktur yang ada dan yang mungkin ada.
10. Bagaimana
seharusnya kita menyikapi persoalan-persoalan yang tidak dapat dijelaskan oleh
logika atau yang bertentangan dengan logika?
Jawab :
Sruktur dunia itu material,
di atasnya formal, di atasnya normatif, di atasnya spiritual. Kalau kita sudah
sampai pada taraf spiritual,spiritual itu paling atas dan melingkupi semuanya.
Tidak ada yang terlewatkan. Semua itu spiritual, semua itu sakral. Kalau di
bali itu kamu ada upacara-upacara, itu purifikasi supaya kamu sakral. Supaya chemistry dengan orang Bali dan di
masyarakat Bali sehingga tidak akan ada masalah. Saling mengerti dan saling memahami.
Jadi, orang Hindu itu semuanya sakral. Budha itu semuanya sakral, artinya
spiritual turun sampai ke bendanya. Kalau di dalam filsafat ya batu yang
berdoa. Batu yang becinta. Dikira batu tidak bisa bercinta? Contohnya apa batu
yang bercinta?. Kamu bisa saja tukar cincin, contoh saya dan istri saya, saya kasih
batu permata, setelah itu saya malam hari pergi ke taman. Terus di taman malam
hari kejar-kejaran. Saya suruh orang ambil video. Video itu hanya bisa melihat
permata yang bercahaya saja. Kemudian saya play, setel, gambarnya permata
sedang kejar-kejarn. Wah indah nian ya. Saya sedang menyaksikan dua buah batu
saling bercinta. Elok banget itu. Jangan dikira batu tidak bisa bercinta.
Tergantung, ini semua ada di dalam pikiran kita. Diconstruct. Kan tidak logis batu bisa bercinta. Maka batu juga
berstruktur, cinta juga berstruktur, aku yang memikirkan juga berstruktur. Jadi,
tiadalah desah nafasku itu walaupun sepenggal, terbebas dari kuasa Tuhan. Kalau
sudah seperti itu, persoalan apapun kembalikan saja, orang itu bisanya hanya
mohon ampun, minta pertolongan kepada Tuhan. Tuhan menjanjikan. Tapi kalau
minta pertolongan yang ikhlas, jangan menyombong. Namanya mengultimatum Tuhan.
Itulah yang namanya tidak berspiritual.
11. Apa
tolok ukur kalau kita udah menyampaikan materi dengan baik?
Jawab :
Urusan dunia itu tidak
ada yang terbaik. Terbaik itu hanya milik Tuhan. Maka, tidak ada cara mengajar
yang terbaik. There is no the best way to
educate. Jadi kalau kontekstual, mendidik itu terbaik menurut cara agamanya
masing-masing. Tapi dari sisi metodologi umum tidak ada yang the best itu. Hanya mendekati
kecenderungan para dying, teori,
filsafat, ada. Bagaimana yang terbaik? Dekat, menuju, cocok dengan kodratnya.
Kodratnya manusia apa? Maka yang namanya belajar itu terjemah dan menerjemahkan.
Jangankan manusia, binatang itu pun menerjemahkan dia dalam belajar. Jangankan binatang,
tumbuhan itu saja menerjemahkan dia belajar hidup. Tanaman mencari sinar matahari.
Tanaman itupun bisa menerjemahkan. Jadi kalau engkau mengajar kemudian tidak
ada inisiatif dari siswa,, itu sudah mematikan
dini siswa itu. Namanya dholim tapi tidak terasa. Dosa besar itu. Filsafat
itu jauh-jauh dari Lombok, disini hanya akan tau dholimnya di mana. Tidak ada
paksaan di sini. Suka-suka. Karena belajar harus dalam susasana merdeka.
Tanaman yang ditutup itu tidak merdeka. Diapun menggeliat. Kalau dibungkus dengan
rapet ya matilah sudah.
12. Kegagalan
adalah kesuksesan yg tertunda. Bagaimana filsafat memandangnya?
Jawab :
Itu karena manusia itu
hermeunitika. Itu unsur-unsur spiritual. Unsur-unsur kecerdasan timur itu
seperti itu. Tapi sekarang ini dunia kontemporer sudah mulai menyempit,
memanjang, panah maju ke depan. Berhenti saja tidak bisa apalagi belok. Dunia
sekarang kan begitu. Coba anda itu handphone berlomba-lomba. Samsung semua.
Yang baik yang baik terus. Karena orang timur. Kalau orang barat itu tidak ada
istilah mundur ga ada istilah belok. Linear. Obama itu ketika menasihati rakyatnya
ulang tahun Amerika yang keberapa itu banyak bintang-bintang yang belum punya
nama. Kalau orang jawa, orang Indonesia, penanggalan saja dicampur. Ada
penanggalan Jawa dan nasional. Jawa 5 hari, nasional 7 hari. Berinteraksi
dia. Senin ketemu Senin. Kalau tidak
melingkar tidak akan mungkin Senin ketemu Senin. Tapi tanggalnya beda.
Melingkarnya pasti maju. Tidak mungkin satu bidang. Pasti dia tertarik.
Lingkaran yang tertarik namanya adalah spiral. Maka spiral kehidupan. Spiral
kehidupan tidak lain tidak bukan adalah lintasan bumi mengelilingi matahari.
Itu teladan hidup dari Tuhan. Itulah hermeunitika. Orang Yunani mengatakan
hermeunitika. Orang Indonesia mengatakan silaturrahmi. Mengulang senin ketemu
senin itu barokah, itu bersyukur. Kegagalan itu menjadi kesuksesan yang
tertunda. Kalau saya dulu diterima di STAN JAKARTA mungkin saya sudah masuk
penjara karena koruptor. Saya gagal keterima di sana waktu itu, lalu daftar di
UNY. Jadi saya profesor di sini. Jadi, skema itu engkau gagal di Jakarta, tidak
diterima di STAN karena engkau akan dijadikan profesor di UNY. Jadi ketika orang
itu menghadapi kegagalan, jangan patah semangat karena masih tanda ada yang
berputar. Orang timur spiritualnya itu sumbernya orang yang bersyukur,karena
bersyukur berarti tidak apa-apa, masih berusaha, kecil sedikit tidak apa-apa,
masih berusaha, punya daya tahan. Belum sekarang, mungkin lain waktu usaha
ikhtiar terus menerus sekali dua kali belum mau tegur sapa barangkali yang
kelima udah mau ditegur sapa.
13. Apakah
bisa dikatakan setiap kegiatan berfikir itu berfilsafat?
Jawab :
Jadi saya
mendefinisikan filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada. Anda pun demikian. Orang
barat mendefinisikan filsafat sebagai olah pikir, sedangkan kalau sudah ke timur
tidak cukup kalau hanya olah pikir saja. Kau tidak akan mungkin bertemu sama
Tuhan kalau hanya dipikirkan saja. Ketemu dia ke timur sama Imam Ghazali. Kalau
mau ketemu Tuhan sekarang sholat. Kalau Tuhan mengijinkan akan ketemu Tuhan
kamu. Maka timur ada ontologi gerak, ibarat tidak ada. Hanya di timur saja yang
ada ontologi gerak. Jadi di timur, filsafat bukan hanya sekedar pikir saja,tapi
juga hati. Olah hati olah pikir bijaksana. Maka bijaksana orang timur dan barat
itu beda, bijaksana orang barat mencari karena tadi panah lurus. Bijaksana
orang timur itu memberi karena orang timur. Karena orang timur dikatakan
bijaksana kalau memberi, maka tumbuh subur korupsi. Apapun caranya yang penting
aku bisa memberi. Apalagi sebagai pejabat terhormat, katakanlah untuk lebaran.
Yang memberi itu pasti kelihatan di media masa dan sebagainya kalau korupsi kan
gambling dia tebak-tebakan. Kalau
tidak ketahuan alhamdulillah, kalau ketahuan ya mau bagaimana lagi. Maka
korupsi di Indonesia tumbuh subur. Karena valuenya
memang begitu, jadi seorang pemimpin itu
adalah memberi. Walaupun darimanapun hasilnya. Kemudian saya berumur 40 tahun
masi kuliah, 47 masih kuliah. Saya lulus doktor itu tahun 50 saya. Ulang tahun
ke 50 saya baru doktor. Itu kalau di barat saya dinilai bijaksana. Semakin tua
masih kuliah bijaksana. Orang yang bijak itu orang yang mencari ilmu, tapi di
timur saya ditertawakan. Tapi kalau di barat, waktu mengambil Master itu
orang-orang sudah tua ada. Dia pensiunan daripada menganggur, dia kuliah. Sekedar
bahwa untuk agar hidupnya ada isinya pengisi waktu saja dia ikut kuliah. Jadi
kuliah sebagai salah satu tempat bercengkerama. Tapi dia diformalkan.
PERTEMUAN KE IV
Tanya jawab seputar
filsafat
1.
Apa makna hipnotis jika dilihat dari
segi filsafat?
Jawaban
:
Hipnotis
itu psikologi terapan. Terus teorinya ditinggal, jadi terapan. Sama dengan kuda
lumping. Hipnotis itu tidak perlu terlalu ribet dengan teori-teori. Dalam
bahasa jawa dia mempunyai ilmu titen. Mempunyai kumpulan berbagai macam terapi
perilaku kalau orang dibeginikan itu akan begini, dibeginikan akan begini. Sudah
ada rumusnya. Semacam rumus. Rumus tidak harus dalam bentuk rumus abc, tapi
bisa dalam bentuk penjabaran atau indikator, orang itu punya sifat-sifat
seperti ini, seperti ini. Kalau rambutnya begini sifatnya begini. Terapinya
seperti ini, seperti ini. Dan dia tidak akan bisa menjawab hipnotis itu kenapa
orang bisa begitu, begitu, begitu. Walaupun dia mengaku bisa menjawab, tetapi
juga tidak seperti yang diharapkan. Sama saja dengan pelaku kuda lumping itu
yang kesurupan. Kesurupan itu gejala jiwa, karena dipengaruhi oleh intuisi
tertentu. Satu intuisi menutup intuisi yang lain. Dan dia juga menunjukkan
gejala tertentu.
Manusia
mempunyai bermilyar-milyar intuisi, meliputi yang ada dan yang mungkin ada.
Intuisi handphone, tut tut responnya cepat sekali, punya intuisi dia. Intuisi
kacamata, kertas, tulisan, ruang, dan waktu. Intuisi istri. Kok cepet sekali
pak responnya?Ya itu istri saya. Intuisi lawan, musuh, senjata, intuisi yang
ada dan yang mungkin ada. Prinsipnya hipnotis maupun kuda lumping maupun
kesurupan itu, intuisi yang lain-lain, dimunculkan satu, didominasikan. Namanya
dilatih. Tapi yang bersangkutan, pelakunya dikenakan terapi itu tidak bisa
menjelaskan, mengapa saya begini. Jadi dia hanya menjelaskan saja. Hatinya
tidak sadar dan sebagainya. Lalu, itu hipnotis reduksi. Dunia piknik, dunia
hura-hura, dunia kuliah, dunia belajar, dunia membaca, dunia berpikir,
dihilangkan, direduksi, sehingga masuk ke dunia kesurupan. Dunia kesurupan
pasti ada ikonnya, yaitu suara yang berirama, bertalu-talu, kemudian penenangan.
