Tugas Kuliah Filsafat
Ilmu
Refleksi Kuliah ke-8
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
“FILSAFAT AWAL DAN
AKHIR ZAMAN”
Disusun
oleh :
Kartika Nur Oktaviani 16709251032
PENDIDIKAN MATEMATIKA B
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Filsafat
Awal dan Akhir Zaman
Filsafat
itu olah pikir. Obyeknya adalah yang ada, yang ada, yang ada, yang mungkin ada.
Di dalam pikiran, atau di luar pikiran. Masing-masing di dalam/di luar pikiran
punya sifat. Seribu kali seribu pangkat seribu pun saya belum selesai menyebutkan
sifat itu. Filsafat itu problemnya ada 2. Yang pertama, bagaimana menjelaskan
apa yang ada di dalam pikiranku. Maka, sebenar-benar diri kita tidak ada yang
pernah mampu menjelaskan yang ada di dalam pikiranku. Semuanya hanya berusaha.
Pada level tertentu, oke. Dipersepsikan sama dengan pikiran orang lain, oke,
sampai di situ, padahal itu belum selesai. Persoalan yang kedua ialah bagaimana
saya mengerti obyek filsafat yang ada di luar pikiran. Sifat di dalam pikiran,
bersifat ideal. Yang di luar pikiran bersifat realis. Yang di dalam pikiran
bersifat tetap. Yang di luar pikiran bersifat berubah. Tetap tokohnya
Parmenides, berubah tokohnya Heraclitus. Idealisme tokohnya Plato. Filsafat
tergantung obyeknya di mana dan sifatnya seperti apa. Di luar realisme,
tokohnya Aristoteles. Pantas Aristoteles tidak setuju dengan gurunya, karena
gurunya itu ideal, Aristoteles adalah realis. Yang ada bersifat tetap di dalam
pikiran terus sifat-sifat yang lain misalnya adalah kaugisatis. Kaugis
menghasilkan aliran logisisme. Menggunakan rasio menghasilkan filsafat
rasionalisme. Yang di luar pikiran bersifat empiris. Filsafat empiricism. Tokohnya David Hume.
Rasionalisme tokohnya Rene Descartes. Jadi filsafat itu mengalir hidup. Kalau
kita mau cari pohon pisang, ya, di daerah khatulistiwa atau tropis. Kalau mau
cari jati Kanada, ya, di daerah kutub sana. Mau cari beruang kutub, ya, jangan
di Merapi. Bersifat logis, tetap, idealis, naik sana nanti ini merupakan
prinsip. Dan yang di bawah sini adalah bayangannya. Jadi semua yang saya lihat
adalah bayangan dari pikiranku. Termasuk semua kataku semua pendengaran
penglihatan, maka di sini dunia persepsi. Atau panca indera. Semua yang bisa
dipersepsi adalah bayangan dari pikiran. Di sana lahirlah transendentalism.
Prinsip berarti bersifat identitas. Yang bersifat identitas yang ada di dalam
pikiran. A=A. Sedangkan dunia kenyataan atau dunia pengalaman bersifat
kontradiksi. Yaitu A tidak sama dengan A. Karena pengalaman/persepsi itu ada di
dalam ruang dan waktu. Naik sana jadilah bersifat absolut. Diperoleh filsafat absolutism. Naik menjadi spiritualism. Hanya satu hakekatnya.
Lahirlah filsafat monoism yaitu kuasa
Tuhan. Hidup setiap saat tinggal naik turun saja. Berhermeunitika, antara
pikiran, hati, doa dan pengalamanku. Di sini mono, di sini plural. Maka hakekat
dunia adalah hakekat yang plural. Dunia akhirat adalah dunia tunggal menyatu ke
kuasa-Nya, dalam ridho-Nya. Jadi kalau di duniamu ini satu, ini kontradiksi
dengan kodratnya. Karena kodrat di dunia adalah plural. Contohnya : Muhammadiyah
seluruh dunia tidak bisa, pasti ada yang beda. Kalau sudah di akhirat, tidak
usah NU tidak usah Muhammadiyah, diriku menyatu dengan yang kausa prima. Sebab
utama dan sebab pertama. Tuhan itu sebab utama dan sebab pertama. Intensi bisa
diekstensikan awal dan akhir zaman. Ini zaman Plato ada di situ. Pikiran
bersifat logis, bersifat analitik. Analitik itu konsisten. Maka konsisten itu
kebenarannya bersifat koheren. Kenyataan bersifat sintetik. Bersifat
kontradiksi. Kebenarannya bersifat cocok dengan persepsinya atau menghasilkan
filsafat korespondensi. Dan di sini bersifat pengalaman atau a posteriori.
Yaitu paham setelah melihat atau dipersepsi. Tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasa-rasa,
dipegang, didengar, itu semua dipersepsi. Baru paham. Dunia binatang, kucing,
hewan, semua dunia a posteriori. Dia paham ada tikus setelah tikus lewat, baru
ekornya bergerak-gerak. Kalau manusia tidak begitu. Manusia ini a priori. Tidak
hanya a posteriori. Paham kalau hanya melalui logika. Ke planet Mars. Belum
pernah lihat planet Mars tapi bisa bikin pesawatnya. Itu logika. A priori.
Pekerjaan ilmu murni termasuk matematika murni. Yang penting konsisten bresifat
identitas awal akhir jadilah ilmu. Kontradiksi di sini adalah tidak konsisten,
sedangkan kontradiksi di dunia nyata adalah aku tidak sama dengan aku. Beda. Kalau
di dalam matematika, kontradiksi itu adalah tidak konsisten. Tapi kalau di
filsafat/kenyataan, aku = aku. Aku pertama tidak sama dengan aku kedua. Yang
menemukan prinsip ini adalah Immanuel Kant. Dunia hanya dua prinsip, yaitu
identitas dan kontradiksi. Sehingga lahirlah di sini terjadi penonjolan,
lahirlah yang disebut dengan rasionalisme. Tokohnya Rene Descartes. Di sana
lahirlah empiricism. Tokohnya David
Hume. Pertentangan berabad-abad. Merasa benar sendiri. Sampai-sampai dia
mengatakan di sini, tiada ilmu jika tiada rasio. Sebaliknya David Hume. Dengan empiricism mengatakan tiada ilmu jika
tiada pengalaman. Ini di dalam filsafatnya ada abad gelap, kegelapan, ada abad
terang atau pencerahan. Abad gelap sampai abad ke-13. Di Eropa itu tidak boleh
satu orang pun mengklaim kebenaran kecuali atas restu gereja. Barang siapa
menentang dianggap melawan gereja, dan itu dihukum kalau perlu dihukum mati.
Tokoh-tokoh yang menyuarakan kebenaran atas nama diri sendiri, tidak minta
restu gereja, akan dikejar-kejar dan dibunuh. Apapun mulai A-Z, yang ada dan
yang mungkin ada, yang dirasakan di dunia ini, yang namanya kebenaran itu
adalah harus melalui gereja. Tapi dengan adanya Revolusi Copernicus, dia
membuat buku yang bertentangan. Tapi bukunya setelah dia meninggal, dibaca oleh
pengikut-pengikutnya seperti Gallileo Gallilei, pada akhirnya mati juga karena
dibunuh dibakar. Copernicus menentang pendapat gereja. Gereja punya pendapat
yang grand bahwa geosentris, alam
semesta ini pusatnya adalah bumi, matahari bulan bintang mengelilingi bumi. Kalau
di gereja, bumi itu seperti Bunda Maria, matahari bulan bintang itu
gembala-gembala. Yang bisa lebih bisa menerangkan adalah dari gereja. Tapi
bukunya Copernicus bertentangan sekali. Heliosentris. Sebenar-benar yang tejadi
bukan alam semesta mengelilingi bumi, tapi bumi bulan planet mengelilingi
matahari. Pusatnya matahari. Sampai sekarang, yang diakui kebenarannya masih
heliosentris. NASA mau ke Mars masih menggunakan teori yang terakhir yaitu
heliosentris. Muncullah abad modern. Yaitu dengan munculnya juru damai, Immanuel
Kant. Immanuel bukan dari gereja. Walaupun namanya Immanuel. Ada 3 buku Immanuel
yang terkenal. Yaitu : The Critique of Pure Reason, The Critique of Practical
Reason, dan The Critique of Judgement. Dia mengkritik sekaligus mendamaikan,
seperti ini : wahai Rene Descartes, engkau bagus tapi sombong. Kesombonganmu adalah
engkau terlalu mengagung-agungkan rasio tapi mengabaikan pengalaman. Wahai
David Hume, engkau bagus tapi juga ada kesombongan. Kesombonganmu adalah engkau
terlalu mengagung-agungkan pengalaman tapi mengabaikan rasio. Oleh karena itu
untuk mendamaikan saya berikan solusinya. Dari rationalism yang sifatnya adalah analitik a priori, kemudian dari
pengalaman yang sifatnya adalah sintetik a posteriori, maka yang atas saya
ambil a priorinya, yang bawah saya ambil sintetiknya. Maka, menurut Immanuel
Kant, sebenar-benar ilmu adalah sintetik a priori. Yaitu pikiran yang bisa
diterapkan dan pengalaman yang bisa diteorikan. Terus, ilmu itu berkembang
terus, maka ilmu murni disusun. Yang atas bersifat formal. Dalam matematika, formalism adalah Hilbert. Maka lahirlah
Hilbertianism. Dari Hilbert ini muncul ilmu-ilmu dasar, ilmu-ilmu bidang. Tapi
Hilbert ini matematika sebetulnya. Seharusnya ilmu-ilmu humaniora itu ada di
sana. dan ini adalah natural. Ilmu humaniora itu adalah geistesweisensaften. Natural itu adalah natureweisensaften. Sampai di sini muncullah tokoh pada tahun 1857,
Augste Comte, David Hume, Immanuel Kant, Descartes, Sokrates, Plato, Anda itu
bicara apa. Tidak ada gunanya. Itu menurut Aguste Comte. Karena zaman sekarang
yang penting kenyataan. Mari kita membangun dunia. Di sini yang penting iman
kita harus teguh karena dipengaruhi oleh penguasaan yang sangat kuat dari agama
gereja itu jadi terpengaruh Auguste Comte itu. Agama menurutnya tidak logis.
Maka untuk membangun dunia, agama ditaruh di paling bawah, hanya sebagai
tradisi saja, yang sudah terlanjur bertradisi. Di sini filsafat dari yang
paling atas adalah positif atau saintifik. Jadi sudah digariskan. Tahun 1857
oleh Auguste Comte, dia seorang jebolan mahasiswa politeknik di Perancis, dia
mengarang buku judulnya Positive.
Jadi kalau kita mau membangun dunia, jangan gunakan agama, karena agama tidak
logis. Padahal di Indonesia itu strukturnya itu material, formal, normatif dan
spiritual. Dilewati saja sama Comte, sehingga muncul fenomena kontemporer, yang
paling bawah adalah archaic,
diatasnya tribal, di atasnya traditional. Oleh Powernow atau kontemporer, semua agama masuk di area tradisional, tidak
boleh lebih. Di atasnya sudah feodal, di atasnya lagi modern, dan di atasnya lagi pos
modern. Lalu di atasnya lagi kontemporer. Maka mereka mempelajari agama bukan
di Timur Tengah, karena sudah jelas. Dia mempelajari agama di muara-muara
sungai Aborigin. Tokohnya adalah Stephen Hawking. Dunia Stephen Hawking antara
lain berkata, semakin menjadi-jadi dia, sudah menjelma, ciptaan alam semesta
itu tidak ada urusan dengan Tuhan. Negara-negara Barat membuat proyek di Eropa,
membuat terowongan bawah tanah, besar, panjang triliyunan dolar, hanya untuk
sekedar menguji benturan sinar untuk mencari zat yang paling utama, tapi
semangatnya adalah menihilkan Tuhan.
Dengan
pilar kapitalisme, pragmatisme, materialisme, utilitalianisme, liberalisme,
hedonisme setiap hari setiap pagi sore, Indonesia yang spiritualis digempur
habis-habisan. Alatnya pakai ICT, Whatsapp, FB, dsb. Itulah kejadiannya awal
akhir zaman. Trisakti, mandiri dalam bidang ekonomi, politik, budaya, apa iya?Sehingga
presiden dan menterinya kaget melihat ke belakang rakyat Indonesia sudah kapitalis,
pragmatis, materialis, utilitalianis, liberalis, dan hedonis. Semua menggunakan
bambu runcing merk SAMSUNG. Menteri Pendidikan mau melawan teknologi juga tidak
bisa. Sehingga yang terjadi sekarang adalah residu.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban pada kuliah pertemuan ke 8 Filsafat Ilmu :
1.
Bagaimana filsafat memandang filsuf
muslim?
Jawab :
Jika saya berbicara
awal dan akhir zaman, itu berstruktur. Berpikir, berfilsafat itu berstruktur.
Berstruktur itu pada level mana awal akhir zaman itu. Kalau orang awam, commonsense, awal zaman itu diciptakan
Tuhan. Awal zaman itu awal manusia diciptakan (Nabi Adam), akhir jaman kalau
sudah kiamat. Karena filsafat, karena relatif, awal zaman adalah ketika saya
membuka kuliah. Itulah jebakan waktu. Akhir zaman adalah nanti saat kuliah
ditutup. Mengetahui rentangan waktu tergantung konteksnya. Jadi pemahaman waktu
yang relatif satu dibanding sepersejuta, maka bisa menghasilkan sepersatujuta
tahun adalah 1 detik. Plato menjadi belum lahir. Kalau seribu tahun, Plato baru
lahir 2 detik yang lalu. Agama islam itu abad ke 5 setelah Masehi. Jadi,
sebelum abad ke 5, tidak ada filsuf Islam. Padahal filsafat itu sebelum zaman
Masehi. Zaman Yunani itu sebelum masehi. Mereka belum kenal agama.
2.
Apa beda kontradiksi dan identitas?
Jawab :
Filsafat itu harus berpikir. Jika hanya
tersenyum tidak akan sampai-sampai. Jika Anda tidak paham identitas dan
kontradiksi, maka Anda gagal memahami metafisik. Hanya Anda sendiri yang mampu
menjelaskannya. Identitas itu terbebas oleh ruang dan waktu. 4=4 itu hanya
terjadi di dalam pikiran, tapi kalau sudah diucapkan, ada 4 pertama dan 4
kedua. Diucapkan itu dunia realis. Kontradiksi hukumnya. Kontradiksinya tidak
sama dengan matematika. Kontradiksinya aku tidak sama dengan aku. Maka
sebenar-benar hidup ini adalah kontradiksi. Tapi jangan salah paham, bukan
kontradiksinya matematika. Jadi di dunia ini tidak pernah aku sama dengan aku,
apalagi aku sama dengan Marsigit. Aku sama dengan aku saja tidak pernah terjadi,
apalagi aku sama dengan Pak Marsigit. Maka yang bisa sebenar-benar sama dengan
namanya adalah Tuhan sendiri. Kalau itu tidak paham, Anda gagal memahami
metafisik. Tolong direnungkan. Jadi setiap saat engkau selalu berubah di dunia
ini. Bisa mengembang, bisa meluruh. Kalau bahasa grafiknya matematika itu
grafik yang meluruh, eksponensial negatif, mengurangi dan berkurang terus. Satu
sisi bertambah, satu sisi berkurang. Maka orang pun meluruh. Berat badannya
berkurang terus, usianya juga nanti kualitasnya juga kandungan tulang nanti
berkurang terus. Setiap detik selalu terjadi perubahan. Ini teorinya Heraclitus.
Dan ini semuanya betul semua. Dunia selalu berubah, Heraclitus betul. Dunia ini
tetap, Parmenides betul. Kalau kita berfilsafat, apanya yang tetap apanya
yang berubah. Yang tetap adalah engkau
itu tetap anaknya bapakmu. Engkau tetap anaknya ibumu, tidak bisa dibantah.
Dari awal sampai akhir zaman tidak bisa dibantah. Tapi menurut Heraclitus, yang
berubah adalah semua komponen yang menyusun diriku itu, sel-selnya mengalami
perubahan. Cairan tubuh, kandungan tubuh, belum lagi kandungan hati kandungan
pikiran, dan seterusnya, selalu mengalami perubahan.
3.
Kenapa Immanuel Kant tidak memilih
analitik a posteriori?
Jawab :
Kalau diberi contoh,
analitik itu logika. A posteriori itu seekor tikus. Bayangkan nalarnya tikus
memakai logika itu seperti apa coba? A posteriori itu hanya mampu memikir,
hanya paham setelah terjadi. Itu kan seekor kucing, analitik itu kan logika.
Sama saja kamu mau bertanya bagaimana kucing itu memakai logika. Kucing tidak
memakai logika. Dia memakai intuisi saja. Jadi bukan sembarangan memilih itu.
Tidak bisa sembarangan dipadukan.
4.
Mengapa pendapat gelap semua kebenaran
terletak pada gereja?
Jawab :
Kalau Anda betul-betul
mau membaca, dibaca bukunya. Filsafat itu ada di mana-mana, ada filsafat
analitik, filsafat bahasa, filsafat Yunani, dan sebagainya. Tergantung kita mau
membaca dan memikirkannya.
5.
Apakah bangsa yang memiliki struktur
seperti Indonesia, yang mengutamakan spiritual selalu kalah dengan fenomena
kontemporer?
Jawab :
Kalah apanya dulu.
Inilah fatamorgana. Sekarang standar. Semua yang menetapkan standar orang sana.
Kita mau berdiri sendiri sekarang dimusuhi oleh sana dan sesama. Misal Anda mau
olimpiade renang putri memakai jilbab. Orang sini tidak setuju, orang sana juga
tidak setuju. Mungkin karena kepraktisan. Namun, negara yang kokoh pendirian,
terjadi peperangan juga, seperti Iran. Tidak mudah. Tadi dikatakan Immanuel Kant
bisa berpendapat seperti itu karena, ya, terserah. Anda juga bisa kalau Anda
mau dan mampu. Masalahnya dia itu mampu. Itu karena struktur yang demikian itu
ternyata mampu menjanjikan dan mampu menghidupi. Seperti misal sekarang ini,
ilmu humaniora itu tidak kelihatan hilang dikuasai oleh ilmu-ilmu natural, tapi
orang-orang ilmu humaniora, tidak merasa. Dia tetap merasa senang dan
bersenang-senang, karena merasa disuapi, dicukupi, dan sebagainya. Sebaliknya. Ilmu-ilmu
humaniora seperti agama, sosial, kesenian, tidak mampu membuat program dan tema
yang bisa menghidupi semua itu. Tapi dengan ilmu natural yang dikembangkan itu
sekarang ada kurikulum saintifik, artinya kalau ilmu-ilmu humaniora kembali
lagi ke filsafat sebelum positif. Auguste Comte itu. Sehingga sekarang semua
tanpa kecuali. Departemen Agama saja korupsinya paling tinggi. Sebagai gambaran
jebolnya struktur keimanan kita. Menteri Agama saja dipenjara. Menteri Agama
penjaga gawang surga neraka Indonesia, masuk penjara. Bagaimana coba? Karena
mereka berkarya nyata dengan metode saintifik itu. Mereka menciptakan
handphone, kemudian dijual di toko. Kemudian dinyalakan dan bisa digunakan
langsung. Semua tanpa terkecuali, dari gereja dari masjid dari mbah kyai, semua
terhibur setelah memegang handphone. Coba kalau diserahkan kepada humaniora,
hanya andaikata. Andaikata punya handphone. Dan sebagainya. Dulu ada cerita
kancil nyolong timun, korupsi itu karena dongeng dulu kancil nyolong timun.
6.
Bagaimana filsafat menyikapi Perang
Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin? Apa hubungannya dengan
spiritualism?
Jawab :
Sekarang
masalah perang dulu. Perang dalam arti berdimensi. Kemudian Perang Dunia I itu
zaman feodalism, artinya memperebutkan pengaruh-pengaruh di dunia. Termasuk
eksploitasi lahan. Kemudian Perang Dunia II itu melanjutkan sentimen. Exclusivism dari pada egosentris kelompok
masyarakat. Bangsa Suku Arya, Jerman, Jepang, dan sebagainya, yang
ujung-ujungnya mulai eksploitasi. Perang Dingin itu mengendalikan diri,
menyadari bahwa yang namanya perang itu mesti hancur-hancuran. Tidak ada yang
menang di perang itu. Semua kalah. Coba Allepo seperti apa. Karena mereka hanya
korban dari segelintir orang yang punya ambisi.
Makanya
jangan terlalu gampang mengobarkan perang dengan siapapun kapan pun di manapun.
Pasti hancur-hancuran. Dan hasilnya adalah budaya yang berabad-abad itu akan
hilang. Sekarang peperangan itu kejadiannya hubungan antara yang ada di
Indonesia dengan Powernow itu. Jadi
saya katakan Pak Jokowi, Pak Menteri, semua melihat bahwa komponen bangsa ini
sudah menjadi –maaf- Powernow-Powernow juga dan mau tidak mau mesti kita ke
sana juga. Artinya kita ikhlas. Itu sebetulnya juga dalam arti sempit, dalam
arti lokal, dalam arti nasional, munculnya Pancasila ketuhanan dengan 5 sila
itu juga solusi cerdas zaman dulu karena multikultur indonesia dari Sabang
sampai Merauke, 350 suku bangsa dan sebagainya. Kalau mau diikonik satu suku
bangsa saja atau satu agama Islam saja, yang lain mau kemana?pasti tidak mau.
Itu sudah penerapan juga dari Immanuel Kant juga. Termasuk anda, walaupun Anda
mempunyai jilbab, pakai jilbab dan sebagainya, ternyata Anda juga semua pilih
Samsung. Dan Anda memakainya untuk menaruh doa juga walaupun mungkin tidak
pernah atau jarang dibaca. Seperti itu kenyataannya. Jadi artinya, menurut
saya, kita harus selalu kreatif dan dinamis. Menempatkan diri baik secara
individu, secara kelompok, maupun secara kebangsaan, bagaimana berinteraksi
dengan dunia luar. Artinya, ya, kapital ya kapital, tapi kapital yang
pancasilais. Atau kalau diturunkan spiritualis ya kapital yang spiritualis
pragmatis atau sebaliknya, spiritualis yang kapital, seperti apa itu ya. Kurang
tepat. Ya hedois, ya hedois, tapi nanti dulu, jadi pemikiran semuanya. Itu jadi
pemikiran kita. Solusinya seperti apa? Zaman sekarang, suami istri, istrinya
dirumah usaha, kemudian suaminya kerja swasta nyambi nyopir taksi. Istrinya
minta diantar ke pasar karena suaminya sudah naik taksi gojek, istrinya harus
bayar. Sebagai solusi. Tapi solusinya tergantung, bayar ya bayar misal tiga
ratus ribu masuk ke tabungan. Ternyata yang memegang tabungan adalah istrinya.
Bisa saja begitu solusinya. Tapi etis paling tidak dengan digojekkan seperti
itu, dengan ditaksi onlinekan, istrinya mau pergi ke mana-mana, suaminya
semangat mengantar. Istrinya juga jadi tidak foya-foya gampang-gampang
pergi-pergi ke mana-mana, yang penting-penting saja, dan sebagainya. Solusinya
selalu ada. Jadi bukan harga mati, selalu ada. Seperti bagaimana kita mempunyai
hp, tapi hp bisa saya pakai untuk kuliah. Anda semuanya terpantau tanpa
terkecuali di hp saya.
7.
Apakah ilmu agama merupakan teori
rasionalism Descartes atau teori empiricism Hume?
Jawab
:
Jangan
dibalik. Mereka itu dalam hal tertentu juga bersinggungan, atau dalam bukunya,
pernah menyebut tentang agama di mana. Begitu caranya. Kalau dibalik nanti
dipaksakan. Seperti Rene Descartes, Descartes itu mimpi, sampai-sampai dengan Tuhan
pun diragukan. Bagaimana Tuhan mampu memberi pencerahan kepada dia, dia itu
bertanya. Apa bedanya kenyataan dan mimpi yang dialami. Dia bertanya pada
Tuhan, Tuhan dianggap tidak menjawab. Maka dia menemukan jawaban yang pasti dan
tidak bisa dibantah. Yaitu bahwa kenyataan saya sedang bertanya. Karena saya
sedang bertanya itulah, saya itu ada. Kalau aku tak cubit sakit, orang mimpi
pun dicubit sakit. Apa bedanya?Jangan-jangan mencubitku sekarang ini karena aku
sedang bermimpi. Sampai bingung Rene Descartes. Tapi kenyataan bahwa dia sedang
bertanya itulah. Maka lahirlah notion cogito
ergo sum. Aku bertanya atau berpikir maka aku ada.
8.
Apa itu notion?
Jawab
:
Notion
itu peribahasa, semboyan, stigma, atau istilah-istilah. Dalam bahasa ada
istilah notion juga.
Paradoks
tukang cukur : komentar tidak ada yang benar. Yang benar adalah A={x|x tidak
sama dengan x}. Ini berpikir. Apakah x anggota A?Ya. Tapi x tidak sama dengan
x. maka x bukan anggota A. jadi x anggota A dan bukan anggota a. itu maksudnya
kontradiksi tukang cukur. Tidak ada yang paham. Kalau saya tidak tunjukkan
contoh. Guru sebagai fasilitator. Siswa dimanjakan. Salah tidak apa-apa.
Ini
paradoks himpunan. Dalam bentuk kalimat menghasilkan paradoks tukang cukur,
dicukur ya salah, tidak dicukur ya salah.itu namanya paradoks. Apakah ada di
dunia? Banyak sekali. Sebenar-benar hidup ini paradoks, selama kita masih ada
di dunia. Maka paradoks itu penting. Di dalam filsafat, paradoks itu
dijelaskan. Dan ditelaah di dalami. Tapi untuk orang matematika murni, ini
sebagai catatan saja. Ini paradoks. Titik. Itu bedanya orang matematika murni
dan tidak, dan filsafat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda