Minggu, 06 November 2016



Tugas Kuliah Filsafat Ilmu
Refleksi Kuliah ke-8
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.

“FILSAFAT AWAL DAN AKHIR ZAMAN”





Disusun oleh :
Kartika Nur Oktaviani               16709251032



PENDIDIKAN MATEMATIKA B
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Filsafat Awal dan Akhir Zaman

Filsafat itu olah pikir. Obyeknya adalah yang ada, yang ada, yang ada, yang mungkin ada. Di dalam pikiran, atau di luar pikiran. Masing-masing di dalam/di luar pikiran punya sifat. Seribu kali seribu pangkat seribu pun saya belum selesai menyebutkan sifat itu. Filsafat itu problemnya ada 2. Yang pertama, bagaimana menjelaskan apa yang ada di dalam pikiranku. Maka, sebenar-benar diri kita tidak ada yang pernah mampu menjelaskan yang ada di dalam pikiranku. Semuanya hanya berusaha. Pada level tertentu, oke. Dipersepsikan sama dengan pikiran orang lain, oke, sampai di situ, padahal itu belum selesai. Persoalan yang kedua ialah bagaimana saya mengerti obyek filsafat yang ada di luar pikiran. Sifat di dalam pikiran, bersifat ideal. Yang di luar pikiran bersifat realis. Yang di dalam pikiran bersifat tetap. Yang di luar pikiran bersifat berubah. Tetap tokohnya Parmenides, berubah tokohnya Heraclitus. Idealisme tokohnya Plato. Filsafat tergantung obyeknya di mana dan sifatnya seperti apa. Di luar realisme, tokohnya Aristoteles. Pantas Aristoteles tidak setuju dengan gurunya, karena gurunya itu ideal, Aristoteles adalah realis. Yang ada bersifat tetap di dalam pikiran terus sifat-sifat yang lain misalnya adalah kaugisatis. Kaugis menghasilkan aliran logisisme. Menggunakan rasio menghasilkan filsafat rasionalisme. Yang di luar pikiran bersifat empiris. Filsafat empiricism. Tokohnya David Hume. Rasionalisme tokohnya Rene Descartes. Jadi filsafat itu mengalir hidup. Kalau kita mau cari pohon pisang, ya, di daerah khatulistiwa atau tropis. Kalau mau cari jati Kanada, ya, di daerah kutub sana. Mau cari beruang kutub, ya, jangan di Merapi. Bersifat logis, tetap, idealis, naik sana nanti ini merupakan prinsip. Dan yang di bawah sini adalah bayangannya. Jadi semua yang saya lihat adalah bayangan dari pikiranku. Termasuk semua kataku semua pendengaran penglihatan, maka di sini dunia persepsi. Atau panca indera. Semua yang bisa dipersepsi adalah bayangan dari pikiran. Di sana lahirlah transendentalism. Prinsip berarti bersifat identitas. Yang bersifat identitas yang ada di dalam pikiran. A=A. Sedangkan dunia kenyataan atau dunia pengalaman bersifat kontradiksi. Yaitu A tidak sama dengan A. Karena pengalaman/persepsi itu ada di dalam ruang dan waktu. Naik sana jadilah bersifat absolut. Diperoleh filsafat absolutism. Naik menjadi spiritualism. Hanya satu hakekatnya. Lahirlah filsafat monoism yaitu kuasa Tuhan. Hidup setiap saat tinggal naik turun saja. Berhermeunitika, antara pikiran, hati, doa dan pengalamanku. Di sini mono, di sini plural. Maka hakekat dunia adalah hakekat yang plural. Dunia akhirat adalah dunia tunggal menyatu ke kuasa-Nya, dalam ridho-Nya. Jadi kalau di duniamu ini satu, ini kontradiksi dengan kodratnya. Karena kodrat di dunia adalah plural. Contohnya : Muhammadiyah seluruh dunia tidak bisa, pasti ada yang beda. Kalau sudah di akhirat, tidak usah NU tidak usah Muhammadiyah, diriku menyatu dengan yang kausa prima. Sebab utama dan sebab pertama. Tuhan itu sebab utama dan sebab pertama. Intensi bisa diekstensikan awal dan akhir zaman. Ini zaman Plato ada di situ. Pikiran bersifat logis, bersifat