Doa doa itu untuk menenangkan, mengkhusukkan hati, dan sebagainya. Dengan menciptakan suasana yang bisa menarik
intuisi. Ketika ilmu zaman barat dulu tentang Yogyakarta melihat gending jawa
dulu, seperti orang yang, , kalau orang, minum narkoba mungkin sakau, tapi
kalau ini, bukan, bukan karena apa-apa, intuisi nya terbalik, seakan-akan sudah
sampai surga dia. Merasa, menikmati, enak sekali, nonsentif atau apalah
namanya.
Kenapa
orang bisa tertipu, karena dia hidupnya shodaqoh, pelesir, berpesiar dengan
kedua keluarga itu, semua dikuras, dimasukkan, dipilih, dipilih, direduksi
menjadi, dunianya menjadi uang. Ikonnya uang yang digandakan. Jadi, tentunya
hidup itu permainan intuisi, intuisi. Intuisinya kita mau ke mana-mana. Anda
bisa saja. Karena menggunakan handphone sudah lengkap, canggih dan sebagainya.
Anda tidak pelihara, anda hilangkan intuisi ruang dan waktu; sekarang aku dont care, tak peduli utara selatan, aku
gunakan saja handphone. Suatu ketika handphone nya kebalik, sholatnya juga
kebalik. Jadi intuisi sangat penting. Intuisi adalah pengalaman, intuisi
seorang kokal lain dengan jenderal. Karena ada yang intuisi bilangan bilangan,
ada yang intuisi apa. Orang mengatakan secara psikologi kalau istilah psikologi
itu indera ke 6. Kalau filsafat cukup intuisi.
2.
Apakah bapak setuju dengan metode saintifik?
Jawab
:
Filsafat
itu bukan masalah setuju dan tidak setuju. Filsafat itu seberapa jauh, engkau
mampu menjelaskan metode saintifik. Maka sebenar-benar filsafat adalah
penjelasanmu itu. Dan kalau engkau itu bersikekeh, bersikukuh, mitos, kalau
sudah jelas sekali, mitos. Ya, kalau fanatik, ya kejebak dalam ruang dan waktu
yang gelap menurut filsafat. Kenapa? Metode saintifik hanya satu dari sekian
ribu metode yang ada. Mungkin semilyar yang ada. Kenapa hanya satu. Hidupmu
sudah terpilih menuju ke metode saintifik saja. Itulah ruginya kurikulum 2013.
Itulah yang dia tidak sadari dosanya Pak Menteri. Mengiring seluruh indonesia
untuk metode saintifik. Agama metode saintifik. Bahasa metode saintifik.
Menikah metode saintifik, percobaan. Setelah itu kesimpulannya tidak jadi
nikah. Kurang ajar banget metode saintifik. Matematika aja kalau tidak memakai
logika, bagaimana mau mengamati. Amatilah bilangan 7. Bilangan 7 kurus ditambah
bilangan 7 gemuk, sama dengan 14 kurus. Misalnya. Pengamatan. Yang diamati apa.
3.
Bagaimana kriteria seseorang dikatakan berhasil dalam menuntut ilmu?
Jawab
:
Setiap
saat orang berhasil, setiap saat orang mengalami kegagalan. Dia hanya tidak
merasa. Kalau merasa, dia berhasil, dia, rugi separuh dunia, karena dia tidak
menyadari kegagalannya. Kalau dia hanya merasa selalu gagal terus, merugi separuh
dunia karena dia tidak menyadari keberhasilannya. Filsafat itu harus selalu berusaha
adil, seimbang, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
4.
Bagaimana konsep siap menurut filsafat?
Jawab :
Siap
menurut filsafat itu, berarti refleksi diri. Refleksi diri untuk ke depan.
Diturunkan menjadi semi psikologi itu komunikasi. Persiapan adalah komunikasi
internal di dalam diri kita. Kalau orang mau menikah, persiapannya sudah
membayangkan terlebih dahulu calon istri dan calon suami supaya jangan
terkejut. Masa melihat calon suami terkejut, melihat calon istrinya terkejut.
Berarti tidak ada kesiapan ini. Dan diturunkan menjadi rediness. Itu psikologinya sangat penting sekali. Itu kesiapan. Kesiapan
kita mengandung unsur timeline.
Artinya berjalannya potensi dan impian. Jadi kesiapan itu bagian daripada
hermeunitika. Dan ternyata tiadalah kesempatan itu yang bersifat tetap dan
berhenti. Walaupun kesiapan pun dalam keadaan berjalan. Dan bergerak.
Bergoyang-goyang. Siap, siaga. Dipukul ya sudah jatuh. Kesiapan yang paling
baik ialah, itu, bergoyang-goyang. Hermeunitika. Jadi kalau kamu udah siap?
Sudah. Itu mitos. Tidak ada orang yang sudah siap dalam filsafat. Yang benar,
bagaimana kalau ditempatkan? Ya, sedang. Sedang bersiap-siap. Dan itu tidak ada
akhirnya. Karena akhir juga mitos. Tiadalah sebenar-benar akhir, kecuali akhir
absolut. Itulah dogma agama. Kalau sudah kiamat, akhir daripada absolut.
Ternyata walaupun akhir dari absolut pun masih diteruskan. Setelah kiamat masih
ada pertimbangan-pertimbangan perbuatannya.
5.
Bagaimana filsuf memandang surga dan neraka jika tidak ada yang salah?
Jawab
:
Jangan
salah! Jadi filsafat itu hakikat metodologi etik, estetika. Jadi, benar, baik,
dan indah. Tiga itu jika dikombinasikan jadi berapa. Itu dieksperimenkan. Benar,
baik, dan indah. Benar, baik, tidak indah. Benar, tidak baik, indah. Benar,
tidak baik, tidak indah. Demikian seterusnya. Dieksperimenkan. Berfilsafat,
seperti apa contohnya. Itu etik dan estetika. Etik itu baik buruk. Estetika itu
keindahan. Epistemologi, benar salah. Ontologi hakikatnya. Tidak ada yang
benar, tidak ada yang salah. Kamu itu terjebak di ruang yang gelap. Tapi untung
kau bukan jendela dan pintu. Sintesis. Mampu bertanya. Sehingga itulah pikiran.
Benar dan salah di dalam pikiran. Ya misalnya 2 + 2 = 4. Benar apa salah? Ya
kalau modulonya bilangan berbasis 3, apa ada bilangan 4. Tidak ada. Jadi benar
salahnya tergantung ruang dan waktu. Ini pikiran. Belum sampai ke surga dan
neraka. Benar dan salah itu domain pikiran, sedangkan surga dan neraka itu
domain hati.
6.
Bagaimana pengaruh filsafat terhadap perkembangan teknologi?
Jawab :
Hubungan
filsafat dan perkembangan teknologi adalah cerita Resi Gutawa. Konon dulu kala ada seorang Resi bernama Resi
Gutawa. Resi yang maha sakti. Sakti itu artinya kata-kata bisa menjadi
kenyataan. Sakti. Pak rektor itu sakti. Kata-kata bisa menjadi kenyataan. Besok
saya angkat jadi pegawai, diangkat betul. Kalau seperti kamu, kamu itu belum
sakti. Gubernur itu sakti. Ya. Presiden sakti itu. Antara omongan menjadi
kenyataan kalau zaman dulu namanya resi. Yang bisa menyatukan langit dan
buminya. Maka apapun yang terjadi, seorang pemimpin itu pasti hebat.
Resi
Gutawa mempunyai istri yang sangat cantik. Saking cantiknya istri itu, dewa kepincut.
Naksir. Padahal tahu kalau sudah punya suami. Kemudian ada sorang dewa yang
hebat juga, dia punya yang namanya Cupu Manik Astagina. Kalau zaman sekarang,
namanya adalah HP. Dewi Indradi, istri Resi Gutawa, sangat terterik dengan Cupu.
Dia lalu menggunakannya dan lupa waktu. Sampai-sampai ditanya sama suaminya apa
saja tidak menjawab. Dia juga sampai lupa anak, lupa mandi, lupa makan, lupa
ibadah, lupa tidur. Resi Gutawa lama kelamaan jengkel dan akhirnya dia
berkata,”Kalau begitu, kukutuk kau menjadi patung.” Jadilah Dewi Indradi
patung.Orang sakti itu begitu. Kata jadi kenyataan. Begitu juga orang tua.
Jangan bikin orang tua marah. Orang tua marah, kamu jadi batu.
Diambillah
cupu manik itu oleh Resi Gutawa dan dilempar sana jatuh ke bengawan. Bengawan
itu sungai besar atau danau. Anaknya yang 3 orang, 2 laki-laki dan 1 perempuan,
tampan dan cantik, berlarian. Mengejar yang sudah dilempar oleh bapaknya itu.
Begitu mencebur ke air, langsung berubah wujud, dua orang satriya anaknya, Guarso
dan Guarsi langsung berubah jadi Sugriwa dan Subali. Yang putri tadi, Anjani,
berubah menjadi kera.
Apa
pelajarannya? Pelajarannya persis seperti ketika kita punya handphone, senang
ada hanphone baru, download aplikasi. Luhur lewat, ashar lewat, maghrib pun
lewat, isak lewat, subuh lewat, luhur lagipun lewat. Ada truk lewat juga tidak mengerti.
Suaminya lewat tidak mengerti, anaknya lewat tidak mengerti. Siapa itu? Saya,
kamu, tidak peduli laki-laki perempuan, kyai, tokoh agama juga. Sekarang
teknologi seperti itu. Ternyata sudah tercapai cita-citanya kehidupan
kontemporer untuk membuat patungisasi masyarakat dan memasyarakatkan patung. Kita
semua telah menjadi patung-patungnya kehidupan kontemporer. Kalau kita punya
tapi kita tidak mampu menggunakan secara bijaksana. Seperti itulah kejadiannya.
Apa
hikmah yang terpetik dari berubah wujudnya Guarso dan Guarsi itu?Juga Anjani yang
jadi jadi monyet? Habis shubuh, hati bersih pikiran lurus. Malah membuka
internet. Tidak terasa sudah jam 8 pagi, pikiran sudah bengkok hati sudah
kotor. Sekali sentuh langsung menuju neraka.
Ya itulah, kita telah berubah wujud menjadi monyet. Dan tak terasa seperti
berubahnya Guarso menjadi Sugriwa, Guarsi menjadi Subali. Saling mencemooh
temannya yang satu dengan yang lain, setelah berkaca baru tahu dia. Setelah
datang ke kuliah filsafat, baru tau bahwa kita telah berubah bentuk menjadi
monyet. Itu jawaban dari pertanyaan
hubungan antara filsafat dan teknologi. Luar biasa. Luar biasa itu batas. Itu
maksudnya berfilsafat itu seperti itu. Filsafat itu struktur. Setiap berbicara
itu menuju struktur. Jadi tidak ada sifat filsafat itu singkat-singkat itu.
Saya jawab singkat itu ikon saja. Ikon itu berbahaya. Pertanyaan saya
sebetulnya jawabannya salah semua itu. Kalau ditelusur. Karena berbahaya. Jadi
pada level itu, itulah jatahmu sekian itu. Nol saja lah nilainya itu. Biar bisa
bercermin seperti tadi Guarso bercermin. Kalau masih ditutup dengan
kesombongan, cerminnya, tidak akan kelihatan dia.
7. Bagaimana filsafat memandang
perkawinan sejenis?
Jawab
:
Pertanyaan
yang satu ini tidak usah dijawab. Ngeri-ngeri tidak sedap. Dari pada berpikir
ke situ lebih baik tidak memikirkannya. Ada hal-hal yang seperti itu. Membaca saja
mau muntah, apalagi memikirkan dan mendiskusikan. Lama-lama menjadi
pengikutnya. Lupakan saja tidak usah dipikir terlalu panjang lebar. Karena
nanti cara mereka itu termasuk, awalnya, dipaksa. Berikutnya dia tidak
menyadarinya, berikutnya diberi toleransi dalam pikiran untuk mendiskusikannya
dan seterusnya dan seterusnya. Kalau sudah menyangkut karakter, tunjukkan
karakter kita apapun filsafatnya. Ngeri sekali bayangkan dari awal kamu
tega-teganyanya kita mau diskusi. Berfilsafat ada batasnya. Itulah maksudnya
batasnya. Jangan sembarang semua bisa ditanyakan. Jadi orang ketemu itu, sifat
ketemu sifat. Sifat penipu ketemu sama sifat yang memang bisa ditipu. Bahkan
kita supaya tidak ditipu, kita supaya jangan melakukan kesalahan dosa pun,
berdoa. Berdoa itu cegah, tangkal dini. Tuhan itu menjamin kalau engkau itu
berdoa dan dikabulkan sama Tuhan, di masukkan dalam kapsulnya Tuhan. Kalau sudah
dimasukkan dalam kapsulnya Tuhan, keselamatan dunia dan akhirat dijamin. Jadi
berdoanya adalah supaya aku selamat.
Tapi
yang transgender saya harus terangkan. Itulah yang namanya the power of mind. Ada cerita, seorang artis di Amerika, dia mempunyai
anak perempuan. Padahal dia adalah artis
gulat dan tinju. Dia tidak mau menerima. Pokoknya anaknya harus mempunyai jiwa
laki-laki. Sejak kecil, anaknya diberi celana dan selalu terapi memakai
olahraga body buliding. Lama-kelamaan,
jiwa, pikiran,dan hati anaknya, semuanya laki-laki. Kecuali satu, fisiknya
perempuan. Ketika umur 35 tahun, dia ditayangkan di televisi. Saat
diwawancarai, dia di persimpangan jalan. Karena ternyata dia ditaksir juga oleh
orang laki-laki. Padahal jiwanya laki-laki. Maka dia ingin menunjukkan diri
supaya dia betul-betul tampak seperti laki-laki. Maka dia melakukan tahap-tahap
operasi. Operasi pertama, operasi pengangkatan payudara. Juga suntik hormon. Suntik
hormon ternyata membuat suaranya berubah, dari suara perempuan berubah menjadi
suara laki-laki. Demikian seterusnya, akhirnya, jadilah dia laki-laki tulen
dengan berbagai macam operasi dan seterusnya. Kalau jalan dia tomboi, tidak ada
yang menyangka kalau dia dulunya wanita. Akhirnya dia mempunyai pacar
perempuan.
Itu
bahayanya the power of mind yang
tidak dibatasi oleh agama. Maka, sebelum engkau mengembarakan pikiranmu,
kendalikan melalui agama. Berdoalah
supaya tahu mana yang baik dan yang buruk. Kalau yang sudah terlanjur ya sudah.
Perbaiki sebagai wacana karena filsafat itu sebagai wacana. Kita toh sudah
dipagari dan kita itu tahu. Jadi kuncinya adalah pada agama.
Baiklah
saudara, demikianlah apa yang bisa kita kerjakan bersama-sama sebagai bekal.
Gunakan teknologi secara bijaksana agar kita tidak menjadi patung. Belajar itu
seperti berdoa terus-menerus tiada kenal ruang dan waktu. Filsafat batas
penyembuhan menyentuh hati dan spiritual kita masing-masing. Perasaan senang dan duka biasa yang penting
tetap selalu berdoa.
PERTEMUAN V
Jumlah
guru itu sekarang sedang booming. Semua ingin jadi guru karena sertifikasi.
Universitas yang memproduksi guru sekarang banyak sekali. Sehingga semangatnya
sekarang mempersulit S1. Kalau S2 mungkin dipertimbangkan. Jalur yang berbeda
untuk jadi guru itu S2. Kontinu studi. Sehingga dengan sendirinya akan
tersaring, guru minimal S2. Dosen minimal doktor. Kalau bisa kuliah itu
cepat-cepat.
Pekerjaan
itu harus dikerjakan, jangan terlalu banyak dipikir. Hidup itu kerjakanlah
pikiranmu dan pikirkanlah pekerjaanmu, sebenar-benar hidup begitu. Namun, kalau
begitu baru 1/3 dunia. Kalau dari awal, kalau dari tengah sudah separuhnya.
Yang separuhnya apa? Hatinya. Pikirkanlah doamu, doakanlah pikiranmu.
Kerjakanlah doamu, doakanlah pekerjaanmu. Pikirkanlah yang ada dan yang mungkin
ada. Kerjakanlah yang mungkin ada. Harus ada proses supaya yang ada itu berada
dalam pikiran saya.
Berikut beberapa pertanyaan
dan jawaban di perkuliahan :
1.
Apa konsep pengabdian ?
Jawab
:
Mengabdi
itu apa? Dalam filsafat itu apapun dalam filsafat itu adalah bicara tentang
struktur berdimensi di dalam pikiran. Dan pikiran itu ternyata adalah pintu
gerbang menuju duniamu masing-masing. Tapi kalau saya katakan begitu tidak
cukup. Karena tidak hanya pikiran yang menjadi pintu gerbang tapi hati kita
masing-masing. Maka baik buruk dunia tergantung hatimu. Makna dari dunia
tergantung pikiran. Pikiranmu maknanya apa ya itulah maknanya. Hatimu
mengatakan apa ya itulah hati kita. Jadi berstruktur. Yang ada paling genus
paling sederhana itu Anda itu. Pun berstruktur. Dan strukturnya itu punya
bentuk dan isi. Forma itu ada isi ya isi. Maka kalau ada pertanyaan apa konsep
pengabdian di dalam filsafat, yang bertanya berstruktur hierarki, yang
ditanyakan juga berstruktur hierarki. Pengabdian juga berstruktur hierarki.
Maka apa pengabdian yang paling sederhana, apa pengabdian yang paling rendah,
dan apa pengabdian yang paling tinggi. Yang paling rendah itu ketemu
genusnya.genus itu potensinya. Potensi itu cikal bakal, bibit kawin atau gatra
nya. Ada dua macam gatra, yaitu gatra takdir dan gatra ikhtiar. Maka abdi,
pengabdian, mengabdikan diri itu gatra takdir dan gatra pengabdian. Pengabdian
sebagai salah satu keadaan atau sifat-sifat. Mempunyai gatra. Misalnya seorang
kyai terlahir sudah membawa genus. Kalau biologi istilahnya genetika. Gen di
dalam sel. Kamu juga bisa berusaha agar besok ingin punya anakpun bisa berusaha
agar genetikamu itu anakmu besok seperti apa. Dengan pikiranmu. Itu namanya
potensi, bawaan. Genetika yang diteliti orang adalah genetika yang diam.
Sedangkan saat saya bilang kita dapat mempengaruhi keturunan saya dengan
perilaku sekarang saya, itu genetika yang berjalan. Genus yang berjalan.
Sehingga kalau sekarang Anda rajin mengaji dan jadi kyai yang hebat, kalau
bukan cucumu, anakmu, besok keturunan ke 10 kemudian jadi kyai hebat. Kalau
sekarang saya profesor ada kemungkinan cucu saya buyut saya juga ada yang
profesor. Itu genusnya. Maka pengabdian juga begitu. Mengabdi itu adalah sifat
dari suatu sifat keadaan obyek terhadap subyeknya. Kalau obyek sesama obyek
namanya bukan mengabdi. Tetapi mengabdi itu bukan istilah filsafat. Itu istilah
sosiologi dan psikologi. Kultural budaya. Sehingga kerajaan itu ada abdi dalem.
Dalam filsafat itu mengabdi itu hanya sifat. Hubungan antara sifat yang satu
dengan sifat yang lain. Keadaan seperti itu digambarkan oleh etik dan estetika.
Etika benar salah, estetika keindahan. Benar, salah. Maka filsafat itu hakekat,
kebenaran, keindahan. Dimix.
Hakekatnya hakekat yang benar dan indah, tidak benar indah, tidak benar tidak
indah dsb. Naik sedikit spiritual. Doamu tentang siapa dirimu. Kebenaranmu yang
baik dan indah. Sholat di pasar di keramaian orang bisa juga tapi mungkin tidak
indah. Tapi kalau sudah masuk ke dalam keindahan, subyektif. Diri kita
masing-masing. Jadi pengabdian itu kalau mau ditelusuri kaitannya dengan sosio
antropologi.
2.
Bagaimana pandangan filsafat tentang multiple-intelligent?
Jawab
:
Kecerdasan
ganda otomatis dengan sendirinya. Di filsafat tidak hanya ganda tapi unlimited multiple. Itupun saya belum
cukup menyebutkannya. Kecerdasan tentang apa? Tentang yang ada dan yang mungkin
ada. Cerdas sama istri. Cerdas terhadap suami. Cerdas terhadap rumah tangga.
Cerdas terhadap sekitar. Cerdas terhadap pimpinan. Cerdas terhadap lingkungan.
Cerdas terhadap kata-katanya sendiri. Cerdas meliputi yang ada dan yang mungkin
ada. Dan seterusnya. Itu filsafatnya. Maka supaya bisa menembus ruang dan waktu,
tahu sopan santun. Baca, baca, dan baca. Apa beda filsafat dengan psikologi?
Kalau filsafat itu duduk di lobi, kalau psikologi sudah masuk gang-gang.
Sehingga psikologi ada dua macam , terapan dan wacana. Sebagian dari psikologi
wacana atau naratif itulah filsafat. Intelligent juga diperdalam lagi dan
diekstensikan. Jadi intelligent juga berstruktur berhierarki, yang dipikirkan
juga berstruktur berhierarki. Dunia ketemu dunia terwakili oleh ikoniknya.
Bacalah elegi menggapai dasar gunung es. Filsafat itu jauh melampaui batas.
Lompatilah diri sendiri, dan percaya sama Tuhan. Jadi banyak sekali jawabannya.
3.
Bagaimana konsep doa dalam filsafat?
Jawab
:
Ini
penting. Jadi salah besar kalau saya ngomong konsep doa dalam filsafat itu apa.
Awalannya sudah salah itu. Maka kakiku mendefinisikan, tanganku mendefiniskan,
mataku sedang mendefinisikan apa itu doa, pikiranku, seluruh hidupku yang ada
dan yang mungkin ada itulah kalau kamu lihat definisi saya tentang doa.
Sebagian bisa dibaca elegi ritual ikhlas. Membacanya harus urut. Jangan
langsung yang terakhir. Tidak akan selesai diterangkan. Kalau saya terangkan
sampai tuntas saja, dari saya lahir sampai sekarangpun saya sudah berubah jadi
besok. Sekarang dan besuk bagaimana penjelasannya? Maka sebenar-benar filsafat
adalah penjelasanmu. Sebenar-benarnya penjelasanmu adalah aktivitasmu. Jadi nonsense kalau belajar filsafat tanpa
membaca. Spiritual saya ada referensinya. Jadi independen tidak terkotak-kotak.
Bergaul dengan orang NU, Muhammadiyah. Tapi kalau aliran sesat tidak bisa.
Filsafat itu tulus tidak tipu-tipu. Ilmu itu ikhlasnya. Anehnya zaman sekarang
banyak orang tergoda. Gara-gara duit. Memalukan. Tercoreng budaya jawa. Itulah
akibat dari krisis seluruh dunia. Maunya hidup enak, cepat, murah, tapi hasilnya
besar. Itulah pentingnya berfikir kritis. Tapi mau berfikir kritis juga takut
dibunuh. Itulah memang kejam kalau sudah sampai tatanan material. Whatever. Namanya spiritual material ya
spiritual. Materialnya material ya material. Dan sebagainya.
4.
Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dlm
filsafat?
Jawab
:
Sejak
awal filsafat sampai akhir zaman nanti tentang pengetahuan dan ilmu pengetahuan
dan olah pikir. Persoalan di dalam filsafat ada dua macam. Dan dua macam ini
tidak pernah tercapai. Bisanya hanya berusaha mencapai. Yang pertama adalah
menjelaskan apa yang engkau ketahui yang ada di dalam pikiranmu. Contohnya, saya
itu di dalam pikiran saya ada istri saya. Saya tidak akan mampu menjelaskan
siapa istri saya. Andaikan saya mampu menjelaskan dari awal zaman sampai
sekarang sebelum saya mengakhiri penjelasan, saya sudah berubah menjadi saya yang
nanti. Masih ada tersisa,saya yang nanti itu belum tahu istri saya seperti apa.
Apalagi besok. Siapa tau mudah-mudahan istri saya tambah cantik. Belum saya
terangkan. Padahal tadi menerangkannya sudah tuntas. Dan itu belum tercapai.
Jadi sebenar-benar manusia tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang kau
pikirkan, hanya berusaha saja. Caranya bagaimana, reduksi menyebut berbagai
sifat kunci dalam batas tertentu di mana semua orang satu dengan yang lain
pengetahuannya sama. Engkau tidak mampu menjelaskan Pulau Lombok itu. Tapi
sampai di situ saya terima sampai batas persepsinya, oke saya setuju. Tapi Lombok
masih banyak sekali yang masih diungkap, tidak mampu semua dijelaskan. Kenapa
kamu bisa menggambarkan Pulau Lombok seperti itu?Karena kamu ada. Ada pulau
lombok di dalam pikiranmu, adanya di dalam pikiran karena melalui rasio dan
pengalaman. Berhemeunitika. Menit demi menit. Seperseribu menit demi
seperseribu menit. Yang kedua adalah mengetahui apa yang di luar pikiran saya.
Yang di luar pikiran saya adalah Pulau Lombok untuk level ini. Tapi kenapa saya
bisa berbicara Pulau Lombok? Karena Pulau Lombok itu sudah ada di pikiran saya.
Maka Pulau Lombok ada yang sudah ada di pikiran saya, ada yang masih di luar.
Yang ada di dalam pikiran saya masih mungkin ada. Tapi yang lain saya belum
lihat. Itu yang ada diluar pikiran saya. Maka sebenar-benarnya saya hidup
adalah mengadakan yang mungkin ada. Maka kerjakanlah hidup itu jangan
malas-malas. Karena kamu sadar dan tidak sadar itu selalu luar biasa. Kita
perlu hijrah supaya dapat pengetahuan baru. Tidak usah jauh-jauh. Buka korden
itu hijrah. Kamu jadi tahu gimana cara buka korden. Hi tech. Tidak terasa sudah hijrah. Hebat itu sesuai dengan ruang
dan waktu. Petinju hebat ketika sudah bisa mukul KO. Kamu keren karena baca
blog dan banyak komen, di filsafat ilmu. Dan sebagainya. Ketika saatnya sedang
dimintakan menunjukkan, hebat itu. Maka pikiran manusia macam-macam
perkembangannya. Mulai dari awal sampai ahir zaman. Selalu di baca pada timeline perjalanan, karena kedudukan
pengetahuan itu dari awal sampai akhir zaman, dan sebenar-benarnya ilmu
pengetahuan itu adalah epistemologi atau filsafat ilmu. Tapi filsafat ilmu
tidak ada apa-apanya kalau tidak ada ontologi dan aksiologinya. Satu kesatuan.
Seperti segelas teh tidak akan punya makna kalau tidak ada gelasnya. Harus ada
wadahnya.
5.
Apakah dalam filsafat seseorang pasti
menemukan kebenaran?
Jawab
:
Di
sini pasti itu kasar sekali karena kita sedang bicara tentang relativitas.
Jangankan orang berfilsafat, membaca blog saya saja, tentang jebakan filsafat.
Kalau saya menerangkan jebakan filsafat, elegi itu tidak akan ada maknanya
lagi. Karena setiap elegi adalah tantangan buat kita. Anda ditantang untuk
berpikir. Ayo pahami saya. Elegi itu begitu. Kalau anda belum baca ya tidak ada
gunanya. Mau baca lagi silakan. Jenuh itu ujian. Bedanya S1 dan S2 kamu
mengalami kejenuhan karena sudah pernah baca. Itu godaan. Jadi jebakan filsafat
artinya sebagian besar dari komentarmu itu salah. Kenapa salah?Tidak cocok
dengan pikiran saya. Sebagian salah. Engkau seakan-akan sudah mengerti. Itu
jebakan filsafat. Merasa bisa tapi tidak bisa merasa. elegi menggapai rumahku
yang besar, Anda bilangnya, membuat rumah jangan besar-bear. Berarti sudah
tidak paham maksudnya. Elegi tukang cukur, wah saya tidak mau jadi tukang
cukur. Itu yang tidak paham apa yang dimaksud. Makanya di sini berpacu. Saya
berpacu dengan penjelasan saya, Anda berpacu dengan membuat komen. Bikin komen
yang serius tapi jangan terlalu serius, bahaya. Temukanlah dirimu sendiri di
situ. Berkiprah. Sebenar-benarnya ziarah filsafat itu pelajarilah pikiran
mereka itu. Dengan baca, baca, dan baca. Tengok ke hatimu masing-masing.
PERTEMUAN
VI
Berikut adalah beberapa
pertanyaan dan jawaban perkuliahan filsafat pertemuan ke-6 :
1. Bagaimana
pandangan filsafat tentang zodiac?
Jawab
Ketika
hidup di khatulistiwa dengan di dekat kutub, ada beda perilaku akibat dampak,
dan seterusnya. Saya di Inggris 1,5 th, kedinginan, tapi udaranya kering. Yang
saya khawatirkan rematik itu tidak jadi. Malah sehat. Di sini udaranya lebih
lembab. Kalau lembab tu pikiran dan pertanyaan saya. Jamur itu tumbuh di
mana-mana. Bakteri tumbuh di mana-mana. Kalau di sana kertas itu kemerincing. Jadi
saya sering kena salju kedinginan kena angin macam-macam, tidak terasa saya
pegang-pegang pipi saya ini halus dan lembut. Saya berkaca-kaca dan tambah
putih kulit saya seperti bayi. Setelah pulang ke sini kembali seperti semula.
Apalagi yang lahir di sana dan besar di sana. Jadi tempat tinggal itu
menentukan tabiat dan karakter seseorang. Itu dasarnya menurut saya. Zodiac itu
apa dari sisi filsafat? Zodiac itu pikiran manusia. Manusia mau membuat 1 tahun
1000 bulan tidak ada masalah. Kita kebetulan 1 tahun 12 bulan. Nanti jika kita
ketemu alien kita tanya tempat kamu,
tahun berapa di bulan?Seribu bulan. 1 minggu 30 hari tidak masalah. Semua itu
adalah pikiran. Zodiac itu juga pikiran sehingga kalau dipetakan, bumi khatulistiwa
yang ada disini. Matahari pas di katulistiwa bulan apa?Kalau tidak mengerti
mana mungkin bisa membuat zodiac. Tidak tahu matahari dari sisi relatifnya
terhadap bumi. Ya itu kualitas pendidikan di Indonesia, yaitu hapalan.
Satu
tahun pas juga dengan zodiac. Itu zodiac itu. Karakter itu dilambangkan. Juli Cancer,
kepiting. Dikategorikan orang bulan Juli kok seperti ini sifat dan karakternya.
Hati-hati sama dia nanti dijepit. Suka menyapit dan tidak bisa lepas. Leo,
tegas. Bisa keras, bertengkar kalau perlu sampai mati , jujur, tidak mau
spekulasi, tidak mau masuk air. Tapi kalau dengan Cancer jodoh karena saling
menjaga saling mengisi. Cancer itu kepiting bersembunyi di ketiaknya Leo.
Sebaliknya, leo itu kepiting kalau sudah menclok di Leo, Leo tidak bisa
apa-apa. Leo pasti setia. Pasti. Dari awal sampai akhir hayat. Tapi Cancer
jangan diganggu ketenangannya. Yang banyak ngomong itu sebetulnya hati. Nikmat
di dalam ketenangan. Bulan Juli kan. Pas kelangit sana digambar, bintangnya kok
sama seperti gambar kepiting. Di sana kok gambarnya kayak gambar singa. Tata
surya itu di atas, tata bintang di sana. Tergantung pikiran kita. Itulah
horoskop.
2.
Bagaimana filsafat memandang hemat?
Jawab
:
Hemat
itu berarti perhitungan ketelitian menembus ruang dan waktu. Secara psikologis,
kesadaran. Tetapi kesadaran pada suatu ruang tertentu yang terikat dengan
ruang-ruang yang lain. Sesuai ruang dan waktu. Kalau tidak sesuai ruang dan
waktunya, hemat bisa berubah menjadi pelit, dan semua yang ada dan yang mungkin
ada berstruktur. Hemat pun berstruktur. Hemat materialnya, hemat formalnya,
hemat normatifnya sampai hemat spiritualnya. Agama juga mengajarkan supaya kita
jangan berfoya-foya. Tadi saya ada rapat, tidak sempat makan rotinya. Tidak
usah membeda-bedakan manusia. Biasa. Saya juga tidak pernah bercita-cita menjadi
profesor. Jalani saja. Ternyata saya jadi profesor. Saya tidak sadar. Kamu yang
mengundang praf prof praf prof. Saya itu profesor. Sesuai dengan ruang dan
waktu. Menjadi fenomena saya di sini di luar sistem.
3.
Bagaimana pendapat bapak tentang PPG?
Jawab
:
Sekarang
itu lulusan LPTK terancam tidak bisa bekerja jadi guru saking banyaknya.
Lulusan sekitar 1-1,5 juta per tahun, sedangkan kebutuhan tenaga pengajar hanya
150 ribu per tahun. Kenapa?Dulu itu 10 tahun yang lalu lembaga pemroduksi guru
itu LPTK, mantan IKIP, UT, ditambah universitas tidak sampai 20. Karena gaji
guru sertifikasi booming, semua ingin menjadi guru. Tidak peduli.
Sehingga akibatnya muncul universitas-universitas swasta STKIP seluruh cabang
di Indonesia, ada 200 lebih. Dan itu kalau kita lihat ke daerah, logis. Karena
masyarakat di sana membutuhkan. Hanya masalahnya bagaimana skema pemerintah.
Sehingga menurut saya itu tidak elegan. Sekarang pemerintah itu skemanya
mempersulit guru. Jadi guru-guru sekarang itu mengajar nanti PPG. Begitu PPG,
belum tentu dia menjadi guru. Harus ada tes dulu, ujian tulis nasional, standarnya
80. Itu jalur PPG S1 profesi.
Maka
Anda itu tidakbisa meniru saya. Jadilah dirimu sendiri. Saya hanya memfasilitasi
saja dengan bacaan-bacaan. Silakan kalau sudah saatnya engkau jadi kompetitor,
jadi atasan silakan. Sesuai ruang waktu. Tidak perlu iri hati, dan sebagainya.
Habis kuliah mungkin bisa menulis di kompas malah senang harusnya disyukuri
seorang guru itu.
4.
Bagaimana menggapai ihlas dalam
ketidakadilan perlakuan kepada kita?
Jawab
:
Itu
perlakuan adil atau tidak adil antara manusia dan manusia itu duduknya di hermeunitika.
Hermeunitika itu kalau di barat, kalau di timur namanya silaturrahim. Kalau
dalam belajar di kelas itu interaksi pembelajaran kalau mau bikin gedung itu
diaduk dulu semennya. Pasti. Tidak mungkin semen, gamping dan batu hanya
dijejerkan begitu saja. Materialnya saja begitu. Sehingga keluarga saya
berantakan dulu baru kamu punya anak. Tidak karuan campur hati pikiran sush
sedih. Kalau begitu tidak ada gunanya nikah antara suami dan istri. Berantakan
dalam hati dan dalam pikiran itu ilmu. Jadi kuncinya komunikasi jangankan
manusia. Semen dan batu saja berkomunikasi,
5.
Bagaimana filsafat memandang suatu
kesimpulan?
Jawab
:
Kesimpulan
itu suatu formulasi keadaan pada suatu ruang tertentu dan waktu tertentu. Tapi
sebenar-benar kesimpulan itu duduknya di pikiran. Bagaimana apakah sudah campur
itu semen dan batunya?Sudah, disimpulkan udah keras. Apa mereka menyimpulkan
sendiri? Tidak. Tapi pikiran kita masing-masing. Maka sebenar-benar kesimpulan
adalah pikiran. Pikiran itu berstruktur hierarki. Berstruktur berhierarki
berhemeunitika antara wadah dan isinya pikiran dan kesimpulan. Apa wadahnya
kesimpulan? Kata-katamu tadi. Itu wadahnya. Tulisannya tadi wadahnya. Rumus
diskriminan, itu wadahnya. Maka sebenar-benarnya wadah dan yang mungkin ada
adalah kesimpulan. Mungkin ada saja sudah kesimpulan.
6.
Bagaimana filsafat memandang pergeseran
budaya daerah sendiri?
Jawab
:
Budaya
dengan filsafat itu berstruktur berhirarki. Melakukan perjalanan lampau
sekarang akan datang, dia berhermeunitika. Silaturahim antar awadah dan isinya
meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ya sudah mau diisi kesimpulan , budaya
dan batu, silakan, nanti tes berikutnya idealnya budaya. Tes berikutnya masih
menembus ruang dan waktu karena menembus ruang dan waktu ini strategis.
7.
Bagaimana seharusnya guru bersikap antara
kebijakan dan kenyataan?
Jawab
:
Ya
itulah yang namanya cerdas itu sopan santun terhadap ruang dan waktu. Sebagai
guru, sebagai pemerintah tugasnya melaksanakan kebijakan pemerintah. Itu
wadahnya isinya kreativitas guru melayani kebutuhan siswa. UN ya UN, cepat ya
cepat. Tapi guru yang bijak itu bisa membuat siswa berpartisipasi secara aktif.
Dengan berbagai macam teknologi dan sebagainya. Jangan mentang-mentang
pemerintah mempunyai peraturan begini, gurunya juga malah semakin menjadi-jadi.
Gurunya tidak bijaksana. Karena mencari celah-celah dan peluang. Aku masih
mengembangkan proses pembelajaran sesuai sunatullah dan kodratnya manusia hidup
seperti apa. Terjemah dan menerjemahkan interaksi berhemeunitika, dalam bahasa
jawa, cokro manggilingan awal akhir zaman.
8.
Bagaimana filsafat memandang kehidupan
setelah mati?
Jawab
:
Filsafat
ya. Dinaikkan sedikit spiritual. Diturunkan jadi filsafat. Filsafat itu olah pikir
sesuai pikiran kita masing-masing. Maka sebenar-benar filsafat adalah
penjelasanmu tentang kehidupan setelah kematian. Apa engkau tidak bisa
menjelaskan? Kalau aku yang menjelaskan maka engkau tertimpa bayang-bayangku.
Tapi
kalau saya adalah kematian itu, dari sisi pikiran dari sisi fenomena, kalau
filsafat, yang bisa dipikirkan itu fenomena, yang tidak bisa dipikirkan itu
noumena.
9.
Apakah sama filsafat di sini sebagai
pola pikir bahwa pancasila itu filsafat bangsa?
Jawab
:
Ya
filsafat itu berstruktur dan berdimensi. Materialnya, formalnya, normatifnya,
ternyata dirimu yang berstruktur dan berdimensi. Diriku yang berstruktur dan
berdimensi. Berkomunikasi tidak?Tidak pernah ketemu. Artinya filsafatnya
seorang yang sudah tua dan muda yang sudah punya pengalaman lain. Filsafat
diriku dan diri kita lain. Diriku subyektif, diri kita obyektif. Obyektif kecil
obyektif besar,narasi kecil narasi besar, dunia kecil dunia besar. dalam bahasa
jawa jagad alit jagad ageng. Atau
makro kosmis dan makro kosmos. Pancasila
seperti itu. Sebenar-benar pancasila dirimu sendiri. Bisa tidak kamu Ketuhanan
Yang Maha Esa. Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan? Dirimu sendiri itu
maksudnya. Orang salah paham , kalau sudah ditempel di tembok itu pancasila, mari kita resmikan. Sudah, selesai
di sana. Sudah sama saja itu. Semua kitab suci begitu, pedoman begitu. Buku
kalkulus juga begitu. Kalkulusnya di lemari, lemari terbakar. Apa begitu? Aku
masih di pikiran kalkulusku. Walaupun Al qur’annya tertimpa banjir , hanyut,
tapi masih ada di pikiranku. Maka sebenar-benarnya kita benci ada di hatimu
itu. Kalau pancasila khususnya adalah filsafatnya monodualis. Mono itu
habluminallah, dualis itu hablumminannas. Vertikal dan horizontal. Lengkap
pancasila itu. Sehingga bisa dipakai sebagai pegangan dan pedoman untuk
berbangsa.
10.
Apa hubungan antara hidup instan dan
daya tahan?
Jawab
:
Tergantung
juga perlu penelitian itu hubungan antara budaya instan dan daya tahan menyerap
atau tidak. Cari nanti korelasinya regresi.
Diteliti dulu. Mudah menyerah atau tidak. Kamu pertanyaannya sesuatu yang
perlu diteliti.
Jadi
kalau dikaitkan, itu penjelasan saya. Engkau bagaimana menjelaskannya. Tidak
ada suatu ide yang terisolasi itu tidak ada. Pasti ada sebab musababnya. Harus
bisa dijelaskan, harus ada penjelasannya. Maka budaya instan dengan menyerah,
yang satu mudah menyerah itu gejala jiwa. Itu psikologi. Sedangkan budaya
instan itu budayanya. Budaya lebih mendasari psikologi. Ada kaitannya bisa
dicari. Bisa dibreakdown dari
referensinya juga bisa secara intuitif saya juga bisa. Secara logika juga bisa
antara budaya instan dan mudah menyerah. Pertanyaanmu hanya di situ saja.
Menarik apa untuk dijawab berikutnya.
11.
Bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri
kepada siswa untuk menyampaikan pendapat?
Jawab
:
Ini
budaya. Jadi yang kita kerjakan setiap saat ini kan kamu bisa bercerita.
Bagaimana saya menumbuhkan skiap percaya diri anda dengan saya memfasilitasi Anda
untuk secara mandiri menjajak blog saya.
12.
Apakah filsafat ada batasnya?
Jawab
:
Ada
dan tidak. Immanuel Kant membuktikan dunia ini ada awal dan tidak ada awal
sekaligus, ada akhir dan tidak ada akhir sekaligus. Kalau dispiritualkan
bertentangan dengan agama. Kenapa bisa begitu? Itu pikiran tanda bahwa manusia
tidak sempurna. Buat orang-orang yang berpikir.
Namanya juga filsafat. Immanuel Kant bukan spiritualis. Mau mengaji
Immanuel Kant tidak ada. Jadi, jangan heran kalau dia mencipta buku,
menyimpulkan bahwa dunia itu ada awal sekaligus tidak ada awal. Logis itu.
Buktinya secara pikiran. Sempurna. Baca di sana juga bisa membuktikan dunia itu
sekaligus ada akhri dan tidak ada akhir. Gampang sekali mikirnya. Mari kita
hentikan pembicaraan ini. Mulai lagi. Kapan berakhirnya kapan mulainya. Itu
maksudnya. Manusia tidak akan bisa menemukan kapan berakhir kapan mulai. Itu
tandanya berfilsafat itu menjadi orang-rang yang bersyukur. Karena
sebenar-benarnya manusia dalam keadaan terbatas tidak sempurna dalam
kesempurnaan dan sempurna dalam ketidaksempurnaan. Jadi engkau saja ga bisa
mikir yang tidk bisa engkau pikir. Coba pikirkan apa yang tidak bisa engkau
pikir. Katanya mau jadi filsafat hebat. Itulah batas. Tidak usah jauh-jauh ke
mana ada di dalam diri kita masing-masing. Filsafat itu kemudian mengetahui
siapa diriku.ternyata aku tidak mengerti apapun.kesimpulannya, tapi setelah
kemana-mana. Tapi kalau belum ke mana-mana sudah begitu, kan namanya orang
malas. Sokrates menyimpulkan bahwa diriku tidak mengerti apapun.
13.
Filsuf itu tidak ada tapi orang bisa
mengakuinya. Bagaimana filsuf itu diakui?
Jawab
:
Ciri-cirinya
dia itu menulis atau ditulis orang lain. Seperti Sokrates itu tidak menulis
tapi ditulis oleh muridnya. Budaya menulis itu mesti ada. Yang kedua merangkum
dunia. Filsafat itu mesti merangkum dunia. Semua ada di situ isinya, dan itu
mengalir. Jadi kalau orang S3 filsafat itu kalau membuat disertasi itu tokohnya.
Kalau saya itu Immanuel Kant. Ada yang mengambil Plato, Descartes, Sokrates, dan sebagainya. Siapapun
yang diambil kena semua. Dari awal sampai akhir zaman. Tidak bisa saya hindari
pasti dibaca. Itu artinya kalau pengetahuan belum ada batulah dia itu. Kalau
sudah mulai, ada kesadaran, pecahlah batu itu. Sudah mulai banyak pengetahuan
udah mulai hancur-hancuran kerikil, kemudian jadilah debu. Jadilah udara.
Filsafat itu meliuk-liuk ke mana-mana.
14.
Bagaimana asal usul terbentuknya matematika?
Jawab
:
Dari
orang melihat. Sejarahnya begitu. Dari orang melihat kebutuhan hidup di lembah Sungai
Nil. Sawahku ini kemudian sawah sawah sawah ada banjir hilang lagi. Bertengkar,
rame macam-macam lama-lama pasang pasang pasang. Lama-lama memakai tali.
Macam-macam. Ada bentuk macam-macam. Ada geometri. Jadilah piramida-piramida.
Tingkat berikutnya di zaman, dibawa ke zaman ini jadi ada pembuktian rumusnya.
Dan seterusnya. Direvisi muncul geometri modern. Muncul pertimbangan matematika
formal aksiomatik. Hilbertianism. Kita itu pengikut Hilbert. Matematika
perkuliahan tinggi berdasarkan aksiomatis sampai sekarang muncul cabang-cabang
matematika teori grup analisis dan sebagainya. Hidup itu perjuangan jangan
hanya bertumpu tangan.
15.
Bagaimana filsafat memandang susunan
pembentuk manusia ideal?
Jawab
:
Semuanya
berstruktur, yang ada dan yang mungkin ada, ilmuwan Jepang dapat hadiah Nobel.
Karena dia bisa memfoto/mengidentifikasi/mengetahui bagaimana sel bisa hidup,
bisa makan, buang air kecil, besar, juga angin halus. Diteorikan ada itu
posisinya, jadi hidupmu itu semuanya itu terkompos dari bermilyar-milyar sel
yang masing-masing hidup sama juga alam semesta ini terkompos salah satunya
dari material yang terdiri dari kita-kita ini. Masing-masing hidup juga. Ternyata
atom dan molekul pun hidup berputar-putar. Luar biasa itulah ciptaan Tuhan.
Kalau Anda bertanya-tanya tentang aliran-aliran filsafat melandasi teori-teori
pendidikan. Jadi aliran-aliran dulu. Aliran filsafat itu munculnya dari jenis
obyeknya di dalam pikiran idealism. Rasio rasionalism. Empiris empirism. Kalau
melandasi pendidikan tidak cukup hanya filsafat tapi ideologinya. Maka negara
industri pasti akan generasi muda industri. Maka industrialism. Juga menjadikan
indonesia ini technological pragmatis. Menggunakn pengguna industri dunia ini.
Ada yang bersifat old humanis.
Konservatif. Ada yang bersifat progresif. Public
educated itu dipeta saja itu.Indonesia ini ternyata Indonesia itu dilihat
dari petanya, hidupnya tidak sehat. Tidak konsisten di dalam satu kolom. Maunya
demokratis politiknya tapi ternyata tidak memenuhi demokratis. Implementasinya
sudah macam-macam teknologi pragmatis industrialis macam-macam. Jadi gambar
peta pendidikan di Indonesia itu centang perenang tidak karuan tidak ada
polanya itu. Mengapa demikian ya memang itulah yang bisa kita raih karena Indonesia
itu negara besar multikultur. Adalah sangat mudah mengurus negara-negara yang
monokultur. Ada Singapura , Jepang, Korea, Fnlandia, dan sebagainya. Tapi Indonesia
andaikata bisa potensinya akan lebih berkah.
PERTEMUAN VII
Berikut
pertanyaan-pertanyaan disertai jawaban pada kuliah pertemuan ke-7 :
1.
Bagaimana membangun diri yang benar?
Jawab
:
Menurut
filsafat, genusnya yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada itu yang berstruktur
dan berhierarki. Struktur yang paling sederhana dari yang ada itu wadah dan
isi. Ternyata semua isi itu wadah dan semua wadah itu isi tapi tidak ada
satupun wadah sama dengan isi. Kepala adalah wadah dari rambut, rambut tidak
sama dengan kepala. Rambut berwarna hitam, rambut wadah, hitam isi. Tidak
pernah rambut sama dengan hitam. Itulah subyek dan obyek. Karena masih di
dunia. Yang benar adalah kalau ada di dalam pikiran, ideal di akhirat atau
kuasa Tuhan. Maka sebenar-benar yang mampu sama dengan namanya adalah Tuhan itu
sendiri. Maka ternyata yang ada dan yang mungkin ada itu bisa dimengerti di
dalam kedudukan ruang dan waktu. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada tidak
lain adalah ruang, dan yang ada dan yang mungkin ada tidak lain adalah waktu.
Einstein bisa memanipulasikan ruang dan waktu dengan kecepatan dari memperoleh
rumus. Jadi Tuhan mau membuat kiamat gampang sekali. Buat saja goncangan supaya
tidak ada ruang dan waktu maka kiamat. Anda juga bisa dimasukkan dalam tabung
bola besar dan digoyang-goyang. Dilepaskan dan tidak bisa berdiri, bingung kan,
maka kehilangan waktu. Kehilangan ruang. Tidak mampu berdiri juga tidak mengerti
kapan waktu dan ruang. Maka sebenar-benar hidup adalah kodratnya seperti yang
dicontohkan Tuhan, menciptakan bumi mengelilingi matahari. Bersesuaian dengan
fenomena siklik. Contohnya Senin ketemu Senin. Fenomena linear, artinya tidak
pernah kita bisa mengulangi tanggal sekarang dan jam sekarang. Jadi kalau
dikatakan bagaimana membangun hidup, hidup adalah diriku yang berstruktur dan
berhierarki dari waktu ke waktu mengikuti timeline-nya
dulu, sekarang dan akan datang, berstruktur, berhierarki dan berdimensi. Sesuai
dengan ruang dan waktunya. Maka ruang dan waktunya sesuai dengan konteksnya.
Konteksnya kalau di barat, islam kristen gereja dan sebagainya. Masing-masing berbeda
konteksnya. Maka membangun yang benar menurut konteksnya adalah beda agama satu
dengan agama yang lain. Walaupun ada yang umum dari segi filsafatnya, tapi
kalau sudah menyangkut amal ibadahnya akan berbeda. Walaupun pada akhirnya,
Tuhan itu satu. Maka semua yang aku lihat aku rasakan itu tidak lain adalah
pikiran, perasaanku dan kuasa Tuhan. Maka dunia ini adalah yang aku pikirkan.
Karena aku tidak mampu memikirkan yang tidak aku pikirkan. Maka untuk
mengetahui dunia ini, tengoklah atau ketahuilah pikiran masing-masing. Karena
yang engkau lihat itu bayangan dari pikiranmu. Contoh saya namanya Marsigit,
karena di dalam pikiranmu sudah ada bahwa orang yang seperti ini namanya adalah
Marsigit. Spontan. Tapi kalau saya tunjuk orang yang baru lewat, nama saya bisa
berbeda, karena belum ada di dalam pikirannya.
Jadi engkau bisa mengatakan baik, buruk, gede, cilik, ijo, hitam itu
karena di dalam pikiranmu sudah ada kategori-kategori. Sudah ada kuantitatif
kualitatif, sudah ada besar kecil, sedikit banyak, bilangan, semua sudah ada.
Bagaimana mulai ada itulah intuisi. Maka intuisi 99% diri kita adalah intuisi.
Ciri-ciri intuisi mengerti tapi tidak mengerti, tidak ingat kapan dan dari
mana. Kamu mengerti sedih, tapi kamu tidak mengerti sedih itu dulu darimana,
kapan diberi tahu. Kamu njegleg dari tidak
mengerti jadi mengerti. Itu karena pergaulan. Itu namanya intuisi. Sedih,
cinta, besar, kecil panas luas lebar itu tidak pakai definisi. Aku sudah
kenyang, oh kayak gitu kenyang namanya. Belum tentu. Lihat definisinya. Menurut
Sokrates, kenyang adalah ... Jadi,
menurut bacaan itu kamu belum tentu tahu. Yang ngerti kenyang bahwa tidak
mengerti dari mana definisinya dan kapan diberi tahu. Itu namanya intuisi.
Sebenar-benar hidup itu intuisi, intuisi yang paling grand adalah intuisi ruang dan waktu. Sebenar-benar aku menemukan
yang ada dan yang mungkin ada ternyata adalah intuisi. Maka hidup ini adalah
intuisi. Maka ketika engkau tidur, hilanglah intuisi. Paling banter mimpi.
Mimpi itu bisa berdampak. Mimpi dikejar-kejar harimau, begitu bangun, badan
capek semua. Mimpi ketemu bidadari, habis tidur, sehat. Tergantung mimpinya.
Mimpi apa dulu. Mimpi juga dipengaruhi fisik. Mimpi bisa disetel, diprogram.
Ada alatnya. Itu maksudnya. Membangun diri yang benar. Mimpi itu juga dipilih2
ngomongnya.
2.
Bagaimana menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru yang terasa asing bagi kita?
Jawab
:
Jadi
semua yang ada dan yang mungkin ada itu yang berstruktur dan berhierarki.
Termasuk apa yang kau sebut di situ. Yang namanya membangun itu juga
berstruktur berhierarki, lingkungan juga berstruktur berhierarki, menyesuaikan
diri juga berstruktur berhierarki. Persepsi kita juga tergantung ruang dan
waktu. Anda mau menilai seseorang. Baik buruk. Etik tidak etik. Semua
berstruktur berhierarki. Cantik juga begitu. Cantiknya SD, SMP, SMA, perguruan
tinggi sampai cantiknya mau mati juga ... sakaratul maut juga cantik sekali.
Husnul khotimah. Tergantung ruang dan waktu. Filsafat itu begitu.
3.
Bagaimana perbedaan sisi filsafat dari
sisi agama?
Jawab
:
Perbedaan
sisi filsafat dari agama bukan dari bentuk formalnya. Kalau formalitas itu
diatur dalam pergaulan, perundang-undangan, kitab, atau pancasila. Pancasila
pun sudah mulai normatif sekarang. Tapi dari sisi filsafat lebih dari itu
metafisiknya. Metafisik itu tidak sekedar sama. Tapi bahasanya bahasa analog.
Artinya fenomena-fenomena itu dari segi metafisik yang sampai ke spiritualnya
itu. Bagaimana fenomena berdoa. Dan sebagainya. Maka agama apapun menurut saya
primadonanya adalah berdoa. Backbone-nya
berdoa. Dari situ, maksud saya kita mencari metafisik-metafisiknya sesuai
dengan pengalaman kita masing-masing.
4.
Apakah aku sama dengan aku?
Jawab
:
Apakah
aku sama dengan aku? Kalau aku sama dengan aku berarti identitas. Kalau aku
tidak sama dengan aku berarti kontradiksi. Kapan identitas?Hanya di dalam
pikiran. Di dalam hati kuasa Tuhan. Tapi kalau itu urusan dunia, tiadalah
subyek sama dengan predikat. Maka 2=2 itu hanya berlaku di pikiran, yang
berarti kuasa Tuhan. Tapi ketika sudah turun di dunia, di dalam tulisan. Maka
dua kiri lain dengan dua kanan. Dua kiri gelap, dua kanan terang. Dua kiri
dingin, dua kanan panas, dan seterusnya. Dua kiri cantik, dua yang kanan tidak
begitu cantik. Dua kiri tipis dua kanan tebal. Pak Marsigit mana? Di sini.
Engkau belum selesai menunjuk saya aku sudah berubah dari tadi sampai sekarang.
Di dunia tidak ada yang sama atau bersifat kontradiksi. Kontradiksinya filsafat
lain dengan kontradiksinya matematika. Kontradiksinya filsafat adalah bahwa
subyek tidak sama dengan predikat. Tapi kalau kontradiksinya matematika,tidak
konsisten. Jadi berbeda, walaupun sama-sama kontradiksi. Jadi itu prinsip
dunia. Dunia hanya ada dua prinsip, dua hukum, dari tataran itu, pada tataran
itu, yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi.
5.
Bagaimana pendapat filsafat tentang
hancurnya dunia oleh teroris?
Jawab
:
Jadi
beda antara fundamentalis dan fondationalism. Fundamentalis itu dari sisi
politiknya. Tapi kalau fondation analism dari sisi filsafatnya. Maka segala
macam fondamen diperoleh dari bermacam-macam sebab. Bisa dengan kesepakatan,
janji, definisi, bisa juga dengan pengandaian. Kenapa mengandai-andai?
Jawabannya tadi, karena fondamen. Kenapa berjanji? Karena fondamentalism itu.
Yang tidak ada janji, yang tidak ada fondamen macam-macam. Seperti perasaan
sayang, aku disayang sama ibu. Itu tidak mengandai-andai. Itu sudah ada. Dan
aku tidak mengerti kapan dan di mana mulai mengerti. Itu intuisi. Itu tidak
pakai fondamen. Namanya anti fondassionalis. Tapi semua matematika murni itu
fondation analism. Bukan fundamentalis. Hidup itu separuh fondasionalism,
separuh anti fondasionalism. Keluarga fondamen daripada keluarga. Ijab qobulnya
itu. Fondamen dari pertemuan ini adalah jadwal kuliah. Kata-kata atau janji Anda
adalah fondamen dari persahabatan. Orang beragama Islam fondamennya adalah
membaca syahadat. Bangun gedung fondamennya adalah peletakan batu pertama.
Hidup ini ada fondamen dan juga ada yang bukan fondamen, yaitu intuisionism.
Maka kalau teroris itu karena sudah anarkhi satu kelompok dengan kelompok lain,
karena ketidakadilan, karena ketidakimbangan antara hidup satu dengan hidup
yang lain. Anarkhi berstruktur dan berhierarki. Maka turun ke bawah sampai
diriku sendiri yang anarkhi. Artinya kalau jantung sudah tidak kompromi sama
paru-paru, jadi bagaimana? Kamu itu harus menghirup udara jangan ditiup-tiupkan.
Paru-paru tidak mau kalau hanya menghembuskan saja. Anarkhi dalam diri kita
disebut komplikasi. Kalau anarkhi dalam agama sudah menjadi menghujat,
membandingkan kitab suci, mendustakan agama, dan sebagainya. Maka anarkhi di
dalam pikiran itu namanya kontradiksi dalam pikiran. Itu bagus. Anarkhi di
dalam pikiran itu namanya sintesis. Tapi jangan sampai anarkhi di dalam hati.
Juga jangan sampai anarkhi di dalam kehidupan sehari-hari. Jadi selalu saja
semangatnya berfilsafat itu intensi dalam sedalam-dalamnya ekstensi luas
seluas-luasnya.
6.
Apa arti ketidakpastian dari segi
filsafat?
Jawab
:
Ketidakpastian
itu ragu-ragu. Semua ada filsafatnya, semua ada tokohnya. Ragu-ragu itu
skeptis. Skeptisism. Zaman Yunani sudah ada. Kemudian diteruskan skeptisism
zaman Rene Descartes. Descartes suka mimpi, tapi karena beda konteks antara
kita dengan di negara barat, kalau di dunia kita ini, konteks kita lebih
bervariasi. Lebih heterogen. Melihat kalian saja sudah heterogen, pakaiannya
berwarna-warni. Jadi mudah dibedakan bahwa saya mimpi atau kenyataan itu. Tapi
bayangkan kalau di gurun pasir sana. Jadi setiap hari melihat gurun saja. Atau di
barat, di negeri salju, setiap hari hanya putih saja pemandangannya. Tidur,
bangun, tidur, bangun, tetap seperti itu. Dia sampai tidak dapat membedakan
apakah dia tidur atau bangun. Apakah dia mimpi atau kenyataan. Rene Descartes
sampai meragukan adanya Tuhan. Tuhanpun tidak dipercaya. Untuk bisa menjawab
apakah dia mimpi atau tidak. Tidak ada ilmu yang bisa menjawab. Maka Rene Descartes
mencari kepastian. Dia menemukan kepastiannya bahwa ternyata yang tidak bisa
dia bohongi dan betul-betul itu adalah bahwa kenyataan bahwa dia itu sedang
bertanya. Entah mimpi entah tidak, kenyataan bahwa aku sedang bertanya. Itu
kepastian akhir. Maka saya itu ada karena saya sedang bertanya. skeptisism.
Meragukan. Itu berkembang, berkembang, mengalir termasuk juga scientisism
dipengaruhi oleh skeptisism. Sekarang tinggal kita karena sudah profesional,
parsial, hidup ini sudah berkembang, ya mana dilakukan mana tidak.kalau kita
meragukan semua yang kita lihat, kita kembali ke zaman Rene Descartes.
7.
Apa pengertian mandiri dari segi
filsafat?
Jawab
:
Mandiri
itu bisa diketahui mandiri karena ada yang lain. Tapi mandiri sebagai genusnya
adalah yang terkecil adalah yang ada dan yang mungkin ada. Mandiri dalam arti
jumlah atau kuantitas ataupun kualitas, lihat pada kategori berfikirnya.
Mandiri adalah kategori berpikir, dalam filsafat. Dalam psikologi, mandiri
adalah gejala jiwa. Turunkan lagi ke sosial, adalah fenomena sosial. Maka
mandiri ketika tidak bisa diwakilkan. Bahwa hubungan manusia dengan Tuhan itu
bersifat mandiri. Sendiri-sendiri. Mandiri dari sisi yang tadi juga berstruktur
berhierarki. Siapa yang sedang memikirkan mandiri berstruktur berhirarki.
Mandiri dalam arti anak-anak, orang dewasa, mandirinya orang tua, sampai
mandirinya ketika semuanya dikurangi semua. Artinya setelah melampaui fase
meninggal dunia menuju akhirat. Di sana mandiri. Katanya bisa bertemu dengan
istri dan anaknya besuk di sana. Jadi tergantung kita mau memaknai seperti apa
kata mandiri itu. Tapi kalau dari segi filsafat, mulai dari genusnya. Mandiri
yang ada dan yang mungkin ada. Berstruktur semacam itu. Kemudian mandiri tidak
bisa punya makna kalau tidak dimaknai oleh orang lain, maka mandiri ini sebagai
suatu struktur yang bisa punya pengertian sebagai otonom. Seperti fenomena anak
yang baru lahir dari kandungan ibunya, maka dia mandiri. Bernapasnya tidak lagi
ditentukan oleh napas ibunya. Napas ibunya yang melalui darah, darahnya
mengandung oksigen si jabang bayi bisa bernapas. Tapi ketika dia lahir, si
jabang bayi bernapas sendiri. Mandiri dalam arti otonom. Sebenar-benar otonom
genusnya adalah otensi fatal dan fital. Fatal kodratnya, vital impiannya. Maka
masing-masing punya taraf, struktur, tingkatan kualitas dari daya otonomnya
masing-masing.
8.
Menurut bapak apakah filsafat perlu
dimasukkan di dalam kurikulum sekolah?
Jawab
:
Tanggung.
Masukkan ke SD sekalian. Tanggung juga masukkan kepada TK. Jadi kita terkena hukumnya
ruang dan waktu. Sebenar-benar bijak adalah kalau dia cocok dengan ruang dan
waktunya. Tidak ada yang salah, hanya tidak cocok ruang dan waktunya. Kenapa?Filsafat
itu refleksi, refleksi itu di atas formula-formula. Matematika itu formula.
Filsafat lebih tinggi lagi. Refleksi daripada formula. Kenyataan itu
bayangan-bayangan. Sekolah itu kenyataan-kenyataan yang kau lihat. Sekolah itu bayangan
daripada pikiran. Maka arti dari school itu
aliran. Maka ada school of philosophy. Alirian filsafat. Kata dasar school itu
adalah aliran. Jangankan sekolah. Semua yang masyarakat semua adalah bayangan
dari yang sudah ada di sana. Indonesia itu ada undang-undang dasar dan filsafat
pancasila. Cantelkan di sana. Kehidupan masyarakat yang kita sekarang mengalami
hidup ini adalah bayangannya dari sana. Kau pakai batik adalah bayangan dari
apa yang dianggap baik menurut tradisi. Pakai jilbab adalah bayangan yang
dianggap baik menurut agama. Kalau kemudian bayangan itu sendiri mau memroduksi
bayangan gimana? Ya silakan saja. Misalnya ini ada lampu, ini ada kacamata. Aku
bisa berbicara kacamata karena ada sesuatu yang menjadi bayangan. Bagaimana saya
bisa memakai kacamata dari bayangan itu? Jadi masalah. Artinya kita memaksakan
sesuatu yang tidak pas di ruang dan waktunya. Jadi kalau begitu cari saja
bayangan dari ide, bayangan daripada filsafat. Untuk kemudian diterapkan.
9.
Bagaimana membangun rasa semangat
melewati kehidupan?
Jawab
:
Jadi
manusia itu suatu struktur kehidupan yang berstruktur berhierarki yang berjalan
menurut ruang dan waktu menggunakan fenomena linear dan siklik. Bahasa jawanya
cokro manggilingan. Orang barat mengatakan hermeunitika. Kalau orang jawa,
orang Islam, orang Indonesia mengatakan silaturrahmi. Masa hidup manusia itu
bersilaturrahmi. Maka semangat dan tidak semangat asal usulnya juga
silaturrahmi. Kalau ditelusur dari awalnya adalah fatal dan atau vital. Jadi Anda
mempunyai rasa semangat, juga karena ada unsur fatalnya. Jadi orang yang
berapi-api itu ditengarai punya ayah yang berapi-api, punya kakek yang jiwanya
juga berapi-api. Itu namanya fatal. Kodratnya diturunkan genetikanya dari sana.
Secara biologis, sel yang terkecil mengandung kromosom x dan y. Ketemunya bapak
dan ibu. Kemudian dipengaruhi juga oleh keadaan saya. Ikhtiar saya selama ini
yang berinteraksi dengan fatalnya. Akhirnya sampai kepada suatu keadaan. Maka
semangatpun berstruktur dan berhierarki. Mulai dari semangat unsur-unsurnya.
Semangat matanya, semangat telinganya, semangat makan, semangat pikiran,
semangat yang ada dan yang mungkin ada. Semangatnya anak kecil semangatnya
orang tua. Semangat dalam arti berstruktur tadi adalah diriku yang semangat mempengaruhi
keluarga yang semangat, masyarakat sekitar yang semangat, menular kepada dirimu
yang semangat. Indonesia semangat, dunia yang semangat. Ketemu etik dan
estetika. Etik baik buruk. Estetika keindahan. Semangat untuk yang baik dan
yang tidak. Untuk apa semangat untuk yang tidak baik? Semangat itu yang
baik-baik. Itu dari sisi kitab. Diturunkan, lalu dari sisi psikologi.
Semangatnya orang psikologi. Gejala jiwa. Tanda-tanda orang yang sedang
bersemangat. Jantung berdebar-debar. Tensi naik. Frekuensi kedipan mata
bertambah. Cara duduk nya cara bicaranya berbeda. Tambah nafsu makan. Dari sisi
berdoa, bagus sekali kalau berdoa. Nanti ada keseimbangan dalam berdoa.
Bagaimana semangat dalam keadaan sabar. Maka itulah kontradiksi. Berdoa harus
semangat tapi harus sabar. Contoh lain, orang sakit perlu diberi semangat untuk
hidup. Kalau bisa menyemangati diri sendiri. Seorang pemimpin wajib
menyemangati rakyatnya. Bukan sebaliknya.
10.
Bagaimana menggapai jati diri yang
sebenarnya?
Jawab
:
Tiadalah
sebenar-benar orang bisa menggapai diri kecuali hanya bersabar. Karena
sebenar-benar menggapai diri itu absolutely.
Semua yang absolut hanya kuasa Tuhan. Tiada sebenar-benar orang mengerti
kecuali hanya berusaha. Tiada sebenar-benar orang bahagia kecuali hanya
berusaha. Demikian seterusnya. Semuanya yang serba absolut itu milik Tuhan
saja.
11.
Bagaimana cara kita menjunjung langit?
Jawab
:
Ya
karena ini memang begini. Semua ajaran masyarakat sudah menjadi budaya bahwa
berlaku sombong itu adanya memang hanya merugikan. Kecuali untuk level
tertentu. Kesombongan harus dilawan dengan kesombongan. Misalnya.
Kesombongan-kesombongan syaithan harus dilawan dengan kesombongan juga. Tapi
kan perlu pengetahuan secara spesifik. Jadi ini hanya ingin menunjukkan bahwa
kalau kita mau belajar, membangun hidup dan sebagainya, berkeluarga dan
sebagainya, janganlah berlaku sombong di muka bumi. Sombong itu juga
berstruktur berhierarki. Sombongnya anak kecil sampai sombongnya pemimpin
dunia. Pemimpin dunia yang punya banyak nuklir, berlaku sombong. Akibatnya luar
biasa. Akibatnya bisa memporak-porandakan dunia.
12.
Apa itu obyek material dan formal?
Jawab
:
Obyek
formal itu metodenya. Atau isinya. Obyek material itu obyeknya atau wadahnya.
Apapun tidak hanya pendidikan matematika dan sains. Semuanya. Maka rambutku ini
adalah obyek material. Obyek formalnya adalah warna hitam. Silakan maka orang
menyebut bahwa filsafat itu obyek formalnya adalah metodenya. Maka pendidikan
matematika obyek materialnya adalah materinya. Sedangkan obyek formalnya adalah
metodenya. Tiadalah materi kalau tidak ada metode. Tiadalah metode kalau tidak
ada materi. Sama tiadalah ruang kalau tiada waktu, tiada waktu kalau tiada
ruang.
13.
Bagaimana strukturalisme di dalam
matematika?
Jawab
:
Sepanjang
dia itu isme, dia punya tokohnya. Dia mengalir. Dia mempunyai strukturnya, dia mempunyai
obyek, dia mempunyai metodenya, dan seterusnya, dan juga punya alat. Maka
filsafat itu dikatakan obyeknya materiil adalah materinya. Obyeknya formal
adalah metodenya. Alatnya menggunakan bahasa. Metode mempelajarinya menurut
saya adalah menggunakan hermeunitika. Hermeunitika menggunakan dua cara yaitu
intensif dan ekstensif. Dan itu berlaku semua sama. Apakah itu matematika,
sains, fisika, dan seterusnya. Kemudian struktur di dalam pandangan filsafat.
Filsafat itu ikon. Materialism. Maka yang menjadi ikon itu material. Semua
diturunkan dari situ. Jadi dia menjadi center. Maka hati-hati. Humanism.
Humanism di dalam filsafat dan humanism di dalam psikologi itu beda.
Humanismenya psikologi itu kemanusiaan. Tapi kalau humanismenya filsafat itu
adalah pusat, center, icon. Bisa berarati berbeda pusat dan spiritual. Artinya
humanisme sah-sah saja. Tidak setuju dengan sipritual artinya tidak mengakui
adanya Tuhan. Hati-hati jangan mentang-mentang humanisme. Artinya, ism itu center. Dunia dipandang sebagai suatu
struktural. Karena setiap saat saya berbicara struktur, maka mungkin juga saya
termasuk dalam aliran strukturalism. Ada juga relasionalism. Seperti matematika
juga. Ada matematika berbasis himpunan, bilangan, geometri, dan seterusnya.
Kemudian bahasa juga begitu. Ada filsafat bahasa. Sebetulnya filsafat bahasa
sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Kemudian muncul lagi pentingnya bahasa. Maka
lahirlah filsafat bahasa. Ada bahasa yang disebut dengan commonsense. Bahasa orang awam. Ada bahasa yang terikat dengan
masyarakatnya. Bahasa dengan budayanya. Artinya budaya yang berstruktur dan
berhierarki, bahasanya juga berstruktur berhierarki. Masyarakat yang datar juga
bahasanya yang datar. Kalau di daerah Jogja ini juga berstruktur berhierarki.
Maka bahasanya juga berstruktur berhierarki. Bahasa anak muda kepada orang tua,
bahasa orang tua dan anak muda kepada anak kecil itu berbeda di jogja. Itu
namanya tata krama sesuai ruang dan waktu. Tapi bahasanya di daerah-daerah yang
datar, misal di tepi pantai atau daerah yang jauh, bahasanya bahasa yang
pragmatis. Praktis dan realis, yang dia lihat yang dia nyanyikan. Di pinggir
kali ada 4 pohon waru yang doyong na ini waru doyong. Habis itu jalan kaki kepethuk nini randa. Ya itu nini randa.
Jadi namanya filsafat, bahasa itu filsafat analitik. Maka sekarang ini sampai
entah kapan berakhirnya, akhir zaman mungkin, nanti namanya adalah filsafat
bahasa. Karena filsafat bahasa, maka dunia ini bahasa. Hidup ini bahasa. Kata-katamu
itu bahasa. Hidupmu, siapa dirimu, adalah kata-katamu itu. Maka filsafat adalah
penjelasannya. Maka sebenar-benar belajar adalah membaca.
14.
Bagaimana agar dapat mengembangkan pola
pikir agar dapat dilakukan perjalanan pikiran?
Jawab
:
Sejak
awal sampai akhir itu yang namanya filsafat adalah pola pikir. Jadi pola pikir
itu mulai dari memikirkan mitos-mitos. Jangan salah paham,. Mitos itu banyak
gunanya, walaupun itu ditentang menjadi logos. Jadi perjuangan sebenar-benar
perjuangan dalam kitab adalah keluar dari mitos menuju logos. Hanya anak kecil
semua kalau belajar itu memakai mitos, artinya dia mengerjakan tapi dia belum
tahu. Anak kecil itu belajarnya pakai mitos. Saat mulai 3 tahun, golden age, itu dia mulai bertanya-
bertanya. Mitos menuju logos. Dia bertanya, kemudian dia diterangkan. Contoh :
mitos tentang orang tidak boleh duduk di depan pintu karena pintu itu tempat
orang lewat takutnya nanti kamu tersandung. Jadi, bukan berarti mitos itu tidak
penting. Mitos itu penting.