analitik. Analitik itu konsisten. Maka konsisten itu kebenarannya bersifat koheren. Kenyataan bersifat sintetik. Bersifat kontradiksi. Kebenarannya bersifat cocok dengan persepsinya atau menghasilkan filsafat korespondensi. Dan di sini bersifat pengalaman atau a posteriori. Yaitu paham setelah melihat atau dipersepsi. Tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasa-rasa, dipegang, didengar, itu semua dipersepsi. Baru paham. Dunia binatang, kucing, hewan, semua dunia a posteriori. Dia paham ada tikus setelah tikus lewat, baru ekornya bergerak-gerak. Kalau manusia tidak begitu. Manusia ini a priori. Tidak hanya a posteriori. Paham kalau hanya melalui logika. Ke planet Mars. Belum pernah lihat planet Mars tapi bisa bikin pesawatnya. Itu logika. A priori. Pekerjaan ilmu murni termasuk matematika murni. Yang penting konsisten bresifat identitas awal akhir jadilah ilmu. Kontradiksi di sini adalah tidak konsisten, sedangkan kontradiksi di dunia nyata adalah aku tidak sama dengan aku. Beda. Kalau di dalam matematika, kontradiksi itu adalah tidak konsisten. Tapi kalau di filsafat/kenyataan, aku = aku. Aku pertama tidak sama dengan aku kedua. Yang menemukan prinsip ini adalah Immanuel Kant. Dunia hanya dua prinsip, yaitu identitas dan kontradiksi. Sehingga lahirlah di sini terjadi penonjolan, lahirlah yang disebut dengan rasionalisme. Tokohnya Rene Descartes. Di sana lahirlah empiricism. Tokohnya David Hume. Pertentangan berabad-abad. Merasa benar sendiri. Sampai-sampai dia mengatakan di sini, tiada ilmu jika tiada rasio. Sebaliknya David Hume. Dengan empiricism mengatakan tiada ilmu jika tiada pengalaman. Ini di dalam filsafatnya ada abad gelap, kegelapan, ada abad terang atau pencerahan. Abad gelap sampai abad ke-13. Di Eropa itu tidak boleh satu orang pun mengklaim kebenaran kecuali atas restu gereja. Barang siapa menentang dianggap melawan gereja, dan itu dihukum kalau perlu dihukum mati. Tokoh-tokoh yang menyuarakan kebenaran atas nama diri sendiri, tidak minta restu gereja, akan dikejar-kejar dan dibunuh. Apapun mulai A-Z, yang ada dan yang mungkin ada, yang dirasakan di dunia ini, yang namanya kebenaran itu adalah harus melalui gereja. Tapi dengan adanya Revolusi Copernicus, dia membuat buku yang bertentangan. Tapi bukunya setelah dia meninggal, dibaca oleh pengikut-pengikutnya seperti Gallileo Gallilei, pada akhirnya mati juga karena dibunuh dibakar. Copernicus menentang pendapat gereja. Gereja punya pendapat yang grand bahwa geosentris, alam semesta ini pusatnya adalah bumi, matahari bulan bintang mengelilingi bumi. Kalau di gereja, bumi itu seperti Bunda Maria, matahari bulan bintang itu gembala-gembala. Yang bisa lebih bisa menerangkan adalah dari gereja. Tapi bukunya Copernicus bertentangan sekali. Heliosentris. Sebenar-benar yang tejadi bukan alam semesta mengelilingi bumi, tapi bumi bulan planet mengelilingi matahari. Pusatnya matahari. Sampai sekarang, yang diakui kebenarannya masih heliosentris. NASA mau ke Mars masih menggunakan teori yang terakhir yaitu heliosentris. Muncullah abad modern. Yaitu dengan munculnya juru damai, Immanuel Kant. Immanuel bukan dari gereja. Walaupun namanya Immanuel. Ada 3 buku Immanuel yang terkenal. Yaitu : The Critique of Pure Reason, The Critique of Practical Reason, dan The Critique of Judgement. Dia mengkritik sekaligus mendamaikan, seperti ini : wahai Rene Descartes, engkau bagus tapi sombong. Kesombonganmu adalah engkau terlalu mengagung-agungkan rasio tapi mengabaikan pengalaman. Wahai David Hume, engkau bagus tapi juga ada kesombongan. Kesombonganmu adalah engkau terlalu mengagung-agungkan pengalaman tapi mengabaikan rasio. Oleh karena itu untuk mendamaikan saya berikan solusinya. Dari rationalism yang sifatnya adalah analitik a priori, kemudian dari pengalaman yang sifatnya adalah sintetik a posteriori, maka yang atas saya ambil a priorinya, yang bawah saya ambil sintetiknya. Maka, menurut Immanuel Kant, sebenar-benar ilmu adalah sintetik a priori. Yaitu pikiran yang bisa diterapkan dan pengalaman yang bisa diteorikan. Terus, ilmu itu berkembang terus, maka ilmu murni disusun. Yang atas bersifat formal. Dalam matematika, formalism adalah Hilbert. Maka lahirlah Hilbertianism. Dari Hilbert ini muncul ilmu-ilmu dasar, ilmu-ilmu bidang. Tapi Hilbert ini matematika sebetulnya. Seharusnya ilmu-ilmu humaniora itu ada di sana. dan ini adalah natural. Ilmu humaniora itu adalah geistesweisensaften. Natural itu adalah natureweisensaften. Sampai di sini muncullah tokoh pada tahun 1857, Augste Comte, David Hume, Immanuel Kant, Descartes, Sokrates, Plato, Anda itu bicara apa. Tidak ada gunanya. Itu menurut Aguste Comte. Karena zaman sekarang yang penting kenyataan. Mari kita membangun dunia. Di sini yang penting iman kita harus teguh karena dipengaruhi oleh penguasaan yang sangat kuat dari agama gereja itu jadi terpengaruh Auguste Comte itu. Agama menurutnya tidak logis. Maka untuk membangun dunia, agama ditaruh di paling bawah, hanya sebagai tradisi saja, yang sudah terlanjur bertradisi. Di sini filsafat dari yang paling atas adalah positif atau saintifik. Jadi sudah digariskan. Tahun 1857 oleh Auguste Comte, dia seorang jebolan mahasiswa politeknik di Perancis, dia mengarang buku judulnya Positive. Jadi kalau kita mau membangun dunia, jangan gunakan agama, karena agama tidak logis. Padahal di Indonesia itu strukturnya itu material, formal, normatif dan spiritual. Dilewati saja sama Comte, sehingga muncul fenomena kontemporer, yang paling bawah adalah archaic, diatasnya tribal, di atasnya traditional. Oleh Powernow atau kontemporer, semua agama masuk di area tradisional, tidak boleh lebih. Di atasnya sudah feodal, di atasnya lagi modern, dan di atasnya lagi pos modern. Lalu di atasnya lagi kontemporer. Maka mereka mempelajari agama bukan di Timur Tengah, karena sudah jelas. Dia mempelajari agama di muara-muara sungai Aborigin. Tokohnya adalah Stephen Hawking. Dunia Stephen Hawking antara lain berkata, semakin menjadi-jadi dia, sudah menjelma, ciptaan alam semesta itu tidak ada urusan dengan Tuhan. Negara-negara Barat membuat proyek di Eropa, membuat terowongan bawah tanah, besar, panjang triliyunan dolar, hanya untuk sekedar menguji benturan sinar untuk mencari zat yang paling utama, tapi semangatnya adalah menihilkan Tuhan.
Dengan pilar kapitalisme, pragmatisme, materialisme, utilitalianisme, liberalisme, hedonisme setiap hari setiap pagi sore, Indonesia yang spiritualis digempur habis-habisan. Alatnya pakai ICT, Whatsapp, FB, dsb. Itulah kejadiannya awal akhir zaman. Trisakti, mandiri dalam bidang ekonomi, politik, budaya, apa iya?Sehingga presiden dan menterinya kaget melihat ke belakang rakyat Indonesia sudah kapitalis, pragmatis, materialis, utilitalianis, liberalis, dan hedonis. Semua menggunakan bambu runcing merk SAMSUNG. Menteri Pendidikan mau melawan teknologi juga tidak bisa. Sehingga yang terjadi sekarang adalah residu.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan dan jawaban pada kuliah pertemuan ke 8 Filsafat Ilmu :
1.        Bagaimana filsafat memandang filsuf muslim?
Jawab :
Jika saya berbicara awal dan akhir zaman, itu berstruktur. Berpikir, berfilsafat itu berstruktur. Berstruktur itu pada level mana awal akhir zaman itu. Kalau orang awam, commonsense, awal zaman itu diciptakan Tuhan. Awal zaman itu awal manusia diciptakan (Nabi Adam), akhir jaman kalau sudah kiamat. Karena filsafat, karena relatif, awal zaman adalah ketika saya membuka kuliah. Itulah jebakan waktu. Akhir zaman adalah nanti saat kuliah ditutup. Mengetahui rentangan waktu tergantung konteksnya. Jadi pemahaman waktu yang relatif satu dibanding sepersejuta, maka bisa menghasilkan sepersatujuta tahun adalah 1 detik. Plato menjadi belum lahir. Kalau seribu tahun, Plato baru lahir 2 detik yang lalu. Agama islam itu abad ke 5 setelah Masehi. Jadi, sebelum abad ke 5, tidak ada filsuf Islam. Padahal filsafat itu sebelum zaman Masehi. Zaman Yunani itu sebelum masehi. Mereka belum kenal agama.

2.        Apa beda kontradiksi dan identitas?
Jawab :
Filsafat itu harus berpikir. Jika hanya tersenyum tidak akan sampai-sampai. Jika Anda tidak paham identitas dan kontradiksi, maka Anda gagal memahami metafisik. Hanya Anda sendiri yang mampu menjelaskannya. Identitas itu terbebas oleh ruang dan waktu. 4=4 itu hanya terjadi di dalam pikiran, tapi kalau sudah diucapkan, ada 4 pertama dan 4 kedua. Diucapkan itu dunia realis. Kontradiksi hukumnya. Kontradiksinya tidak sama dengan matematika. Kontradiksinya aku tidak sama dengan aku. Maka sebenar-benar hidup ini adalah kontradiksi. Tapi jangan salah paham, bukan kontradiksinya matematika. Jadi di dunia ini tidak pernah aku sama dengan aku, apalagi aku sama dengan Marsigit. Aku sama dengan aku saja tidak pernah terjadi, apalagi aku sama dengan Pak Marsigit. Maka yang bisa sebenar-benar sama dengan namanya adalah Tuhan sendiri. Kalau itu tidak paham, Anda gagal memahami metafisik. Tolong direnungkan. Jadi setiap saat engkau selalu berubah di dunia ini. Bisa mengembang, bisa meluruh. Kalau bahasa grafiknya matematika itu grafik yang meluruh, eksponensial negatif, mengurangi dan berkurang terus. Satu sisi bertambah, satu sisi berkurang. Maka orang pun meluruh. Berat badannya berkurang terus, usianya juga nanti kualitasnya juga kandungan tulang nanti berkurang terus. Setiap detik selalu terjadi perubahan. Ini teorinya Heraclitus. Dan ini semuanya betul semua. Dunia selalu berubah, Heraclitus betul. Dunia ini tetap, Parmenides betul. Kalau kita berfilsafat, apanya yang tetap apanya yang  berubah. Yang tetap adalah engkau itu tetap anaknya bapakmu. Engkau tetap anaknya ibumu, tidak bisa dibantah. Dari awal sampai akhir zaman tidak bisa dibantah. Tapi menurut Heraclitus, yang berubah adalah semua komponen yang menyusun diriku itu, sel-selnya mengalami perubahan. Cairan tubuh, kandungan tubuh, belum lagi kandungan hati kandungan pikiran, dan seterusnya, selalu mengalami perubahan.
3.        Kenapa Immanuel Kant tidak memilih analitik a posteriori?
Jawab :
Kalau diberi contoh, analitik itu logika. A posteriori itu seekor tikus. Bayangkan nalarnya tikus memakai logika itu seperti apa coba? A posteriori itu hanya mampu memikir, hanya paham setelah terjadi. Itu kan seekor kucing, analitik itu kan logika. Sama saja kamu mau bertanya bagaimana kucing itu memakai logika. Kucing tidak memakai logika. Dia memakai intuisi saja. Jadi bukan sembarangan memilih itu. Tidak bisa sembarangan dipadukan.
4.        Mengapa pendapat gelap semua kebenaran terletak pada gereja?
Jawab :
Kalau Anda betul-betul mau membaca, dibaca bukunya. Filsafat itu ada di mana-mana, ada filsafat analitik, filsafat bahasa, filsafat Yunani, dan sebagainya. Tergantung kita mau membaca dan memikirkannya.
5.        Apakah bangsa yang memiliki struktur seperti Indonesia, yang mengutamakan spiritual selalu kalah dengan fenomena kontemporer?
Jawab :
Kalah apanya dulu. Inilah fatamorgana. Sekarang standar. Semua yang menetapkan standar orang sana. Kita mau berdiri sendiri sekarang dimusuhi oleh sana dan sesama. Misal Anda mau olimpiade renang putri memakai jilbab. Orang sini tidak setuju, orang sana juga tidak setuju. Mungkin karena kepraktisan. Namun, negara yang kokoh pendirian, terjadi peperangan juga, seperti Iran. Tidak mudah. Tadi dikatakan Immanuel Kant bisa berpendapat seperti itu karena, ya, terserah. Anda juga bisa kalau Anda mau dan mampu. Masalahnya dia itu mampu. Itu karena struktur yang demikian itu ternyata mampu menjanjikan dan mampu menghidupi. Seperti misal sekarang ini, ilmu humaniora itu tidak kelihatan hilang dikuasai oleh ilmu-ilmu natural, tapi orang-orang ilmu humaniora, tidak merasa. Dia tetap merasa senang dan bersenang-senang, karena merasa disuapi, dicukupi, dan sebagainya. Sebaliknya. Ilmu-ilmu humaniora seperti agama, sosial, kesenian, tidak mampu membuat program dan tema yang bisa menghidupi semua itu. Tapi dengan ilmu natural yang dikembangkan itu sekarang ada kurikulum saintifik, artinya kalau ilmu-ilmu humaniora kembali lagi ke filsafat sebelum positif. Auguste Comte itu. Sehingga sekarang semua tanpa kecuali. Departemen Agama saja korupsinya paling tinggi. Sebagai gambaran jebolnya struktur keimanan kita. Menteri Agama saja dipenjara. Menteri Agama penjaga gawang surga neraka Indonesia, masuk penjara. Bagaimana coba? Karena mereka berkarya nyata dengan metode saintifik itu. Mereka menciptakan handphone, kemudian dijual di toko. Kemudian dinyalakan dan bisa digunakan langsung. Semua tanpa terkecuali, dari gereja dari masjid dari mbah kyai, semua terhibur setelah memegang handphone. Coba kalau diserahkan kepada humaniora, hanya andaikata. Andaikata punya handphone. Dan sebagainya. Dulu ada cerita kancil nyolong timun, korupsi itu karena dongeng dulu kancil nyolong timun.
6.        Bagaimana filsafat menyikapi Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin? Apa hubungannya dengan spiritualism?
Jawab :
Sekarang masalah perang dulu. Perang dalam arti berdimensi. Kemudian Perang Dunia I itu zaman feodalism, artinya memperebutkan pengaruh-pengaruh di dunia. Termasuk eksploitasi lahan. Kemudian Perang Dunia II itu melanjutkan sentimen. Exclusivism dari pada egosentris kelompok masyarakat. Bangsa Suku Arya, Jerman, Jepang, dan sebagainya, yang ujung-ujungnya mulai eksploitasi. Perang Dingin itu mengendalikan diri, menyadari bahwa yang namanya perang itu mesti hancur-hancuran. Tidak ada yang menang di perang itu. Semua kalah. Coba Allepo seperti apa. Karena mereka hanya korban dari segelintir orang yang punya ambisi.
Makanya jangan terlalu gampang mengobarkan perang dengan siapapun kapan pun di manapun. Pasti hancur-hancuran. Dan hasilnya adalah budaya yang berabad-abad itu akan hilang. Sekarang peperangan itu kejadiannya hubungan antara yang ada di Indonesia dengan Powernow itu. Jadi saya katakan Pak Jokowi, Pak Menteri, semua melihat bahwa komponen bangsa ini sudah menjadi –maaf- Powernow-Powernow juga dan mau tidak mau mesti kita ke sana juga. Artinya kita ikhlas. Itu sebetulnya juga dalam arti sempit, dalam arti lokal, dalam arti nasional, munculnya Pancasila ketuhanan dengan 5 sila itu juga solusi cerdas zaman dulu karena multikultur indonesia dari Sabang sampai Merauke, 350 suku bangsa dan sebagainya. Kalau mau diikonik satu suku bangsa saja atau satu agama Islam saja, yang lain mau kemana?pasti tidak mau. Itu sudah penerapan juga dari Immanuel Kant juga. Termasuk anda, walaupun Anda mempunyai jilbab, pakai jilbab dan sebagainya, ternyata Anda juga semua pilih Samsung. Dan Anda memakainya untuk menaruh doa juga walaupun mungkin tidak pernah atau jarang dibaca. Seperti itu kenyataannya. Jadi artinya, menurut saya, kita harus selalu kreatif dan dinamis. Menempatkan diri baik secara individu, secara kelompok, maupun secara kebangsaan, bagaimana berinteraksi dengan dunia luar. Artinya, ya, kapital ya kapital, tapi kapital yang pancasilais. Atau kalau diturunkan spiritualis ya kapital yang spiritualis pragmatis atau sebaliknya, spiritualis yang kapital, seperti apa itu ya. Kurang tepat. Ya hedois, ya hedois, tapi nanti dulu, jadi pemikiran semuanya. Itu jadi pemikiran kita. Solusinya seperti apa? Zaman sekarang, suami istri, istrinya dirumah usaha, kemudian suaminya kerja swasta nyambi nyopir taksi. Istrinya minta diantar ke pasar karena suaminya sudah naik taksi gojek, istrinya harus bayar. Sebagai solusi. Tapi solusinya tergantung, bayar ya bayar misal tiga ratus ribu masuk ke tabungan. Ternyata yang memegang tabungan adalah istrinya. Bisa saja begitu solusinya. Tapi etis paling tidak dengan digojekkan seperti itu, dengan ditaksi onlinekan, istrinya mau pergi ke mana-mana, suaminya semangat mengantar. Istrinya juga jadi tidak foya-foya gampang-gampang pergi-pergi ke mana-mana, yang penting-penting saja, dan sebagainya. Solusinya selalu ada. Jadi bukan harga mati, selalu ada. Seperti bagaimana kita mempunyai hp, tapi hp bisa saya pakai untuk kuliah. Anda semuanya terpantau tanpa terkecuali di hp saya.
7.      Apakah ilmu agama merupakan teori rasionalism Descartes atau teori empiricism Hume?
Jawab :
Jangan dibalik. Mereka itu dalam hal tertentu juga bersinggungan, atau dalam bukunya, pernah menyebut tentang agama di mana. Begitu caranya. Kalau dibalik nanti dipaksakan. Seperti Rene Descartes, Descartes itu mimpi, sampai-sampai dengan Tuhan pun diragukan. Bagaimana Tuhan mampu memberi pencerahan kepada dia, dia itu bertanya. Apa bedanya kenyataan dan mimpi yang dialami. Dia bertanya pada Tuhan, Tuhan dianggap tidak menjawab. Maka dia menemukan jawaban yang pasti dan tidak bisa dibantah. Yaitu bahwa kenyataan saya sedang bertanya. Karena saya sedang bertanya itulah, saya itu ada. Kalau aku tak cubit sakit, orang mimpi pun dicubit sakit. Apa bedanya?Jangan-jangan mencubitku sekarang ini karena aku sedang bermimpi. Sampai bingung Rene Descartes. Tapi kenyataan bahwa dia sedang bertanya itulah. Maka lahirlah notion cogito ergo sum. Aku bertanya atau berpikir maka aku ada.
8.      Apa itu notion?
Jawab :
Notion itu peribahasa, semboyan, stigma, atau istilah-istilah. Dalam bahasa ada istilah notion juga.

Paradoks tukang cukur : komentar tidak ada yang benar. Yang benar adalah A={x|x tidak sama dengan x}. Ini berpikir. Apakah x anggota A?Ya. Tapi x tidak sama dengan x. maka x bukan anggota A. jadi x anggota A dan bukan anggota a. itu maksudnya kontradiksi tukang cukur. Tidak ada yang paham. Kalau saya tidak tunjukkan contoh. Guru sebagai fasilitator. Siswa dimanjakan. Salah tidak apa-apa.
Ini paradoks himpunan. Dalam bentuk kalimat menghasilkan paradoks tukang cukur, dicukur ya salah, tidak dicukur ya salah.itu namanya paradoks. Apakah ada di dunia? Banyak sekali. Sebenar-benar hidup ini paradoks, selama kita masih ada di dunia. Maka paradoks itu penting. Di dalam filsafat, paradoks itu dijelaskan. Dan ditelaah di dalami. Tapi untuk orang matematika murni, ini sebagai catatan saja. Ini paradoks. Titik. Itu bedanya orang matematika murni dan tidak, dan filsafat.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda